Rakyat Tunisia Turun Ke Jalan Memprotes Wewenang Presiden

Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di pusat Kota Tunis.

AP/Slim Abid/Tunisian Presidency
Presiden Tunisia Kais Saied melambai kepada para pengamat saat ia berjalan di sepanjang jalan Bourguiba di Tunis, Tunisia, Minggu, 1 Agustus 2021.
Rep: Lintar Satria/Reuters  Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di pusat Kota Tunis. Dengan penjagaan polisi yang ketat mereka memprotes pengambilalihkan kekuasaan yang dilakukan Presiden Kais Saied pada bulan Juli lalu dan menuntutnya mundur.

Baca Juga

Pekan ini Saied mengesampingkan sebagian besar konstitusi 2014 dengan memberinya wewenang penuh dengan dekrit yang ia keluarga dua bulan setelah memecat perdana menteri dan membekukan parlemen. Ia mengambil alih kekuasaan eksekutif.

"Rakyat ingin kudeta jatuh, mundur" teriak para pengunjuk rasa di sepanjang jalan raya Habib Bourguiba, Ahad (26/9).

Jalan tersebut merupakan titik unjuk rasa yang mengakhiri kekuasaan masa jabatan Presiden Zainal Ali Abidin Ali pada 14 Januari lalu. Krisis ini membahayakan jalan Tunisia menuju demokrasi.

Melalui revolusi 2011 yang memicu 'Arab Spring', Tunisia menuju negara demokrasi. Krisis terbaru juga memperlambat upaya mengatasi ancaman terhadap keuangan publik, membuat para investor khawatir.

 

 

"Dia (Saied) adalah diktaktor yang mengkhianati revolusi dan mengkhianati demokrasi, ia mengumpulkan semua kekuasaan, ini adalah kudeta dan kami akan menurunkan kudeta di jalan," kata pengunjuk rasa.

Saied mengatakan tindakannya diperlukan untuk mengatasi kelumpuhan politik, stagnasi ekonomi dan lemahnya respon terhadap pandemi virus korona. Ia berjanji menegakan hak asasi dan tidak menjadi diktaktor.

Pada Jumat (24/9) lalu, serikat buruh Tunisia yang berpengaruh menolak elemen-elemen utama upaya Saied merebut semua kekuasaan ke tangannya. Mereka memperingatkan tindakan presiden membahayakan demokrasi.

Seperti yang dikatakan oposisi sejak awal Saied mengambil alih kekuasaan. Unjuk rasa akhir pekan ini demonstrasi pertama sejak presiden mengambil seluruh kekuasaan pada 25 Juli lalu.

Partai terbesar di Tunisia, Ennahda mengatakan langkah Saied 'kudeta terangan-terangan terhadap legitimasi demokrasi'. Partai Islam moderat itu meminta rakyat bersatu dan mempertahankan demokrasi 'dalam upaya damai tanpa lelah'.

 

Pada Rabu (22/9) lalu empat partai politik Tunisia mengeluarkan pernyataan bersama mengecam Saied. Partai Heart of Tunisia juga melakukan langkah yang serupa. n 

 
Berita Terpopuler