Daerah di Jatim Diminta Tingkatkan Kesiapsiagaan Hadapi Ben

Fenomena La Nina diprediksi akan terjadi mulai Oktober 2021 hingga Februari 2022.

republika/mgrol100
Fenomena La Nina (Ilustrasi)
Rep: Dadang Kurnia Red: Andi Nur Aminah

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta seluruh kabupaten/kota di wilayah setempat memperkuat kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Terutama untuk menghadapi ancaman hidrometeorologi dan La Nina. Dimana fenomena La Nina diprediksi akan melanda Indonesia mulai Oktober 2021 hingga Februari 2022 yang itu dapat memicu bencana hidrometeorologi. 

Baca Juga

“Meski BMKG menyebut fenomena La Nina lemah, namun mitigasi dari hulu ke hilir oleh Forkopimda Jatim dan kabupaten/ kota  harus tetap dilakukan. Jangan sampai sudah kejadian, baru kebingungan,” kata Khofifah di Surabaya, Senin (25/10).

Khofifah mengatakan, pemerintah daerah secara rutin harus melakukan update data dan informasi perihal cuaca dan iklim yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Setiap peringatan dini yang dikeluarkan BMKG terkait cuaca dan iklim, kata Khofifah, harus secepatnya direspons dan disebarluaskan apabila menyangkut kedaruratan di wilayah masing-masing.

Sedangkan masyarakat, kata Khofifah, juga harus diberi pemahaman menyeluruh guna meningkatkan kesiap-siagaan dan kewaspadaan. Dengan demikian, masyarakat bisa melakukan langkah-langkah penyelamatan atau evakuasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana akibat fenomena La Nina ini. 

Khofifah menyampaikan beberapa arahan dalam upaya mengantisipasi dampak bencana tersebut. Di antaranya terkait peningkatan sinergitas antarstakeholder, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/ kota. Lalu kata dia, dilanjutkan dengan penyiapan rencana kontijensi oleh setiap kepala daerah yang disesuaikan dengan tata kelola prokes dan kesiapan semua lini. 

 

Khofifah juga meminta adanya penyiapan lokasi pengungsian dan jalur evakuasi yang sudah sesuai dengan prokes guna mencegah penyebaran Covid-19. Selanjutnya, Khofifah meminta dilakukan pendekatan secara pre-emptif kepada masyarakat terkait peran serta masyarakat dalam menghadapi bencana alam. 

Khofifah pun berharap agar selalu ada pengecekan intens dan berkala terhadap seluruh peralatan SAR yang dimiliki. Hal ini tak lain untuk menjaga kesiapsiagaan saat dibutuhkan dalam penanganan bencana alam. Selain itu, lanjut dia, yang tidak kalah penting adalah menjaga kesehatan semua personil dengan selalu berpegang pada protokol kesehatan ketat. 

“Apalagi, bencana alam nyatanya berdampak pada meningkatnya kemiskinan bahkan hingga 80 persen karena bisa berimbas pada rusaknya infrastruktur dan tempat tinggal, baik karena longsor, puting beliung, atau sebab lainnya," kata dia.

 

Terkait hal yang sama, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyampaikan, kesiapsiagaan dalam menanggulangi bencana merupakan suatu hal yang sangat penting. Sebab, bencana bisa datang secara tiba-tiba. Eri pun mengaku terus berkoordinasi dengan BMKG dalam upaya mengantisipasi bencana alam. 

Eri mengatakan, menurut BMKG, terjadinya bencana masih bisa diamati dan dirasakan tanda-tandanya. Meskipun, ada juga bencana yang tidak bisa diprediksi, seperti hujan dan musim yang berubah-ubah.

"Maka dari itu Pemkot Surabaya dan seluruh jajaran Forkopimda Surabaya melakukan kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan itu juga telah dipersiapkan mulai dari sarpasnya seperti alat, mobil damkar, ambulance dan lain sebagainya,” kata Eri.

Eri menjelaskan, saat ini Pemkot Surabaya sudah melakukan antisipasi penanggulangan bencana. Mulai dari mencegah pohon tumbang dengan perantingan, serta mengantisipasi terjadinya banjir dengan melakukan pengecekan seluruh-saluran air.

Menurutnya, ada beberapa titik kawasan yang perlu diantisipasi. Yakni di pesisir pantai seperti Kenjeran dan Kali Lamong. Guna mencegah terjadinya banjir di kawasan ini, Pemkot bakal memperkuat dengan tanggul dan melakukan penyisiran pantai untuk mencari titik mana saja yang berpotensi terjadi bencana besar.

“Kita akan menyisir pantai-pantai untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya gelombang naik. Selain itu, juga terus berkoordinasi dengan BMKG untuk mengetahui wilayah Surabaya mana saja yang berpotensi lebih besar terjadi bencana alam. Bila sudah diketahui maka kita fokuskan pada titik yang rawan bencana,” ujarnya.

Eri juga menyampaikan pesan kepada masyarakat, bila terjadi gangguan atau bencana di Kota Surabaya, bisa segera menghubungi Call Center 112. Ia juga mengimbau masyarakat agar senantiasa menjaga lingkungan. Masyarakat juga diharapkannya dapat memperkuat ibadah serta mendoakan Kota Surabaya agar terhindar dari bencana.

 

 
Berita Terpopuler