Suami Istri Saling Melengkapi dan Sama di Sisi Allah SWT

Suami istri layaknya pilot dan ko-pilot dalam sebuah penerbangan.

republika
Suami Istri Saling Melengkapi dan Sama di Sisi Allah SWT
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pilot dan ko-pilot dalam penerbangan sama halnya dengan suami dan istri dalam rumah tangga. Keduanya saling melengkapi dan sama di sisi Allah SWT. Masing-masing memiliki hak dan kewajiban.

Baca Juga

Dilansir di About Islam, pilot dan ko-pilot terbaik adalah mereka yang bekerja sama secara harmonis sebagai sebuah tim. Mereka berdua saling membutuhkan dan tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa dukungan pasangannya.

"Jika Anda memvisualisasikan anak-anak mereka sebagai penumpang, maka tanggung jawab mereka adalah memastikan mereka semua memiliki penerbangan yang aman dan menyenangkan sampai mereka mencapai tujuan akhir mereka," kata Tarek Ezzat, dilansir di About Islam.

"Seperti proyek, organisasi, atau komunitas apa pun, harus ada pemimpin yang jelas, dan garis komando harus diketahui dan dihormati agar semua dapat bekerja secara harmonis," katanya.

Allah (SWT) berfirman di dalam Alquran tentang pasangan menikah: "Laki-laki (suami) bertanggung jawab atas perempuan (istri) karena Allah telah melebihkan mereka (suami) atas sebagian yang lain dan karena mereka (suami) telah memberikan nafkah (untuk pemeliharaan) dari hartanya..." (QS An-Nisa ayat 34)

Jadi menafkahi keluarga dan menutupi pengeluarannya adalah tugas utama suami, bukan istri. Ini tidak berarti seorang istri tidak dapat berkontribusi pada pengeluaran keluarga jika dia mau dan mampu, tetapi itu bukan tanggung jawab utamanya.

Sebagai imbalannya, lanjut Ezzat, Allah SWT memberi suami satu derajat dalam tanggung jawab dan otoritas di atas istri, sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Baqarah: "Dan mereka (istri) mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut ara yang patut. Tetapi para suami memiliki kelebihan di atas mereka (dalam tanggung jawab dan otoritas). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Baqarah ayat 228).

Berdasarkan ayat tersebut, ini berarti adalah tanggung jawab utama suami untuk membawa keluarganya dengan selamat ke tujuan mereka. Ini sama dengan tanggung jawab pilot untuk mendarat dengan selamat dan menurunkan penumpang di terminal bandara.

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Masing-masing dari kalian adalah gembala dan bertanggung jawab atas kawanannya. Pemimpin rakyat adalah pelindung dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang pria adalah pelindung keluarganya dan dia bertanggung jawab atas mereka. Seorang wanita adalah penjaga rumah suaminya dan anak-anaknya dan dia bertanggung jawab atas mereka. Hamba seorang pria adalah penjaga harta tuannya dan dia bertanggung jawab untuk itu. Tidak diragukan lagi, setiap kamu adalah penggembala dan bertanggung jawab atas kawanannya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Nabi Muhammad SAW juga bersabda: "Yang terbaik di antara kamu adalah yang terbaik untuk keluarganya, dan aku adalah yang terbaik untuk keluargaku." (HR. At-Tirmidzi)

Jadi suami bertanggung jawab atas keluarga mereka, dan mereka harus memperlakukan mereka dengan cara terbaik. Syura atau konsultasi timbal balik, merupakan unsur penting bagi pilot dan ko-pilot untuk berhasil bekerja sama secara harmonis. 

Seorang pilot yang baik tidak boleh menjadi diktator, tetapi harus mendengarkan pendapat ko-pilotnya dan mencari pandangannya tentang hal-hal yang berkaitan dengan pesawat dan penerbangan. Ko-pilot juga harus melakukan hal yang sama.

Prinsip yang sama berlaku untuk suami dan istri. Sebelum mengambil keputusan keluarga, mereka harus meluangkan cukup waktu untuk meninjau dan mendiskusikan masalah tersebut demi mencapai konsensus dan menyepakati pilihan terbaik.

"Ini adalah skenario yang adil karena saran dan kekhawatiran dari kedua belah pihak dibahas dan konsensus dicapai untuk mengambil keputusan terbaik," kata Ezzat.

Namun, suami istri sering kali berselisih tentang keputusan keluarga. Ini biasanya terjadi tanpa adanya syura, harmoni dan pemahaman. Misalnya, beberapa suami suka mengambil sebagian besar keputusan sendiri dan kediktatoran jenis ini sering menimbulkan masalah.

Salah satu contohnya adalah seorang suami yang mendapat tawaran pekerjaan untuk bekerja di luar negeri, di mana dia akan mendapatkan lebih dari dua kali lipat gaji yang dia dapatkan di rumah. Dia tidak boleh mengambil keputusan ini tanpa syura karena perjalanannya ke luar negeri berdampak langsung pada istri dan anak-anaknya.

Beberapa istri mengambil pendekatan yang sama dan mungkin tidak berkonsultasi dengan suami mereka tentang hal-hal penting yang berkaitan dengan anak-anak mereka. "Keduanya salah. Mereka berdua harus menerapkan syura dalam masalah keluarga sebelum mereka menerapkan keputusan penting," katanya.

Ketika seorang pilot bersiap untuk mendaratkan pesawat di landasan pacu, hanya satu orang yang harus memegang kendali. Ini berarti ko-pilot harus mengikuti perintah pemimpin pada saat kritis ini dan tidak berdebat.

Mengapa? Karena ini adalah saat kritis ketika keselamatan semua orang yang ada di dalamnya terancam. Ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat atau berselisih atau memperebutkan kepemimpinan.

https://aboutislam.net/reading-islam/living-islam/pilot-co-pilot-husband-wife-relations-islam/

 
Berita Terpopuler