Menyulap Asrama Mahasiswa Serasa Hotel

Sebagian kebutuhan kamar dipenuhi lewat renovasi wisma mahasiswa, yayasan, dan barak.

Istimewa
Salah satu sudut Universitas Cendrawasih, Jayapura, Papua.
Red: Endro Yuwanto

Oleh : Fitriyanto/Jurnalis Olahraga Republika, langsung dari Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Setelah sempat telantar di hari pertama di Papua akibat komunikasi yang salah antara bidang akomodasi dan transportasi, akhirnya Sub Koordinator Distribusi Akomodasi PB PON Papua 2021, Maxi Milianus Massang, yang sejak di Jakarta meyakinkan semua pemilik id card akan mendapat penginapan gratis termasuk jurnalis, menjemput kami langsung di Hotel Delima.

Sebelumnya, kami yang seharusnya diantar ke Port Numbay di kawasan Padang Bulan Jayapura, di drop ke Hotel Numbay.

Setelah terlambat 30 menit dari waktu yang dijanjikan pukul 11.00 WIT, lelaki asal Toraja itu menjemput dengan Honda HRV warna hitamnya. Kami yang sudah siap di lobi hotel langsung bergegas. Tujuannya untuk mendapatkan penginapan. Karena hotel tempat kami menginap sudah penuh untuk malam berikutnya.

Ada tiga lokasi penginapan yang ditawarkan, tempat terdekat yang menjadi pilihan. Hal ini untuk mengejar waktu liputan yang memang sejumlah pertandingan sudah dilangsungkan. Wisma Port Numbay ternyata jarak yang terdekat.

Maxi yang juga bekerja di dinas pertanian pun mengungkapkan kalau nanti memang tidak cocok tempatnya, bisa lihat tempat lainnya. Atau kami diperbolehkan mencari hotel sendiri.

Port Numbay adalah wisma mahasiswa Universitas Cendrawasih. Yang ada dibayangan pastinya tempatnya usang, tidak terawat, kamar kecil, tanpa pendingin udara, dan kamar mandi yang kotor.

Apalagi beberapa teman sebelumnya menceritakan mendapat kamar dari PB PON yang kurang layak. Sehingga banyak teman jurnalis yang akhirnya pindah dan memilih menyewa rumah warga dengan tarif yang cukup tinggi.

Tidak sampai 30 menit perjalanan tibalah di lokasi yang dituju. Barang diminta tak usah diturunkan, khawatir kurang cocok sehingga bisa langsung melihat lokasi akomodasi lainnnya. Namun saat masuk ke lobi petugas dengan seragam berlogo Horison menyambut ramah.

Nyesss.. suhu udara dalam ruangan cukup dingin menerpa tubuh kami jika dibanding panas menyengat udara di Jayapura yang memang dikelilingi pantai. Lanjut cek kamar tidur dan kamar mandi.

Ternyata tidak seperti yang dibayangkan. Kamar dingin dan bersih, pun dengan kamar mandi yang dilengkapi air hangat, serta tak lupa WiFi sebagai kebutuhan utama pekerja media.

Tanpa berpikir dua kali kami langsung setuju. Barang bawaan di mobil pun diturunkan petugas wisma Port Numbay untuk dibawa ke kamar masing-masing yang kapasitasnya empat orang.

Selain membangun venue pertandingan, untuk menampung tamu yang datang yang jumlahnya diperkirakan 20 ribu orang, PB PON juga harus mempersiapkan jumlah kamar. Untuk jurnalis saja lebih dari seribu yang mendaftarkan diri meliput PON Papua.

PB PON tidak mau membangun baru semua kekurangan kamar tersebut. Khawatir usai ajang multicabor ini, bangunan mangkrak karena tak dirawat. Akhirnya sebagian besar kebutuhan kamar tersebut dipenuhi melalui renovasi beberapa wisma mahasiswa, wisma yayasan, hingga barak tentara.

Panpel ingin selain sejarah mencatat pelaksanaan PON Papua 2021, juga memberikan legasi atau peninggalan yang bermanfaat untuk seluruh masyarakat Papua. Termasuk menyulap wisma mahasiswa menjadi penginapan dengan fasilitas yang tidak mengecewakan.

Walaupun tetap keluar biaya besar untuk merenovasi wisma yang jumlah mencapai 2.000 tempat tidur maupun biaya pemulangan mahasiswa. Total biaya Rp 200 miliar yang digelontorkan, nantinya akan dinikmati baik itu oleh mahasiswa, tentara, hingga rakyat biasa penghuni yayasan. Sebuah pilihan yang cukup bijaksana.

 
Berita Terpopuler