Ilmuwan Ajak Debat Terbuka-Transparan Asal Usul Virus Corona

Penulis artikel di jurnal Lancet inginkan debat ilmiah yang transparan soal Covid-19.

MgIT03
Ilustrasi penyebaran virus corona tipe baru, SARS-CoV-2. Virus penyebab Covid-19 ini pertama kali ditemukan di China pada akhir 2019 lalu menyebar luas dan cepat menjadi pandemi.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Jurnal medis Lancet telah menerbitkan sebuah artikel yang mengajak digelarnya debat terbuka, objektif, dan transparan tentang asal-usul sebenarnya dari SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Seruan itu diterbitkan lebih dari satu setengah tahun setelah artikel kontroversialnya yang mengutuk teori konspirasi yang mengindikasikan virus bocor dari laboratorium di China.

Artikel yang diterbitkan Lancet pada Jumat (17/9) itu berjudul "Permohonan untuk debat ilmiah yang objektif, terbuka, dan transparan tentang asal usul SARS-CoV-2." Artikel ditandatangani oleh 16 ilmuwan yang berpendapat bahwa kecelakaan terkait laboratorium adalah masuk akal.

Menurut mereka, virus penyebab penyakit pandemi itu mungkin saja memiliki asal-usul alami. Namun, tidak ada teori yang harus dikesampingkan untuk menguak fakta sebenarnya.

"Keberadaan bukti soal asal usul virus, baik terkait zoonosis maupun laboratorium penelitian, masih kurang banyak sehingga masih belum ada kesimpulan yang bisa diambil," tulis mereka, dilansir Fox News, Senin (20/9).

Berdasarkan literatur ilmiah saat ini, menurut penulis artikel, tidak ada bukti kuat untuk menentukan asal-usul virus corona tipe baru tersebut, entah terjadi secara alami atau terkait penelitian. Mereka belum bisa menentukan pendapatnya meskipun telah melakukan analisis genom dan protein virus corona.

Baca Juga

Penulis artikel menjelaskan, SARS-CoV-2 bisa saja muncul secara alami. Virus berevolusi lalu ditularkan ke manusia melalui kontak dengan hewan liar atau hewan ternak.

Di lain sisi, terbuka pula kemungkinan, virus tersebut bersumber dari laboratorium penelitian. Bisa saja virus tercecer di lokasi pengambilan sampel, selama transportasi, atau di dalam laboratorium.

"Mungkin saja itu melibatkan virus alami, pilihan, atau rekayasa," jelas para penulis artikel.

Mereka juga mengkritik artikel kontroversial 'pernyataan untuk mendukung para ilmuwan' yang diterbitkan oleh The Lancet pada Februari 2020. Artikel terdahulu menyatakan bahwa "Lancet berdiri bersama untuk mengutuk keras teori konspirasi yang menunjukkan bahwa Covid-19 tidak berasal dari alam.".

Surat yang ditandatangani oleh 27 ahli itu memperingatkan bahwa pembagian data tentang wabah Covid-19 sedang terancam oleh rumor dan informasi yang salah seputar asal-usulnya. Surat Februari 2020 menghadapi pengawasan setelah salah satu penulis, Peter Daszak, tidak mengungkapkan bahwa dirinya memiliki konflik kepentingan.

Daszak merupakan presiden EcoHealth Alliance sekaligus anggota Komisi Covid-19 The Lancet. Ia kemudian "ditolak" untuk ikut mengerjakan penyelidikan asal-usul pandemi.

Belakangan, Daszak memperbarui pernyataan latar belakang identitasnya. Ia memasukkan informasi mengenai pekerjaannya terkait EcoHealth di China.

Pada bulan Juli, kelompok ahli yang sama dalam surat tahun 2020 menerbitkan surat lain yang menegaskan kembali keyakinan mereka bahwa Covid-19 berevolusi di alam. Mereka mendesak orang lain untuk menolak panasnya retorika dan mendorong penyelidikan ilmiah.

Penulis surat pada hari Jumat berpendapat bahwa pernyataan kelompok lain memiliki efek membungkam upaya terselenggaranya debat ilmiah yang lebih luas, termasuk di antara jurnalis sains. Menurut mereka, jurnal ilmiah harus membuka kolomnya untuk analisis mendalam dari semua hipotesis.

"Sebagai ilmuwan, kita perlu mengevaluasi semua hipotesis secara rasional, dan menimbang kemungkinannya berdasarkan fakta dan bukti, tanpa spekulasi mengenai kemungkinan dampak politik."

Menurut mereka, hal yang lebih penting lagi, sains mencakup hipotesis alternatif, argumen kontradiktif, verifikasi, sanggahan, dan kontroversi.

"Berangkat dari prinsip ini berisiko membangun dogma, meninggalkan esensi sains, dan lebih buruk lagi, membuka jalan bagi teori konspirasi. Sebaliknya, komunitas ilmiah harus membawa debat ini ke tempatnya: kolom jurnal ilmiah," kata penulis artikel.

Infografis Mutasi Virus Corona - (republika.co.id)


Investigasi yang dipimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap SARS-CoV-2 mendapat banyak pengawasan atas hasil yang tidak meyakinkan pada bulan Maret. Sementara itu, China telah menolak fase kedua penyelidikan tentang asal-usulnya.

Para ilmuwan dalam artikel hari Jumat mengatakan bahwa sementara studi awal menyimpulkan asal laboratorium sangat tidak mungkin, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan bahwa semua hipotesis tetap tidak bisa dikesampingkan. Para penulis kemudian menyerukan evaluasi berbasis bukti, independen, dan bebas prasangka ke dalam asal virus.

Mereka menyebut, itu akan membutuhkan konsultasi internasional dengan para ahli tingkat tinggi tanpa konflik kepentingan. Diskusi harus melibatkan pakar dari berbagai disiplin ilmu dan negara.

 
Berita Terpopuler