Pakar: Hindari Komersialisasi yang Rusak Kebun Raya Bogor

Pakar IPB mengungkapkan pentingnya menjaga keberlanjutan Kebun Raya Bogor.

ANTARA/Arif Firmansyah
Sejumlah wisatawan bersantai di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Sabtu (2/1/2021). Keberadaan Kebun Raya Bogor sangat penting dan memberi banyak dampak positif bagi lingkungan dan kehidupan masyarakat
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB) Hadi Sukadi Alikodra mengungkapkan pentingnya menghindari komersialisasi yang dapat merusak Kebun Raya Bogor. Untuk itu, keberlanjutan Kebun Raya Bogor perlu dibahas bersama.

"Kita harus berkumpul lagi untuk meletakkan strategi yang baik dalam upaya serius memelihara dan menyelamatkan kebun raya," kata Hadi dalam webinar Arsitektur Lanskap IPB: "Apa Kata Mereka Tentang Kebun Raya" di Jakarta, Rabu.

Hadi menuturkan, keberadaan Kebun Raya Bogor sangat penting dan memberi banyak dampak positif bagi lingkungan dan kehidupan masyarakat, terutama masyarakat sekitar. Kebun Raya Bogor menjadi satu kesatuan dari sistem perkotaan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan lingkungan dan masyarakat.

Keberadaan kebun raya juga memberikan dampak positif dari aspek ekonomi bagi masyarakat. Warga mendapat pemasukan dari kunjungan wisatawan ke kebun raya, dan penjualan makanan dan suvenir.

Baca Juga

"Jangan ada komersialisasi-komersialisasi yang akhirnya membuat kebun raya rusak, akhirnya diprotes, dan sebagainya," ujar Hadi.

Kebun raya, menurut Hadi, mengusung lima tugas dan fungsi penting, yaitu konservasi tumbuhan, penelitian, pendidikan, wisata ilmiah dan jasa lingkungan. Ketiga fungsi pertama merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan menjadi acuan bersama seluruh kebun raya di dunia.

"Mengingat pentingnya keberadaan dan peranan kebun raya mari perluas, kembangkan, dan perbanyak kebun-kebun raya di berbagai daerah di Indonesia," ujarnya.

Sementara itu, mantan Ketua Umum Pengurus Nasional Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia Dr Siti Nurisjah mengungkapkan perlunya pemetaan kebun raya yang memperlihatkan sensitivitas dari kawasan itu. Dari pemetaan itu akan bisa dilihat antara lain kawasan mana yang boleh didatangi, yang hanya bisa dilihat tapi tidak boleh didatangi, atau yang hanya bisa dikunjungi para peneliti dan peletakan tempat duduk yang benar.

Siti menjelaskan, semua kegiatan di dalam Kebun Raya Bogor seharusnya berkaitan dengan perubahan pola pikir dari tidak tahu menjadi tahu. Menurut Siti yang juga pensiunan dosen Divisi Planning and Design Departemen Arsitektur Lanskap IPB, pengunjung semestinya menjadi paham bahwa tanaman perlu dilestarikan hingga memiliki rasa kepemilikan untuk merawat dan mempertahankan keberlanjutan kebun raya.

"Bagaimana kita bisa mencintai, karena aspek inilah yang bisa membuat kita mempertahankan Kebun Raya Bogor sebagai satu aset tidak hanya aset negara tapi aset buat kita, juga aset lingkungan, aset semua," tutur penerima Lifetime Achievement Award Fakultas Pertanian IPB 2021 atas jasa-jasanya mendirikan Program Studi Arsitektur Lanskap IPB ini seraya mengingatkan perlunya menerapkan infrastruktur hijau dan menjaga fungsi dari keberadaan kebun raya.

 
Berita Terpopuler