Thailand Dorong Stimulus Ekonomi Agar Pulih dari Pandemi

Pemerintah Thailand mengharapkan situasi kembali normal dengan cepat,

AP/Sakchai Lalit
Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Thailand akan mempercepat vaksinasi dan mendorong langkah-langkah stimulus untuk mengurangi dampak pandemi virus corona. Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha mengatakan, pemerintah mengharapkan situasi kembali normal dengan cepat, 

Baca Juga

“Pemerintah akan melakukan upaya penuh untuk menyelesaikan krisis sehingga masyarakat dapat kembali ke kehidupan normal sesegera mungkin,” kata Prayuth.

Sejauh ini, hanya 22 persen dari sekitar 72 juta populasi Thailand yang telah divaksinasi lengkap. Pihak berwenang menginginkan tingkat inokulasi yang lebih tinggi, sebelum membuka kembali sektor pariwisata.

Pemerintah telah melakukan sejumlah langkah untuk mengatasi pandemi, dengan pinjaman sebesar 1,5 triliun baht, termasuk 500 miliar baht yang disetujui tahun ini. Awal pekan ini, Prayuth menaikkan plafon utang publik jika diperlukan.

Gubernur bank sentral mengatakan, Thailand membutuhkan tambahan 1 triliun baht untuk mendukung perekonomian. Sementara Badan Perencanaan memperkirakan ekonomi Thailand akan tumbuh 0,7 persen menjadi 1,2 persen tahun ini, setelah kontraksi 6,1 persen tahun lalu.

Kepala Badan Perencanaan Thailand, Danucha Pichayanan, mengatakan, beberapa industri telah membaik. Namun beberapa industri lainnya masih terpuruk, terutama sektor jasa. Danucha menambahkan, pendapatan pemerintah menghadapi keterbatasan karena bisnis yang tidak dapat beroperasi sepenuhnya. 

“Jumlah penduduk miskin cenderung meningkat karena kehilangan pekerjaan dan penurunan pendapatan akibat krisis,” kata Danucha.

Thailand sedang mempersiapkan rencana pembangunan ekonomi dan sosial untuk lima tahun ke depan dari Oktober 2022. Perencanaan tersebut untuk mengubah pembangunan negara yang mengedepankan teknologi dan inovasi.

Thailand telah melaporkan lebih dari 1,5 juta infeksi virus corona dan 15 ribu kematian. Sekitar 99 persen penambahan kasus terjadi sejak April tahun ini. 

 
Berita Terpopuler