Covid-19 Tewaskan Warga Amerika Sebanyak Flu Spanyol

Angka kematian akibat Covid-19 di Amerika telah menandingi korban flu Spanyol.

EPA
Aktivis berunjuk rasa menuntut akses global terhadap vaksin dengan membawa poster foto korban meninggal Covid-19, di National Mall di Washington DC, Amerika Serikat, 5 Mei 2021.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Pandemi Covid-19 telah merenggut nyawa lebih dari 675.000 orang di Amerika Serikat (AS). Angka kematian tersebut sama seperti saat terjadinya pandemi flu Spanyol pada 1918 hingga 1919. 

Baca Juga

 

 

Populasi AS pada satu abad lalu hanya sepertiga dari saat ini, yang mengartikan bahwa flu menjadi pandemi yang jauh lebih besar dan mematikan di seluruh wilayah negara. Meski demikian, Covid-19 tetap menjadi tragedi di tengah kemajuan besar dalam ilmu pengetahuan dan kegagalan untuk memanfaatkan vaksinasi yang tersedia. 

 

 

"Banyak warga Amerika yang telah menyia-nyiakan manfaat vaksin," ujar Howard Mekel, seorang sejarawan dari University of Michigan di Amerika Serikat tentang melewatkan kesempatan vaksinasi, dikutip dari AP pada Senin (20/9). 

 

 

Flu Spanyol yang terjadi ratusan tahun lalu tidak sepenuhnya hilang. Covid-19 juga diprediksi demikian.

Para ilmuwan berharap bahwa virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menjadi penyebab Covid-19 setidaknya kelak hanya akan menjadi penyakit musiman. Kekebalan manusia diprediksi terus menguat dengan vaksinasi dan infeksi berulang. 

 

 

"Kami berharap bahwa pada akhirnya Covid-19 akan seperti flu, namun belum ada jaminan tentang itu," jelas  Rustom Antia, ahli biologi dari Emory University di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.

 

 

Antia mengatakan bahwa perlu beberapa tahun hingga prediksi itu mungkin tercapai. Saat ini, pandemi Covid-19 masih membuat warga di Amerika dan seluruh dunia berjuang melawan tingkat keganasan penyebaran virus, dengan belum meratanya vaksinasi dan kekebalan seluruh masyarakat. 

 

 

Kematian akibat Covid-19 di Amerika rata-rata mencapai lebih dari 1.900 sehari. Jumlah ini menjadi yang tertinggi sejak awal Maret dan jumlah korban secara keseluruhan di negara adidaya itu mencapai 675.000 orang. 

 

 

Bahkan, diprediksi jumlah sebenarnya dapat jauh lebih tinggi. Menjelang musim dingin di Amerika mulai Desember mendatang, gelombang baru wabah dapat terjadi, dengan University of Washington memproyeksikan bahwa 100.000 orang Amerika akan meninggal pada 1 Januari, menjadikan jumlah kematian secara keseluruhan di Negeri Paman Sam mencapai 776.000.

 

 

Pandemi flu Spanyol atau influenza tercatat membuat hingga 50 juta orang secara global meninggal. Saat itu, jumlah populasi di dunia adalah seperempat juta dari sekarang.

 

 

Meski demikian, jumlah kematian akibat flu Spanyol di Amerika Serikat adalah perkiraan kasar, mengingat catatan zaman yang tidak lengkap dan pemahaman ilmiah yang buruk tentang apa yang menyebabkan penyakit itu. Angka 675.000 berasal dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

Gejala Covid-19 terkait varian Delta. - (Republika)

 

 

Covid-19 dapat mereda jika virus semakin melemah saat bermutasi dan sistem kekebalan manusia kian pintar untuk menyerangnya. Vaksinasi dan pencegahan penularan infeksi adalah cara utama untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Bayi yang diberi ASI juga mendapatkan kekebalan dari ibu mereka.

 

 

Selain perkiraan tersebut, anak sekolah diprediksi akan mendapatkan penyakit ringan yang melatih sistem kekebalan mereka. Saat tumbuh dewasa, anak-anak akan membawa memori respons imun, sehingga ketika mereka tua dan rentan, virus penyebab Covid-19 tidak akan lebih berbahaya daripada virus flu.

 

 

Hal yang sama berlaku untuk remaja yang divaksinasi, di mana sistem kekebalan mereka akan menjadi lebih kuat melalui ini, serta infeksi ringan yang dialaminya. Antia mengatakan, kemungkinan semua orang akan terinfeksi, namun apa yang penting adalah tingkat keparahan yang dapat terhindarkan dengan vaksin.

 

 

Hal serupa terjadi pada virus flu H1N1, yang bertemu dengan banyak orang yang kebal dan akhirnya melemah melalui mutasi. H1N1 masih beredar sampai sekarang, tetapi kekebalan yang diperoleh melalui infeksi dan vaksinasi telah menang.

 

 

Mendapatkan vaksinasi flu setiap tahunnya dapat melindungi manusia dari H1N1 dan beberapa jenis flu lainnya. Apa yang pasti adalah, flu membunuh antara 12.000 dan 61.000 orang Amerika setiap tahun. Tetapi, rata-rata ini adalah penyakit musiman dan dapat dicegah.

 

 

Vaksin saat ini bekerja sangat baik dalam mencegah Covid-19 dengan gejala parah dan kematian dari varian virus yang muncul selama ini. Sangat penting bagi para ilmuwan untuk memastikan virus yang selalu bermutasi untuk tidak cukup berubah dan dapat menghindari vaksin atau menyebabkan penyakit parah pada anak-anak yang tidak divaksinasi.

 

 

Jika virus berubah secara signifikan, vaksin baru yang menggunakan teknologi di balik vaksin Covid-19 dari Pfizer dan Moderna dapat diproduksi dalam 110 hari. Kedua perusahaan farmasi tersebut  saat ini sedang mempelajari apakah suntikan tahunan dengan vaksin saat ini akan diperlukan untuk menjaga kekebalan tetap tinggi.

 

 

Apa yang membuat para ilmuwan lebih lega adalah bahwa virus corona jenis baru bermutasi lebih lambat daripada virus flu, menjadikannya target yang lebih stabil untuk vaksinasi. Menurut Ann Marie Kimball, mantan profesor bidang epidemiologi di University of Washington, lebih banyak pengendalian infeksi untuk mendukung orang yang sakit. 

 

 

"Kita memiliki obat moderen, tapi kita memiliki lebih banyak orang dan lebih banyak mobilitas. Ketakutan pada akhirnya adalah strain baru yang dapat mengatasi target vaksin tertentu," jelas Kimball. 

 

 

Kimball mengatakan, agar sebaiknya orang-orang tidak mengandalkan infeksi alami untuk mendapat kekebalan. Hal itu adalah karena Anda harus bertahan dari infeksi untuk memperoleh kekebalan dan tentu untuk mencapainya, lebih mudah saat sudah mendapatkan vaksinasi.

 
Berita Terpopuler