Australia akan Beli 300 Ribu Dosis Pil Molnupiravir

Obat oral eksperimental molnupiravir akan dipakai untuk Covid-19.

www.freepik.com
Obat Covid-19 (ilustrasi). Molnupiravir produksi Merck akan digunakan di Australia sebagai obat Covid-19.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Australia akan membeli 300 ribu dosis molnupiravir, pil eksperimental antivirus corona yang diproduksi oleh perusahaan farmasi Merck & Co. Perdana Menteri Scott Morrison mengungkapkan rencana itu pada Selasa (5/10).

Jika mendapat persetujuan penggunaan, molnupiravir menjadi obat oral antivirus pertama untuk Covid-19. Menurut para ahli, molnupiravir dapat mengurangi risiko gejala barat dan kematian pada pasien Covid-19.

Merck, pekan lalu, berencana untuk mengupayakan persetujuan penggunaan darurat di Amerika Serikat untuk pil antivirus buatannya. Merck juga membuat pengajuan izin penggunaan pil itu di seluruh dunia, termasuk Australia.

"Pengobatan ini menunjukkan bahwa kita akan dapat hidup berdampingan dengan virus (corona)," kata Morrison.

Di sisi lain, Australia berupaya meningkatkan pasokan vaksin Covid-19 dan membuka kembali perbatasannya pada November. Pekan lalu, Morrison mengatakan larangan warga Australia untuk bepergian ke luar negeri akan dicabut mulai November.

Kebijakan itu berlaku bagi warga Australia yang tinggal di negara-negara bagian dengan tingkat vaksinasi yang tinggi. Morrison mengatakan, Australia akan menerima pengunjung internasional pada 2022 karena pelonggaran terbaru pembatasan di perbatasan hanya berlaku untuk warga negara dan penduduk tetap Australia.

Australia mengejar pembukaan kembali yang lebih cepat dengan tingkat vaksinasi yang lebih tinggi. Pemerintah telah memberlakukan karantina wilayah di Sydney, Melbourne, dan Canberra selama berminggu-minggu untuk memerangi varian Delta yang lebih menular.

Tingkat vaksinasi dosis pertama pada populasi orang dewasa diperkirakan akan mencapai 80 persen pada Selasa. Sydney, kota terbesar di negara itu, siap untuk keluar dari lockdown pada 11 Oktober.

Sementara itu, Guru Besar FKUI Tjandra Yoga Aditama, menjelaskan fakta sains di balik molnupiravir. Obat antiviral yang dalam hasil penelitian interimnya menunjukkan penurunan sebesar 50 persen angka perawatan di rumah sakit serta juga mencegah kematian akibat Covid-19, pada pasien derajat ringan dan sedang.

Baca Juga

Datanya menunjukkan 7,3 persen pasien (28 orang) yang mendapat molnupiravir dirawat di rumah sakit sampai hari ke-29 penelitian.  Sementara itu, pada mereka yang tidak mendapat molnupiravir atau dapat plasebo saja ada 53 orang (14,1 persen) yang harus masuk RS. Selain data masuk RS, pada mereka yang tidak dapat molnupiravir ada delapan orang yang meninggal.

"Dari yang mendapat molnupiravir memang tidak ada yang meninggal sampai hari ke-29 penelitian ini dilakukan," kata Prof Tjandra dalam keterangan pers.

Prof Tjandra mengatakan, sampel penelitian molnupiravir Covid-19 mereka yang bergejala ringan dan sedang, dengan onset gejala paling lama lima hari. Hasil penelitian ini juga menunjukkan data pada 40 persen sampelnya bahwa efikasi molnupiravir bisa konsisten pada berbagai varian yang ditemukan, yaitu Gamma, Delta, dan Mu.

Secara umum efek samping adalah seimbang antara yang dapat molnupiravir dan plasebo, yaitu 35 persen dan 40 persen. Sampel penelitian ini mempunyai setidaknya satu faktor risiko, atau yang biasa kita kenal dengan komorbid.

"Yang paling sering adalah obesitas, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan juga usia tua (di atas 60 tahun)," ujar mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu.

 
Berita Terpopuler