6 Kebiasaan Baik Jaga Kesehatan Otak

Otak manusia umumnya berhenti berkembang di usia 20-an tahun.

www.freepik.com
Otak manusia umumnya berhenti berkembang di usia 20-an tahun.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otak manusia umumnya berhenti berkembang di usia 20-an tahun. Setelah itu, akan ada perlambatan kognitif yang terjadi secara bertahap seiring dengan proses penuaan. Risiko demensia juga turut mengintai di usia tua.

Baca Juga

Laju perlambatan kognitif dan risiko demensia ini umumnya dipengaruhi oleh faktor risiko yang bisa dimodifikasi. Dengan kata lain, ada upaya yang bisa dilakukan untuk melindungi otak secara optimal dari perlambatan kognitif dan risiko demensia tersebut.

Seperti dilansir Science Focus, Kamis (21/10), ada lima kebiasaan yang dapat membantu menjaga kesehatan otak. Berikut ini adalah kelima kebiasaan tersebut.

 

Lakukan Aktivitas yang Membangun Cognitive Reserve

Cognitive reserve merupakan sebuah konsep di mana otak mampu beradaptasi saat dihadapkan pada proses penuaan atau penyakit. Sebagai contoh, seseorang dengan cognitive reserve yang tinggi tetap memiliki performa tes dan mental yang baik meski memiliki penanda biologis Alzheimer. Dia seakan memiliki kapasitas mental berbeda yang memungkinkannya bertahan dari kerusakan.

Ada beberapa aktivitas yang dapat membangun cognitive reserve. Sebagian di antaranya adalah membaca, memainkan instrumen musik, bernyanyi, menyelesaikan puzzle, belajar bahasa asing, dan berjalan-jalan.

 

Sosialisasi

Isolasi sosial merupakan faktor risiko besar dalam kasus demensia. Menurut studi yang dilakukan peneliti University of Groningen, orang yang memiliki partisipasi sosial dan kontak sosial lebih rendah serta perasaan kesepian lebih tinggi mempunyai risiko demensia yang lebih besar.

Sosialisasi dapat melatih aktivitas otak dan memunculkan perasaan memiliki. Dengan bersosialisasi, seseorang tak hanya melindungi kesehatan otaknya tetapi juga kesehatan mentalnya.

 

Aktif

Otak bergantung pada oksigen dan nutrien lain agar bisa berfungsi dengan baik. Apa yang menyehatkan jantung juga akan menyehatkan otak. Sebaliknya, pola hidup yang tidak aktif atau sedentari dan obesitas berkaitan dengan penurunan kognitif yang lebih cepat serta peningkatan risiko demensia.

Rutin berolahraga merupakan tak hanya dapat menjaga kesehatan jantung tetapi juga otak. Aktivitas olahraga yang bisa dilakukan pun sangat beragam, seperti berlari, bersepeda, serta berenang. Bila tak menyukai kegiatan-kegiatan ini, berjalan kaki, berkebun, atau menaiki tangga lebih sering juga dapat membantu.

 

Makan Sehat

Hindari mengonsumsi terlalu banyak lemak jenuh untuk mencegah terjadinya penyumbatan arteri. Selain itu, perbanyak pula konsumsi buah dan sayuran hijau untuk meningkatkan asupan antioksidan yang dapat membantu membersihkan otak dari radikal bebas.

Salah satu pengaturan pola makan yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah diet Mediterania. Diet ini kaya akan buah, sayur, legume, kacang-kacangan, sereal, dan minyak zaitun. Selain itu, diet ini juga rendah akan asupan lemak jenuh dan daging.

Bila merasa tak bisa langsung mengadopsi diet Mediterania, coba ubah pola makan secara bertahap. Bisa dimulai dengan mengupayakan konsumsi satu buah per hari dan kurangi konsumsi makanan siap santap.

 

Terus Ingin Tahu

Orang dengan skor Openness to Experience atau keterbukaan terhadap pengalaman yang tinggi cenderung memiliki otak yang lebih tajam dan risiko demensia yang lebih rendah. Openness to Experience merupakan satu dari lima hal yang berkaitan dengan rasa ingin tahu, kreativitas, dan kemauan untuk mencoba hal baru.

Studi dari University of Georgia menunjukkan bahwa keterbukaan yang lebih tinggi berkaitan dengan kecepatan psikomotor, fleksibilitas kognitif, serta memori kerja yang lebih baik. Hasil ini dapat terlihat baik pada orang dewasa tanpa depresi maupun dengan depresi.

Ada beberapa cara yang dapat membantu meningkatkan Openness to Experience. Sebagian di antaranya adalah mencari hal-hal yang memunculkan rasa takjub seperti berjalan di alam terbuka yang cantik atau menonton dokumenter tentang alam, berjalan-jalan ke tempat yang eksotis atau baru, dan menikmati pengalaman budaya yang membuka wawasan seperti menonton teater.

 

Berpikir Positif

Beberapa studi menunjukkan bahwa sikap terhadap penuaan dapat memiliki konsekuensi yang nyata bagi kesehatan saraf. Sebagai contoh, orang yang berpikir dirinya akan menjadi lebih lambat dan rentan terhadap pikun, memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami hal tersebut ketika di usia senja.

Perlu dipahami pula bahwa kesehatan otak di masa senja berada di tangan masing-masing orang. Oleh karena itu, penting untuk bisa bersikap dan berpikir positif dan melakukan perbaikan gaya hidup hingga rutinitas. Cari sosok yang sudah berumur dan positif sebagai role model untuk memberikan motivasi dalam menjaga kesehatan otak.

 
Berita Terpopuler