Sulitnya Mengajak Lansia Ikut Vaksinasi

Hoaks menjadi salah satu tantangan untuk mencapai target vaksinasi lansia.

ANTARA/Oky Lukmansyah
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada nenek bernama Tarmi di rumahnya Kelurahan Kalinyamat Wetan, Tegal, Jawa Tengah, Kamis (21/10). Hoaks menjadi salah satu tantangan untuk mencapai target vaksinasi lansia.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, Dian Fath Risalah

Baca Juga

JAKARTA -- Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, hingga saat ini, baru 43 persen sasaran vaksinasi lansia mendapatkan dosis pertama. Hal ini justru berbanding terbalik dengan capaian vaksinasi secara umum, di mana 61 persen sasaran sudah tervaksinasi, sehingga kurang sekitar 40 persen yang harus dikejar.

"Targetnya, minimal dosis pertama dikejar sampai akhir Desember 2021. Karena kita tahu, kesakitan dan kematian pada usia di atas 59 tahun meningkat 6-7 kali lebih tinggi daripada nonlansia,” tuturnya dalam diskusi daring, Kamis (11/11).

Menurutnya, saat ini Indonesia seharusnya melihat pengalaman Singapura, di mana sebagian besar kasus meninggal adalah lansia yang belum tervaksinasi sehingga kerentanannya tinggi. Ihwal kekhawatiran para lansia, Nadia memastikan vaksin COVID-19 sudah melalui uji klinis dan sangat aman dan efek sampingnya kecil. Pada hasil uji klinis, usia pun tidak mempengaruhi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi).

“Justru vaksin COVID-19 ini ditujukan bagi lansia dan orang yang punya komorbid, karena itulah kelompok yang terbanyak terdampak dengan sakit parah bahkan kematian,” terang Nadia.

Ia mengatakan, bila target vaksinasi tidak tercapai, maka Indonesia tidak bisa seutuhnya membentuk kekebalan kelompok. Padahal, wilayah dengan cakupan vaksinasi di atas 70 persen situasi pandemi dapat beralih ke endemi, kasus akan sangat rendah.

Sementara di daerah yang belum mencapai target vaksinasi, maka seperti halnya cakupan vaksinasi imunisasi rutin, pada daerah tersebut potensi kejadian luar biasa pasti akan mudah terjadi dan akan mengganggu kabupaten kota lainnya. “Kita tidak akan bisa keluar dari pandemi bila target sasaran vaksinasi belum tercapai,” tegas Nadia.

Mengenai vaksin booster, Nadia menyebutkan bahwa hal tersebut sudah menjadi bagian dari perencanaan perlindungan masyarakat dan sudah dilaksanakan pada tenaga kesehatan. Diketahui, seiring waktu, imunitas akan berkurang dan munculnya turunan varian Delta selalu mengancam.

“Sehingga perlu adanya vaksin tambahan untuk memperkuat imunitas, antibodi yang sudah terbentuk dari vaksin satu dan dua,” ujarnya.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam yang juga Vaksinolog, Dirga Sakti Rambe mengakui, informasi yang keliru atau hoaks masih menjadi tantangan vaksinasi lansia. Menurut Dirga, pada zaman digital sekarang ini hoaks memang tidak terhindarkan, bukan hanya di Indonesia melainkan menjadi fenomena global.

 

Oleh karenanya, sambung Dirga, untuk menangkal hoaks, dokter dan ilmuwan semua diharapkan ‘turun gunung’ untuk membanjiri media sosial dan media konvensional dengan berita yang benar dan kredibel. “Salah satu kendala vaksinasi lansia adalah hoaks yang beredar sehingga harus di-counter,” kata dia dalam diskusi daring, Kamis (11/11).

Perihal anggapan bila anggota keluarga lain sudah divaksinasi maka lansia tidak memerlukan, Dirga tegas memastikan itu hal yang salah. Ia juga menegaskan, lansia lebih banyak di rumah sehingga tidak perlu vaksinasi juga pemahaman yang salah.

"Mereka memang di rumah, namun yang muda-muda kan keluar rumah dan bisa tertular dan membawa pulang virus. Nobody is safe until everyone is safe,” tegas Dirga.

Dirga menekankan, usia lanjut dengan berbagai penyakit justru yang harus divaksinasi agar terlindungi. Selain itu, tidak ada batasan usia lansia untuk vaksinasi, batasannya adalah kriteria medis.

"Justru karena lansia, risiko tinggi, maka harus dilindungi. Tidak ada batasan usia vaksinasi lansia. Bukan usia batasannya, kriteria untuk vaksinasi harus secara medis. Bagi kakek nenek orang tua kita bawa dulu ke tempat vaksinasi. Nanti petugas yang akan tentukan layak atau tidak untuk vaksinasi. Jangan menyerah dulu,” pesannya.

 

Dokter Dirga juga menjelaskan, bagi lansia dengan penyakit apapun, termasuk sakit kronis seperti gula darah tinggi, ginjal, kanker, jantung asalkan penyakitnya terkontrol, seperti rutin berobat dan tidak ada keluhan berarti, maka boleh divaksinasi dengan rekomendasi dokter.

Wali Kota Pekanbaru, Firdaus mengungkapkan terdapat beberapa tantangan vaksinasi lansia yang dihadapi di daerahnya. Hal inilah yang menyebabkan target vaksinasi lansia belum tercapai dan diharapkan dapat dikejar sebelum 22 November 2021 untuk evaluasi PPKM berlevel.

Menghadapi kendala terkait akses lansia ke pusat vaksinasi dan memperbaiki pemahaman masyarakat, menurut Firdaus, pihaknya telah melakukan berbagai ikhtiar. Di antaranya, bus vaksin keliling untuk mendekatkan masyarakat ke pusat vaksinasi, vaksin dari rumah ke rumah, juga mengadakan pusat vaksinasi di bank-bank tempat para lansia mengambil gaji sebagai pensiunan.

Upaya vaksinasi dari rumah ke rumah, kata dia, selain mempermudah akses bagi para lansia, sekaligus dalam rangka menyampaikan informasi yang benar terkait vaksinasi kepada mereka. Firdaus pun tidak memungkiri tetap ada warga yang tetap menolak divaksinasi meski sudah didatangi.

“Masyarakat harus benar-benar diberikan pemahaman terkait dampak vaksinasi tersebut. Pemerintah kota selain berikan edukasi juga mengikat dengan regulasi, sehingga diharapkan semua orang akhirnya akan meminta vaksinasi,” papar Firdaus.

Regulasi dimaksud adalah edaran walikota, bagi warga yang ingin berurusan dengan instansi pemerintah atau swasta harus memperlihatkan kartu vaksinasi, termasuk untuk lansia.

 
Berita Terpopuler