Perlu Hindari Pembangunan Masif di Utara Jakarta

Zona utara sebagai zona sarana umum dengan bangunan ringan.

ANTARA/Dhemas Reviyanto/rwa.
Pembangunan di bagian utara Jakarta, ilustrasi.
Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Profesor Riset bidang Geoteknologi dan Hidrogeologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Robert Delinom mengatakan perlu menghindari pembangunan gedung secara masif di utara Jakarta untuk menahan laju penurunan muka tanah. Langkah ini akan mengurangi potensi tenggelamnya Jakarta.

Baca Juga

"Jangan bikin bangunan masif, karena akan menyebabkan terjadinya penurunan muka tanah," kata Robert dalam Webinar Nasional Prof Talk: Benarkah Jakarta dan Pantura akan Tenggelam? di Jakarta, Rabu (6/10).

Selain pembangunan gedung-gedung yang masif, Robert mengatakan pengambilan air tanah secara berlebihan dan masif akan menyebabkan penurunan muka tanah. Ketika penurunan muka tanah terus-menerus terjadi dan dibarengi dengan kenaikan muka air laut sebagai dampak perubahan iklim, potensi Jakarta tenggelam akan semakin besar.

Robert menyarankan tata kelola pembangunan di Jakarta dapat dibagi menjadi tiga zona, yakni zona utara, tengah, dan selatan. Zona utara sebagai zona sarana umum dengan bangunan ringan, dan zona tengah sebagai zona bisnis atau perumahan dengan bangunan bertingkat.

"Pada bagian utara Jakarta, kita tidak bikin lagi bangunan-bangunan yang masif tapi dengan bangunan-bangunan yang lebih ringan," ujarnya.

Sementara zona selatan sebagai zona penyangga air tanah dengan bangunan berhalaman luas, sehingga menjadi daerah resapan air. "Pada bagian Selatan ini adalah zona penyangga air tanah karena ada hasil penelitian kita ini adalah zona resapan Jakarta," tuturnya.

Zona selatan diperuntukkan untuk daerah resapan air karena pasokan air tanah Jakarta sebenarnya tidak berasal dari Puncak, Bogor, Jawa Barat, tetapi berasal dari daerah Jakarta sendiri mulai dari Depok, Jawa Barat ke utara. "Makanya Jakarta cepat sekali airnya habis karena kita salah hitung kita anggap bahwa Jakarta itu pasokan airnya dari Puncak padahal tidak sampai situ. Pasokan airnya itu mulai dari Depok, jadi sedikit sekali. Makanya begitu pengambilan air banyak maka muka tanah cepat turun," ujarnya.

Robert menuturkan, perlu membangun bangunan-bangunan yang lebih adaptif terhadap daerah-daerah yang rawan penurunan muka tanah seperti pada daerah yang mempunyai endapan aluvial atau tanah lunak dan batuan lempung. Pembangunan gedung-gedung secara masif akan menambah beban pada tanah lunak sehingga menyebabkan penurunan muka tanah. 

Apalagi, endapan aluvial terus mengalami kompaksi atau pemadatan sehingga muka tanah bisa menurun. Sementara untuk penanggulangan masalah itu, Robert mengatakan perlu upaya terintegrasi secara tuntas seperti kombinasi konsep mitigasi dan adaptasi yang tidak tumpang tindih, mengendalikan penurunan muka tanah, dan mengubah pola pikir masyarakat.

Mitigasi dapat dilakukan dengan membangun pertahanan di garis pantai dan di sungai untuk mencegah air masuk ke daratan, membangun tempat pembuatan parkir air yang banyak di daerah-daerah perkotaan dan juga mengantisipasi penyebab penurunan muka tanah.

 
Berita Terpopuler