Mampu Tekuk Man City, Skuad Palace Era Vieira Belum Stabil

Skuad besutan Patrick Vieira lebih bervariasi dalam melakukan serangan balik.

EPA-EFE/ANDREW YATES
Pelatih Crystal Palace, Patrick Vieira.
Rep: Rahmat Fajar Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Patrick Vieira mendapatkan tugas memperbaiki catatan apik Roy Hodgson di Crystal Palace ketika ia ditunjuk sebagai penggantinya. Hodgson mengundurkan diri dari posisinya sebagai pelatih Palace pada akhir musim 2020/2021.

Hudgson adalah pelatih berpengalaman dengan rekam jejak positif di sepak bola Eropa. Ia dikenal lumayan sukses saat menangani Liverpool dan timnas Inggris.

Penunjukan Vieira sedikit membuat perubahan dalam hal pendekatan. Kini perekrutan pemain baru guna meningkatkan performa tim lebih diutamakan dan berpusat pada pemain muda. Marc Guehi dan Joachim adalah contoh pasangan bek tengah muda baru di skuad Palace.

Connor Gallagher didatangkan dengan status pinjaman dari Chelsea untuk menambah kekuatan di lini tengah. Sedangkan, Odsonne Edouard dan Michael Olise menambah kreativitas di lini serang. Pemain baru dengan pelatih baru membawa Palace ke gaya permainan baru pula.

Sejauh ini perubahan masih inkonsisten. Palace bercokol di papan tengah tepatnya posisi ke-13 klasemen sementara Liga Primer Inggris.

Skuad Palace terkesan frustrasi. Namun ada ruang optimisme dengan pendekatan baru sang pelatih yang diperkirakan akan membuahkan hasil.

Ada perbedaan cara Vieira mengatur Palace dengan Hudgson dalam hal serangan balik. Vieira lebih bervariasi dalam melakukan serangan balik. Hal tersebut yang tak ditemukan pada gaya Hudgson.

"Cara lawan menekan kami akan menentukan bagaimana kami membangun serangan. Tapi kami harus menggunakan bola dengan baik ketika kami menguasainya,” kata Vieira dilansir Tribal-Football, Jumat (5/11).

Tetapi salah jika kemudian menggambarkan Vieira sebagai pelatih yang fokus pada penguasaan bola. Pelatih asal Prancis tersebut justru lebih pragmatis. Gol yang tercipta Palace masih didapatkan dari serangan balik.

Serangan balik akan tetap ada dalam gaya permainan Palace, namun kali ini ada banyak opsi. Sebelumnya, Palace sangat mengandalkan dribbling, skill, dan kecepatan Wilfried Zaha. Kini the Eagles bisa mengandalkan visi dan passing dari Olise, control dan ball-striking dari Edouard, serta kecepatan lari untuk kemudian penyelesaikan akhir dari Gallagher.

Gol kedua Palace dalam kemenangan atas Manchester City pekan lalu membuktikan ragam serangan balik cukup efektif. Kemudian gol kedua the Eagles ketika melawan Arsenal juga menunjukkan kombinasi permainan dan kreativitas yang sama.

Baca Juga

Di bawah Vieira, Palace lebih banyak menguasai bola. Musim ini rata-rata menguasai bola 50,5 persen dibandingkan 42,9 persen pada musim lalu.

Palace memainkan hampir 100 peren bola-bola pendek. Kemudian umpan diagonal dari pertahanan juga terlihat di era Vieira. Selain itu, the Glaziers juga menekan dengan intensitas lebih dan mencoba merebut bola lebih cepat ketika kehilangan bola.

Conor Gallagher (tengah) dari Crystal Palace merayakan gol dengan rekan satu timnya selama laga Liga Primer Inggris kontra Manchester City di Manchester, Inggris, 30 Oktober 2021. Palace unggul 2-0 atas Man City. - (EPA-EFE/ANDREW YATES)



Namun strategi Vieira tak selalu berjalan mulus di Palace. Ada beberapa masalah yang harus ia perbaiki. Ada beberapa pertanyaan muncul, mengapa Vieira tak mampu mengubah hasil imbang menjadi kemenangan? Bayangkan dari 10 laga musim ini, Palace tercatat enam kali bermain imbang.

Pertama, ada inefisiensi di sepertiga akhir. Ketika melawan Newcastle United, Palace menguasai bola 75 persen. Namun anak asuh Vieira hanya menciptakan tiga tembakan tepat sasaran.

Dua pemain baru yaitu Eduard dan Olise masih beradaptasi. Sementara Vieira masih tahap berproses menemukan tiga penyerang terbaiknya.

Masalah lainnya yang lebih mengkhawatirkan adalah kesalahan individu dan ketidakmampuan mengantisipasi bola mati. Kesalahan bek-bek Palace ini harus segera diperbaiki Vieira.

 
Berita Terpopuler