Wanita Saudi Mulai Masuki Dunia Kerja

Ada ribuan wanita Saudi mulai masuki dunia kerja.

Saudi Gazette
Sara Al-Anizi adalah perempuan Arab Saudi yang memilih profesi sebagai sopir ambulans.
Rep: Meiliza Laveda Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, RIYADH -- Visi 2030 yang digagas oleh Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman membuat banyak perubahan, salah satunya wanita mulai memasuki dunia kerja. Reham Al-Ahmed merupakan salah satu bentuk perubahan itu.

Baca Juga

Al-Ahmed adalah wanita pertama di keluarganya yang memiliki pekerjaan dari lulusan SMA. Tadinya, orang tuanya tidak ingin ia bekerja. Namun, karena kehidupan di ibu kota yang semakin mahal, Al-Ahmed harus membantu keuangan orang tuanya.

“Dulu saya merasa bersalah saat meminta apa pun kepada ayah saya, tetapi sejak mulai bekerja, saya bangga bisa membantu dia,” kata Al-Ahmed.

Ada ribuan wanita seperti Al-Ahmed yang tidak terbayangkan turun dalam dunia kerja. Saat ini, tidak ada wanita di kabinet Raja Salman atau dalam peran penasihat senior dan Dewan Syura penasihat hanya memiliki 30 anggota wanita dari 150 orang. Namun, sekarang wanita merupakan 33 persen dari angkatan kerja Saudi, hampir dua kali lipat dari lima tahun lalu.

Di seluruh kelompok usia dan tingkat pendidikan, mereka mengambil pekerjaan yang sebelumnya terbatas pada pria Saudi dan pekerja migran di restoran, supermarket, akuntansi dan perusahaan desain grafis.

 

Perubahan tidak hanya terjadi di Riyadh. Di kota lain, seperti Unaizah, terlihat lebih banyak wanita yang bekerja. Setelah lulus dari universitas, Ghada Al-Salman (33 tahun) berjuang untuk mencari pekerjaan di Qassim, tempat yang memiliki angka pengangguran wanita sekitar 18 persen, lebih dari tiga kali lipat tingkat pria. Akhirnya Al-Salman membuka tiga toko roti yang mempekerjakan 45 orang.

“Tanpa orang tua saya, saya tidak akan bisa melakukan semua ini. Kebanyakan ayah di sini masih tidak akan setuju dengan anak perempuan mereka yang bekerja sepanjang hari bersama laki-laki,” ujar dia.

Bagi wanita lain, perubahan ini sudah terlambat. Rana Alturki (45 tahun) telah bergabung dengan perusahaan minyak dan gas ayahnya tahun 2000 lalu. Sebagai karyawan wanita pertama, ia bekerja bertahun-tahun di kantor yang dipisahkan dengan laki-laki.

“Saat itu, para pria tidak sopan. Tidak ada yang akan mengucapkan selamat pagi atau naik lift bersama saya. Mereka tidak akan berdiri di ruangan yang sama dengan saya,” kata Alturki yang sekarang menjadi pemilik dan manajer Rawabi Holding Co.

Selain itu, wanita dulu juga takut meminta gaji. “Syukurlah banyak hal telah berubah. Sekarang para wanita datang dan bernegosiasi gaji mereka. Mereka tahu nilai mereka,” tambahnya. Menurut penelitian yang dilakukan lembaga swadaya masyarakat (LSM) Al-Nahda, kesenjangan upah gender di Arab Saudi mencapai 49 persen.

 

Dilansir Business Today, Ahad (7/11), Pakar Hak Perempuan Saudi di AS Hala Al-Dosari mengatakan sikap sosial masih mengatur akses perempuan ke pasar tenaga kerja. Dia mencatat, sebagian besar pekerjaan baru untuk perempuan dengan gaji yang rendah. “Meskipun undang-undang diperkenalkan untuk menentang pelecehan dan diskriminasi, undang-undang tersebut tidak sistematis dan perempuan masih dilecehkan dan ditolak haknya,” kata dia. n 

 
Berita Terpopuler