Hizbullah: Muslim Harus Tolak Normalisasi dengan Israel

Israel menimbulkan ancaman bagi umat Muslim di seluruh dunia.

AP/Hassan Ammar
Warga Lebanon dan Palestina meneriakkan slogan dan mengibarkan bendera, selama unjuk rasa yang diselenggarakan oleh kelompok militan Hizbullah Lebanon untuk mengekspresikan solidaritas dengan rakyat Palestina, di pinggiran selatan Beirut, Lebanon, Senin, 17 Mei 2021.
Rep: Kiki Sakinah Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, TEHERAN -- Sekjen Hizbullah, Seyed Hassan Nasrallah mengatakan, Israel menimbulkan ancaman bagi umat Muslim di seluruh dunia. Ia juga mengecam rezim Bahrain atas kesepakatan normalisasi dengan Tel Aviv. Di sisi lain, ia memuji faksi-faksi Irak karena mengecam sebuah acara yang diadakan di Erbil untuk formalisasi hubungan dengan entitas Israel.

Baca Juga

"Hari ini, Amerika Serikat dan para pendukung rezim Zionis berusaha untuk memastikan bahwa umat Islam tidak menentang penjajah Zionis bahkan di dalam hati mereka. Muslim harus menentang normalisasi hubungan dengan rezim Zionis dengan cara yang mereka bisa," kata Nasrallah, dilansir di Fars News Agency, Ahad (24/10).

Sementara, ia memuji dukungan orang Iran, Suriah, Irak dan Yaman untuk perjuangan Palestina terlepas dari semua resikonya serta warga Bahrain yang menolak normalisasi dengan Israel meskipun langkah yang merugikan dari Manama tersebut.

Dia juga mengatakan anggota kelompok teroris Takfiri Daesh (juga dikenal sebagai ISIL atau ISIS) menggambarkan citra yang salah dari agama mulia Islam dan komunitas Muslim. Daesh memulai kampanye teror di Irak dan Suriah kurang dari satu dekade lalu, awalnya menguasai area yang luas dari wilayah di kedua negara tersebut.

 

 

Meskipun dikalahkan di banyak daerah, sisa-sisa kelompok teroris itu masih melakukan serangan mematikan sporadis terhadap warga sipil dan pasukan pemerintah di wilayah tersebut.

"Takfiri Daesh mewakili citra Islam yang salah dan harus dikalahkan. Semua cendekiawan Muslim harus menjaga persatuan Umat dan menghadapi barbarisme Daesh," lanjut Nasrallah.

Nasrallah juga menyerukan untuk mengecam perang tujuh tahun yang dipimpin Saudi di Yaman. Sejak 2015, Arab Saudi telah memimpin koalisi melawan Yaman untuk menggulingkan gerakan Ansarullah yang populer dan menempatkan kembali rezim Abd Rabbuh Mansur Hadi yang digulingkan, dan dekat Riyadh, di Sana'a.

"Akhir perang di Yaman membutuhkan persetujuan gencatan senjata dan pencabutan blokade secara bersamaan," tambahnya.

Perang yang berkepanjangan, disertai dengan pengepungan ekonomi, telah gagal mencapai tujuannya. Perang tersebut telah menewaskan ratusan ribu orang Yaman dan membuat negara itu termiskin di Asia Barat.

 

PBB bahkan menyebutnya sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Menurut perkiraan terbaru oleh UNICEF, perang di Yaman telah menewaskan atau melukai setidaknya 10.000 anak, yang setara dengan empat anak setiap hari. 

 
Berita Terpopuler