Perubahan Iklim Ancam Zaitun Palestina Hingga Mangga Mesir

Perubahan iklim akan terus meningkatkan kerawanan pangan di negara Timur Tengah

Anadolu Agency
Zaitun terlihat setelah dipetik petani
Rep: Mabruroh Red: Esthi Maharani

IHRAM.CO.ID,  KAIRO -- Banyak negara penghasil pangan terpenting di dunia menghadapi konsekuensi perubahan iklim, tidak terkecuali negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Utara. Meningkatnya suhu dan pola curah hujan yang tidak menentu telah membahayakan mata pencaharian dan sebagai akibatnya produksi pangan terancam.

Dilansir dari Middle East Eye, Rabu (10/11), tahun ini, suhu di empat negara di Timur Tengah mencapai 50 derajat celsius. Para ilmuwan berpendapat bahwa perubahan iklim akan terus meningkatkan kerawanan pangan di beberapa daerah dan memberi tekanan pada daerah yang kekurangan air. Termasuk beberapa jenis tanaman terancam akibat perubahan pola cuaca ini.

1. Zaitun Palestina
Pohon zaitun telah lama dianggap sebagai simbol warisan dan identitas Palestina. Buah Zaitun dijual sebagai makanan dan digunakan untuk membuat minyak zaitun, sabun dan kosmetik.

Musim panen zaitun, yang berlangsung antara Oktober dan November, adalah salah satu periode terpenting tahun ini bagi penduduk desa dan petani di beberapa bagian Tepi Barat dan Gaza yang diduduki. Banyak yang mengandalkan panen zaitun sebagai sumber pendapatan utama mereka.

Namun, panen ini telah berkurang dalam beberapa tahun terakhir, karena  penebangan pohon oleh pemukim Israel dan diperparah dengan iklim serta suhu ekstrim yang membuat pohon lebih sulit untuk tumbuh dan berbuah.

Menurut para ahli, buah zaitun sensitif terhadap fluktuasi suhu saat mekar selama bulan April dan Mei. Kondisi yang lebih panas menyebabkan buah rontok sebelum waktunya karena kekeringan.

Kementerian pertanian Gaza mengatakan bahwa perubahan iklim telah menyebabkan penurunan dramatis jumlah buah zaitun yang dipanen di Jalur Gaza. Disebutkan juga telah terjadi penurunan 60 persen produksi zaitun pada tahun 2021sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang keras.

Produsen Palestina menghadapi tantangan tambahan ketika menanam zaitun, karena Kesepakatan Oslo hanya mengizinkan mereka mengakses 20 persen air di Tepi Barat, sementara Israel mengendalikan 80 persen air di daerah itu. Pembatasan air berarti bahwa petani tidak dapat menyirami tanaman mereka selama musim kemarau, yang selanjutnya berdampak pada tanaman mereka.

2. Mangga Mesir
Mangga yang dihasilkan Mesir terutama yang ditanam di Ismailia, di timur laut Mesir dikenal karena rasa manisnya yang khas dan kualitasnya yang tinggi. Namun menurut laporan sejak awal 2021 ini, petani mangga Ismailia telah kehilangan lebih dari 80 persen hasil tahun ini karena kenaikan suhu.

Kerugian yang signifikan dihasilkan dari  gelombang panas, yang mempengaruhi wilayah tersebut selama musim tanam, menghancurkan sebagian besar hasil panen. Penduduk setempat sedang berjuang untuk mengatasi keuangan dan meminta pemerintah untuk campur tangan.

Seorang petani mengatakan bahwa pertaniannya mencatat 35 ton produksi pada tahun 2020 dibandingkan dengan hasil di tahun 2021 yang hanya 4 ton.

Saat krisis iklim memburuk, tanaman lain, seperti gandum, mungkin terkena dampaknya. Kemungkinan ini bisa berdampak besar bagi perekonomian Mesir, karena negara itu adalah salah satu pengekspor gandum terbesar di dunia.


3. Kopi Yaman
Menanam kopi telah menjadi tradisi Yaman selama berabad-abad dengan teknik yang diturunkan dari generasi ke generasi. Penggunaan biji kopi  tercatat di kalangan mistik Sufi di Yaman sekitar 1450.

Ada beberapa varietas biji kopi yang ditanam di Yaman, yang semuanya membutuhkan suhu dingin. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, industri ini mengalami penurunan, karena suhu naik, mengakibatkan kekeringan dan hasil panen yang lebih kecil.

Kopi arabika, yang ditanam di pegunungan dan dianggap lebih berkualitas dan rasanya lebih enak, sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Jenis kopi ini menyumbang sekitar 60 persen dari produksi kopi dunia, namun karena kelangkaannya menyebabkan harga kopi ini menjadi naik.

Naiknya suhu dan curah hujan yang tidak terduga juga membuat tanaman lebih sulit tumbuh. Studi menunjukkan bahwa pada tahun 2050 , sekitar setengah dari lahan yang digunakan untuk kopi berkualitas tinggi akan menjadi tidak produktif.

4. Gandum Turki
Curah hujan yang buruk dan kekeringan menyebabkan produksi tanaman gandum Turki berada pada kondisi bahaya. Termasuk suhu ekstrem yang menyebabkan kekeringan dan kebakaran hutan tahun ini akan mengganggu panen tanaman utama di Turki.

Perubahan iklim dan irigasi yang buruk dalam hubungannya dengan pengelolaan air yang salah telah memperburuk masalah ini. Hal ini juga memaksa banyak petani keluar dari ladang pertanian mereka dan beralih pada mata pencaharian lain.

5. Ikan Irak
Sungai Tigris dan Efrat menjadi sumber penghasilan bagi petani dan nelayan Irak untuk mencari nafkah, tetapi itu berubah ketika permukaan air turun karena suhu yang lebih hangat dan pembangunan bendungan di hulu di negara tetangga Turki.

PBB telah mengklasifikasikan Irak sebagai negara kelima yang paling rentan di dunia terhadap perubahan iklim, dengan suhu sekarang secara teratur melewati 50 derajat C ketika musim panas.

Saluran air Irak juga telah lama digunakan sebagai tempat pembuangan sampah dan produk sampingan kimia dan polutan semacam itu berdampak pada jumlah ikan di sungai negara itu. Sekitar 70 persen limbah industri Irak berakhir di sungai atau laut.

 
Berita Terpopuler