BMKG: Bencana Banjir di Kota Batu Dipicu Cuaca Ekstrem

BMKG mengatakan bencana banjir di Kota Batu dan Alor dipicu karena cuaca ekstrem.

ANTARA/Zabur Karuru
Seorang anak mengamati kerusakan akibat banjir bandang di Bulukerto, Kota Batu, Jawa Timur, Jumat (5/11/2021). Berdasarkan laporan sementara dari BPBD Kota Batu hingga hari kedua pencarian korban banjir bandang, tim SAR berhasil menemukan enam jenazah korban dan tiga korban masih dalam proses pencarian.
Rep: Antara, Dian Fath Risalah, Wilda Fizriyani Red: Bayu Hermawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Guswanto, mengatakan banjir di Alor Selatan, Nusa Tenggara Timur serta di Kota Batu, Jawa Timur secara umum dipicu oleh kondisi cuaca ekstrem. BMKG memprediksi curah hujan di wilayah Indonesia akan semakin meningkat pada bulan November ini sejalan dengan menguatnya La Nina dan Monsun Asia.

Baca Juga

Guswanto menjelaskan kondisi cuaca di Alor menunjukkan bahwa bencana banjir di wilayah tersebut pada 3 November 2021 dipicu curah hujan intensitas lebat-sangat lebat disertai kilat/petir. "Dimana curah hujan terukur di sekitar Pailelang mencapai intensitas 103 mm dalam periode 24 jam," kata Guswanto.

Kondisi cuaca ekstrem di Alor dipicu oleh pertumbuhan awan hujan jenis Cumulonimbus yang cukup intens dan merata, sehingga menimbulkan curah hujan sedang-lebat yang terjadi dalam durasi yang cukup lama.

Sementara curah hujan di Kota Batu pada 4 November 202, berkategori sangat lebat dengan intensitas curah hujan mencapai 80,3 mm yang terjadi sekitar dua jam. Analisis citra satelit dan radar cuaca menunjukkan adanya pertumbuhan awan hujan Cumulonimbus yang cukup intens dengan sebaran hujan potensi lebat hingga sangat lebat di wilayah Kota Batu.

Guswanto menambahkan, curah hujan di berbagai wilayah di Indonesia akan semakin meningkat di bulan November ini sejalan dengan menguatnya La Nina dan Monsun Asia. 

Hal tersebut berpotensi meningkatnya risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, banjir bandang dan angin kencang. Untuk itu BMKG terus mengingatkan perlunya kewaspadaan terhadap cuaca ekstrem yang menuntut kesiapsiagaan berbagai pihak, termasuk masyarakat untuk menghadapi, mengurangi risiko bahkan sedapat mungkin mencegah terjadinya bencana hidrometeorologi tersebut.

Ia mengatakan UPT BMKG Nusa Tenggara Timur dan Jawa Timur sebelumnya telah memberikan informasi peringatan dini terkait adanya potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi di kedua provinsi tersebut.

"Diseminasi potensi cuaca ekstrem untuk wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur telah didiseminasikan sejak dua hari sebelumnya, kemudian diperkuat dengan informasi peringatan dini sejak 1-2 jam sebelum kejadian di dua wilayah tersebut. Koordinasi dan diseminasi kepada pemangku kepentingan terkait kebencanaan juga telah dilakukan oleh BMKG setempat," ujarnya.

 

Seperti diketahui, banjir yang terjadi di wilayah Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur menyebabkan lahan persawahan seluas 7 hektar terendam. Adapun lokasi areal persawahan terletak di Desa Malaipea, Kecamatan Alor Selatan. 

Curah hujan tinggi yang mengguyur serta jebolnya tanggul sungai Paliwang yang masih dalam tahap pengerjaan, memicu banjir yang terjadi pada Rabu (3/11) pukul 15.30 WITA. Selain menyebabkan areal persawahan terendam, banjir ini juga berdampak pada rusaknya pemukiman warga. 

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Alor Marten Moubeka mengatakan, kondisi terkini sudah kondusif dan banjir sudah mulai berangsur surut. "Banjir sudah mulai berangsur surut sejak pukul 16.00 WITA sore tadi, dan situasi saat ini sudah kondusif," ujar Marten melalui sambungan telepon, Kamis (4/11). 

Sementara di Kota Batu, Jawa Timur, banjir bandang menerjang beberapa titik di wilayah itu. Banjir terjadi usai hujan deras mengguyur wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas yang berada di lereng Gunung Arjuno, Kamis (4/11). Berdasarkan laporan terbaru dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu, terdapat enam titik yang mengalami banjir. Lokasi tersebut antara lain Dusun Sambong, Jalan Raya Dieng, Dusun Beru, Dusun Sumberbrantas, Jalan Raya Selecta dan Dusun Gemulo.

Wali Kota Batu, Punjul Santoso, mengatakan hingga Jumat (5/11) kemarin, tercatat ada sebanyak enam orang meninggal dunia dan tiga orang hilang akibat banjir. Selain data korban, Punjul juga mengungkapkan, laporan kerusakan atau kerugian rumah maupun benda akibat banjir bandang. Berdasarkan data yang diterima pada Jumat (5/11) pukul 15.00 WIB, ada 22 rumah dan benda yang rusak akibat bencana tersebut. 

Untuk menangani bencana ini, Pemkot Batu telah menyiapkan sejumlah upaya. Beberapa di antaranya kaji cepat dan mengevakuasi korban serta membersihkan material. Pada proses ini, Pemkot Batu dibantu sejumlah pihak termasuk TNI, Polri, Polda dan sebagainya.

Hal yang pasti, kata Punjul, pihaknya merekomendasikan tim untuk segera mencari korban yang belum ditemukan hingga saat ini. Kemudian melakukan pendataan kebutuhan darurat logistik serta obat-obatan. Lalu melanjutkan pembersihan material banjir bandang yang juga dibantu oleh sejumlah pihak.

"Berikutnya, kita juga melakukan perbaikan kerusakan akibat banjir tersebut," ucapnya.

 

 
Berita Terpopuler