Kimia Farma Optimistis dengan Kinerja Semester II 2021

Kimia Farma mengoptimalisasi dan efisiensi manufaktur serta meningkatkan penjualan.

istimewa
Anggota holding BUMN farmasi, PT Kimia Farma (Persero), optimistis pertumbuhan kinerja akan terus terjadi pada semester II 2021.
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota holding BUMN farmasi, PT Kimia Farma (Persero), optimistis pertumbuhan kinerja akan terus terjadi pada semester II 2021. Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Ganti Winarno menyatakan, perseroan meyakini semester II dapat memberikan kontribusi positif sejalan dengan perkembangan ekonomi yang semakin membaik. 

Baca Juga

"Beberapa strategi yang dilakukan perseroan, mulai dari hulu yaitu sektor manufaktur hingga ke ritel farmasi, dan layanan kesehatan, diharapkan akan memberikan dampak positif dalam pertumbuhan kinerja perseroan hingga akhir 2021," ujar Ganti saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Senin (25/10).

Ganti memaparkan sejumlah strategi tersebut antara lain optimalisasi dan efisiensi manufaktur, efektivitas proses distribusi, peningkatan channel penjualan, dan optimalisasi teknologi digital.

"Salah satunya melalui aplikasi Kimia Farma Mobile yang akan memudahkan masyarakat dalam mengakses produk dan layanan kesehatan perseroan," ucap Ganti.

Kata Ganti, Kimia Farma terus berkomitmen memberikan produk dan layanan kesehatan yang terbaik dan berkualitas, dan terus meningkatkan keterjangkauan serta mendekatkan diri ke masyarakat sehingga akan memudahkan masyarakat dalam memperoleh produk dan layanan kesehatan.

Sebelumnya, holding BUMN farmasi yang terdiri atas Bio Farma, Kimia Farma, dan Indo Farma mencatat kenaikan pendapatan 164 persen pada semester I 2021, atau naik dari Rp 5,78 triliun pada 2020 menjadi Rp 15,26 triliun. 

Menurut Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir, pendapatan Bio Farma, didapat dari realisasi pendapatan penugasan yang mencapai Rp 8,12 triliun. Yakni terdiri atas Rp 7,97 triliun program vaksin Covid-19 dan 144,30 miliar, didapat dari program Vaksinasi Gotong Royong (VGR). 

"Untuk anggota Holding BUMN Farmasi, Kimia Farma membukukan pendapatan pada Semester I 2021 sebesar Rp 5,56 triliun," ujar Honesti dalam siaran persnya, Senin (27/9).

 

Honesti menjelaskan, pendapatan tersebut diperoleh dari penjualan produk pihak ketiga sebesar Rp 4,1 triliun termasuk didalamnya, didapat dari VGR sebesar Rp 402,9 miliar. Pertumbuhan penjualan dari Kimia Farma sebesar 18,6 persen yoy.

Sedangkan untuk Indofarma, kata dia, pendapatan Semester I 2021 mencapai Rp 849.33 miliar, berasal dari penjualan obat Obat Generik Berlogo (OGB) dan etchical sebesar Rp 492,79 miliar, sisanya dari penjualan alkes multivitamin dan lain-lain. Pertumbuhan penjualan dari Indofarma sebesar 89,9 persen yoy.

Honesti menegaskan, jika dilihat penjualan bersih perusahaan diluar penugasan pandemi Covid-19, kinerja Holding BUMN Farmasi masih on the track, meski masih menghadapi tantangan untuk penjualan ekspor.

"Untuk Bio Farma, penjualan kami tanpa penugasan Covid-19, masih bisa mencapai Rp 985 miliar, yaitu mencapai 84,39 persen dari yang ditargetkan pada Semester I 2021. Pencapaian ini terdiri dari penjualan ekspor yang mencapai Rp 549 miliar, dan untuk penjualan dalam negeri (pemerintah), mencapai Rp 66,39 miliar, atau baru terealisasi 59,8 persen dari yang dianggarkan," ucap Honesti

Menurut Honesti, Bio Farma dalam menghadapi pandemi, berhasil menciptakan inovasi produk berupa kit diagnostik untuk mendeteksi virus Covid-19, berupa Rapid Test polymerase chain reaction (RT-PCR) yang diluncurkan pada Semester I tahun 2020 oleh Presiden Joko Widodo. Inovasi yang dihasilkan dari hasil kolaborasi bersama startup, yang sudah memenuhi gold standard  RT-PCR kit. RT-PCR ini juga dilengkapi dengan media VTM (Viral Transport Media) yang dibuat dan diproduksi secara mandiri oleh Bio Farma.

"Penjualan sektor swasta, mencapai Rp 431 miliar, atau sudah mencapai 105 persen dari yang dianggarkan sebesar Rp 411 miliar. 68,86 persen dari total penjualan dalam negeri sektor swasta diperoleh dari penjualan untuk RT-PCR dengan nama M-BioCov, mencapai Rp 283 miliar," kata Honesti. 

Baca juga : Ahok Dukung Transformasi Erick Thohir untuk Pertamina

 
Berita Terpopuler