Sosok Ideal Ketum yang Diharapkan PBNU

Sejumlah nama telah muncul dan digadang-gadang menjadi Ketum PBNU.

Nahdlatul Ulama
Rep: Dea Alvi Soraya Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Sejumlah nama telah muncul dan digadang-gadang akan bersaing merebutkan posisi sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) selanjutnya. Ketua STAI Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah, KH Abdul Ghofur Maimun mengatakan, terdapat beberapa karakteristik idaman yang diharapkan ada dalam pribadi pemimpin selanjutnya. 

Baca Juga

“Kalau ditanya yang diinginkan tentu kami ingin ketua yang memiliki jiwa nasionalis, kemampuan membangun relasi dengan dunia internasional, ilmu agama yang kuat, dekat dengan masyarakat, wajahnya merepresentasikan citra Nahdlatul Ulama, dan memiliki hubungan yang baik di tingkat pemerintah maupun internasional,” ujar putra kelima mendiang KH Maimoen Zubair itu kepada Republika

“Itu idealnya, tapi tentu akan sulit memiliki seluruhnya. Jadi setidaknya ketua umum selanjutnya dapat memiliki beberapa sikap dari sosok yang diharapkan publik tadi,” sambung ulama yang akrab disapa Gus Ghofur itu. 

Menurutnya, sebagai organisasi keagamaan yang besar dan memiliki anggota beragam, PBNU perlu dipimpin oleh pemimpin yang dapat menengahi seluruh perbedaan dan mampu berkomunikasi dengan berbagai lapisan masyarakat, disamping pemerintah dan jaringan internasional. PBNU, kata dia, juga memerlukan pemimpin yang memiliki latar belakang dan minat yang tinggi pada pendidikan, merujuk pada masih kurangnya pengembangan lembaga pendidikan PBNU.  

“Diharapkan juga ketum selanjutnya dapat lebih fokus mengembangkan pendidikan sehingga jangan sampai ketum ini tidak memiliki pengalaman atau latar belakang di ranah pendidikan,” harapnya. 

Problem krusial lain yang perlu difokuskan oleh ketum selanjutnya adalah konsolidasi dengan warga NU, terutama di bidang pendidikan, karena saat ini pengelolaan dan pengembangan lembaga pendidikan NU masih sangat kurang, kata pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar itu. Masalah lainnya adalah ekonomi, mengingat masih adanya ketimpangan dan kurang meratanya perekonomian rakyat Indonesia, termasuk warga NU, sambung Gus Ghofur.  

“Maka dibutuhkan sosok pemimpin yang mampu menegakkan pemerataan dan keadilan ekonomi,” ujarnya. 

Isu selanjutnya yang perlu difokuskan oleh kepemimpinan yang baru adalah tentang keagamaan, dimana kepentingan warisan agama dan intelektual Islam kerap diadu dengan sistem negara dan relasi internasional. “Maka dibutuhkan figur yang secara intelektual itu mapan, diakui, dan memiliki basis yang kuat di pesantren dengan ilmu agama yang mumpuni,” sambungnya. 

Survei Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) menyebutkan muncul beberapa kandidat calon Ketua Umum PBNU. Mereka adalah Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur Marzuki Mustamar, Ketua PWNU Jatim Hasan Mutawakkil Alallah, Ketua Umum PBNU saat ini (inkamben) Said Aqil Siradj, Kiai muda asal Rembang Bahaudin Nursalim alias Gus Baha, dan Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf.

 

 
Berita Terpopuler