Klaim PDIP Masih Solid di Tengah Prediksi Hengkangnya Ganjar

Ganjar Pranowo diprediksi akan hengkang ke partai lain demi tiket Pilpres 2024.

dok. Istimewa
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizky Suryarandika, Nawir Arsyad Akbar

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) belakangan digoyang isu bakal hengkangnya kader Ganjar Pranowo lantaran gubernur Jawa Tengah itu kemungkinan tidak akan diusung partainya sendiri pada Pilpres 2024 mendatang. Apalagi, Ganjar kerap berada pada top survei elektabilitas bakal capres 2024 yang semakin ke sini mampu melampaui Prabowo Subianto.

Namun, Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Andreas Hugo Pareira menampik isu perpecahan di internal partainya menyusul prediksi hengkangnya Ganjar bila tak diusung pada Pilpres 2024. Hugo menegaskan, partai berlambang kepala banteng tersebut tetap satu suara di bawah arahan Megawati Soekarnoputri selaku ketua umum.

"Partai ini solid, di bawah kepemimpinan ketua umum Ibu Megawati Soekarnoputri," kata Hugo kepada Republika, Jumat (29/10).

Hugo malah menyindir pihak-pihak yang dianggap mencoba menggulirkan opini perpecahan di internal PDIP. Ia mengklaim, upaya semacam itu sia-sia lantaran ikatan kader PDIP yang kuat.

"Tidak ada manfaatnya juga buat analisis untuk memecah PDI-Perjuangan melalui kader-kadernya," ujar Anggota DPR RI dari Komisi X itu.

Sebelumnya, pada Kamis (28/10), Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto juga menegaskan, kondisi partainya saat ini semakin solid dan kuat menatap Pemilu 2024. Soliditas PDIP, kata Hasto, ditandai dengan peresmian Taman UMKM Bung Karno dan kantor partai di sejumlah daerah.

"Dengan peresmian kantor partai ini, seluruh pergerakan kantor partai pada Pemilu Legislastif dan Pemilu Presiden 2024 terus kita lakukan dengan sebaik-baiknya. Partai tidak pernah membedakan wilayah, karena setiap wilayah NKRI merupakan satu kesatuan cita-cita sebagaimana dikatakan Bung Karno," kata Hasto, Kamis.

Peresmian UMKM, Patung Bung Karno, dan 16 kantor PDIP, kata Hasto, dilaksanakan langsung oleh Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri. Hasto melaporkan, bahwa selama pandemi Covid-19, PDIP telah meresmikan kantor partai sebanyak lima kali. Total sudah dibangun 10 kantor DPD setingkat provinsi, setingkat kabupaten/kota atau DPC sebanyak 64 kantor, dan setingkat kecamatan atau PAC sebanyak tujuh kantor.

"Jadi setelah 2019, kantor partai bertambah 81 kantor dan semuanya atas nama DPP Partai, tidak boleh diperjualbelikan, menjadi aset abadi partai, partai ini ada sepanjang NKRI ini ada," jelas Hasto.

Dalam acara partai secara virtual pada Kamis (28/10), Ketum PDIP Megawati bahkan bersuara kerasa dengan mempersilakan para kadernya yang tidak bisa loyal untuk mundur dari partai. Menurut Megawati, mundur lebih baik daripada dirinya mengambil langkah pemecatan.

"Sekarang ini saya sering sekali mengatakan, sudah mereka kalau ndak suka lagi sama PDIP silakan mengundurkan diri. Daripada saya capek pecat-pecat, mengundurkan diri saja," kata Megawati.

In Picture: Ganjar Pranowo Ziarahi Makam Bung Karno

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (Kiri) menaburkan bunga di pusara Makam Presiden Soekarno, Kota Blitar, Jawa Timur, Ahad (24/10/2021). Ganjar Pranowo berkunjung di kawasan Makam Presiden Soekarno untuk berziarah, usai mengunjungi pusat budidaya bunga anggrek di kawasan lereng Gunung Arjuna. ANTARA FOTO/Irfan Anshori/foc. - (ANTARA/Irfan Anshori)

Pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menganalisis, bahwa Ganjar Pranowo berpeluang pindah ke partai lain. Alasannya, tidak ada kepastian PDIP akan mengusung Ganjar menjadi capres, sementara elektabilitas gubernur Jawa Tengah itu terus meningkat.

"Ada potensi Ganjar lompat ke partai lain jika sampai jelang akhir pendaftaran capres/cawapres ia tidak juga mendapat dukungan partai. Potensi partai yang mungkin akan memberikan dukungan pada Ganjar adalah Partai Golkar, PKB dan PPP," kata Ubedilah kepada Republika, Jumat (29/10).

Senada, Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI Prof Firman Noor juga menilai, peluang Ganjar terbilang cukup meyakinkan untuk bertarung di Pilpres 2024. Ia menganalisis setidaknya ada tiga skenario agar Ganjar bisa menjadi capres pada 2024.

"Peluang Ganjar ada tiga. Pertama dia jadi anggota partai baru, kedua diusung partai-partai walau dia bukan anggota partai manapun atau tetap di PDIP, ketiga negosiasi dengan PDIP untuk bisa yakinkan internal PDIP agar bisa mencalonkan diri karena mungkin suaranya terus leading sampai hari H pencoblosan," ucap Firman.

Relawan pendukung Joko Widodo (Jokowi) atau Jokowi Mania pun menyatakan, mendukung Ganjar Pranowo untuk Pilpres 2024 mendatang. "Kami dukung Ganjar Pranowo pengganti Jokowi di 2024," kata Ketua Jokowi Mania Imanuel Ebenezer dihubungi di Jakarta, Jumat.

Alasannya, kata Ebenezer, Ganjar memiliki integritas, sosok pekerja, dan memiliki komitmen untuk kebinekaan. Jokowi Mania telah mengeluarkan tagline "Ganjar The Next Jokowi".

Terkait apakah Ganjar mendapatkan dukungan dari PDI perjuangan, Ebenezer menegaskan mereka merupakan relawan yang mempunyai hak konstitusi. "Kami tidak bersentuhan dengan partai, kami adalah relawan yang punya hak konstitusi untuk menyampaikan pandangan dan pendapat berkaitan kepemimpinan bangsa ini 2024," kata Ebenezer.

Baca Juga

 

Nama Ganjar Pranowo belakangan memang berada di atas puncak survei tokoh atau bakal calon untuk Pilpres 2024. Setelah sebelumnya Litbang Kompas menempatkannya di atas bersama Prabowo Subianto dengan angka elektabilitas 13,9 persen, terakhir Poltracking Indonesia lewat hasil survei terbarunya pada 3 hingga 10 Oktober 2021, menempatkan Ganjar berada di paling atas dengan elektabilitas sebesar 18,2 persen.

Tepat di bawahnya, terdapat nama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan 17,1 persen. Kemudian Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berada di urutan ketiga dengan 10,2 persen.

"Tertinggi Ganjar Pranowo di rentang margin of error dengan Prabowo, 18,2 persen. Prabowo mepet dalam margin of error, 17,1 persen," ujar Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda AR dalam rilis daringnya, Senin (25/10).

Yuda menjelaskan, pihaknya melakukan survei dengan pertanyaan terbuka. Jadi, para responden tak diberikan kuisoner berisi daftar nama yang berpotensi maju di Pilpres 2024.

Berada di urutan keempat muncul nama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dengan elektabilitas 2,4 persen. Kemudian, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dengan angka 2,1 persen.

Selanjutnya ada nama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno dengan elektabilitas 1,7 persen. Diikuti oleh Ketua DPR yang juga politikus PDIP Puan Maharani 1,5 persen.

Posisi kedelapa ditempati Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan elektabilitas 1,3 persen. Kemudian ada Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto dengan elektabilitas 0,5 persen.

Di posisi bawah ada sejumlah nama yaitu mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo (0,4 persen), Kasad Andika Perkasa (0,3 persen), Menkopolhukam Mahfud MD (0,3 persen), Menteri BUMN Erick Thohir (0,2 persen), serta Ketum PKB Muhaimin Iskandar 0,2 persen. Responden yang menjawab tidak tahu atau tidak menjawab sebesar 37,9 persen.

Hanta mengatakan, bahwa saat ini ada tiga jalur untuk menjadi capres di 2024. Pertama adalah jalur kepala daerah, seperti sejumlah gubernur saat ini yang memiliki elektabilitas tinggi.

Jalur inilah yang dimanfaatkan oleh Joko Widodo dan PDIP. Saat itu, Jokowi meraih simpati publik saat menjadi Wali Kota Solo dan kemudian melenggang ke DKI Jakarta, hingga menjadi presiden.

"Ini eskalator politik menuju capres 2024 yang potensial. Khususnya gubernur di Pulau Jawa, yaitu Gubernur DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur," ujar Yuda.

Kedua, adalah jalur partai politik yang dimiliki oleh para elite di dalamnya. Beberapa nama elite partai yang berpotensi maju sebagai capres adalah Prabowo Subianto, Puan Maharani, Airlangga Hartarto, dan Muhaimin Iskandar.

"Karena partai politik adalah pemilik tiket untuk maju di Pilpres 2024," ujar Yuda.

Terakhir, adalah jabatan menteri yang dipegang oleh sejumlah sosok potensial, seperti Sandiaga Salahuddin Uno, Erick Thohir, dan Mahfud MD. Menurutnya, mereka memiliki pekerjaan yang dapat dipantau publik, sehingga dapat memperoleh elektabilitas.

"Jadi ini adalah eskalator politik potensial yang kita analisis berdasarkan temuan survei ini dan tergantung siapa mendapatkan momentum politik ini," ujar Yuda.

Lima Nama Capres di Tiga Hasil Survei - (Infografis Republika.co.id)

 
Berita Terpopuler