Taliban Pakistan Semakin Tunjukan Kekuatan

Taliban Pakistan dikenal sebagai Tehrik-e-Taliban dan terpisah dari Taliban Afghan.

AP/Ishtiaq Mehsud
Pejuang Taliban di kawasan tribal Pakistan.
Rep: Dwina Agustin Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, PESHAWAR -- Di wilayah suku Pakistan yang keras di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan, sebuah peringatan diam-diam dan terus-menerus beredar bahwa Taliban akan kembali. Gerakan Taliban Pakistan telah dikuatkan dengan kembalinya kekuasaan kelompok itu di Afghanistan.

Mereka tampaknya bersiap untuk merebut kembali kendali atas wilayah kesukuan yang dihilangkan hampir tujuh tahun lalu dalam sebuah operasi besar oleh militer Pakistan. Taliban Pakistan sudah meningkatkan pengaruhnya.

Kontraktor lokal melaporkan biaya tambahan yang dikenakan Taliban pada setiap kontrak dan pembunuhan orang-orang yang menentangnya. Pada awal September, misalnya, seorang kontraktor bernama Noor Islam Dawar membangun kanal kecil tidak jauh dari kota Mir Ali dekat perbatasan Afghanistan.

Nilai proyek itu tidak lebih dari 5.000 dolar AS. Namun, Taliban datang memanggil, menuntut bagian mereka sebesar 1.100 dolar AS. Dawar tidak punya apa-apa untuk diberikan dan memohon pengertian kelompok itu. Seminggu kemudian dia dilaporkan tewas ditembak oleh orang-orang bersenjata tak dikenal. Keluarganya menyalahkan Taliban.

Taliban Pakistan dikenal sebagai Tehrik-e-Taliban atau TTP. Organisasi ini terpisah dari Taliban Afghanistan, meskipun mereka memiliki ideologi garis keras yang sama dan bersekutu.

TTP muncul pada awal 2000-an dan meluncurkan kampanye pengeboman serta serangan lainnya. Kelompok tersebut bersumpah untuk menjatuhkan pemerintah Pakistan dan merebut kendali di banyak daerah suku. Tindakan keras militer tahun 2010-an berhasil menekannya.

Tapi TTP sedang menata ulang di tempat yang aman di Afghanistan bahkan sebelum Taliban Afghanistan mengambil alih Kabul pada 15 Agustus. "Keberhasilan menakjubkan Taliban Afghanistan dalam mengalahkan negara adidaya Amerika telah menguatkan Taliban Pakistan," ujar profesor sejarah Islam di University of Massachusetts, Brian Glyn Williams.

"Mereka sekarang tampaknya percaya bahwa mereka juga dapat mengobarkan jihad yang sukses melawan negara 'kafir' Pakistan dan telah kembali ke mode pemberontakan," kata Williams.

TTP telah meningkatkan serangan dalam beberapa bulan terakhir. Menurut Institut Studi Konflik dan Keamanan Pakistan yang berbasis di Islamabad, lebih dari 300 warga Pakistan tewas dalam serangan teroris sejak Januari, termasuk 144 personel militer.

Baca Juga

Baca juga : Perwakilan Khusus AS untuk Afghanistan Mundur

Direktur eksekutif Institut Studi Perdamaian Pakistan yang berbasis di Islamabad, Amir Rana, mengatakan peristiwa di Afghanistan juga telah membangkitkan semangat sejumlah partai agama radikal di Pakistan. Partai-partai ini secara terbuka mencerca minoritas Muslim Syiah sebagai bi'dah dan kadang-kadang membawa ribuan orang ke jalan untuk membela interpretasi garis keras mereka tentang Islam.

Sebuah jajak pendapat Gallup Pakistan yang dirilis minggu lalu menemukan 55 persen orang Pakistan akan mendukung pemerintah Islam seperti yang diadvokasi oleh Taliban Afghanistan. Gallup mensurvei 2.170 warga Pakistan segera setelah pengambilalihan Taliban di Kabul.

Hubungan Pakistan dengan banyak Taliban Afghanistan kembali ke tahun 1980-an ketika negara itu adalah arena pementasan untuk pertarungan yang didukung Amerika Serikat (AS) melawan pasukan Soviet di Afghanistan. Secara khusus, kelompok Haqqani, faksi Taliban paling kuat di Afghanistan, memiliki hubungan panjang dengan badan intelijen Pakistan, ISI.

Pakar senior Institut Perdamaian di AS Asfandyar Mir menyatakan Pakistan telah meminta bantuan kepada Menteri Dalam Begeri di pemerintahan baru Taliban Afghanistan Sirajuddin Haqqani untuk membantu memulai pembicaraan dengan TTP. Beberapa tokoh TTP di Waziristan Utara siap berunding.

Tapi faksi-faksi yang paling keras yang dipimpin oleh Noor Wali Mehsud, tidak tertarik pada pembicaraan. Mir menyatakan, Taliban Mehsud ingin menguasai Waziristan Selatan.

Dalam upaya untuk melakukan negosiasi dengan Islamabad, TTP menuntut mendapatkan kekuasan atas bagian-bagian wilayah suku dan memerintah dengan hukum Syariah Islam sesuai interpretasinya di wilayah tersebut. Menurut tokoh Pakistan yang mengetahui desakan itu, TTP pun meminta hak untuk menyimpan senjata.

Perwakilan lembaga Think tank dari AS Foundation for Defense of Democracies Bill Roggio mengatakan Pakistan membuka pembicaraan dengan Taliban untuk menghentikan serangan yang meningkat terhadap militernya. Namun Roggio memperingatkan bahwa pemerintah membuka kotak Pandora.

"TTP tidak akan puas dengan menguasai sebagian kecil Pakistan, pasti menginginkan lebih dari apa yang diberikan,. Seperti Taliban Afghanistan ingin memerintah Afghanistan, TTP ingin memerintah Pakistan," ujar Roggio.

Baca juga : AS tak Ikut Pertemuan di Rusia yang Bahas Afghanistan

 
Berita Terpopuler