Viral, Militan Taliban Naik Perahu Bebek di Danau

Taliban bermain bebek-bebekan viral di media sosial.

Tangkapan Layar Twitter
Beredar foto Taliban rekreasi naik bebek-bebekan atau perahu angsa.
Rep: Rizky Jaramaya/Reuters Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, KABUL -- Foto militan Taliban bermain bebek-bebekan viral di media sosial. Meski terlihat tengah berwisata, mereka tetap memanggul senjata dan sempat mengacungkan RPH Anti-Tank.

Baca Juga

Menurut Daily Star, Senin (20/9), pejuang Taliban terlihat mengendarai perahu pedal berbentuk angsa di sebuah danau di taman nasional Band-e Amir.

 

 

Ini bukan pertama kalinya militan Taliban melakukan kegiatan rekreasi sejak mereka mengambil alih Afghanistan. Sebelumnya, militan Taliban tertangkap kamera sedang bermain mobil bemper atau yang dikenal sebagai bom bom car. Tak hanya itu, mereka juga bermain komidi putar dan melompat-lompat di sebuah trampolin. 

Namun, situasi tersebut berbanding terbalik dengan kebijakan mereka yang melarang perempuan untuk bekerja. Mereka juga mengecualikan anak perempuan untuk kembali bersekolah. Hal ini dinilai tidak sesuai dengan janji mereka untuk menghormati hak-hak perempuan.

 

 

Puluhan aktivis perempuan melakukan aksi protes di luar Kementerian Perempuan Afghanistan pada Ahad (19/9). Mereka melakukan aksi protes setelah pemerintahan Taliban menutup kementerian tersebut dan menggantinya dengan Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan.

Staf wanita mengatakan, mereka telah mencoba untuk kembali bekerja di kementerian selama beberapa minggu sejak Taliban berkuasa. Namun mereka diminta untuk kembali ke rumah.

“Kementerian Perempuan harus diaktifkan kembali. Penghapusan (kementerian) perempuan berarti penghapusan manusia," ujar salah satu pengunjuk rasa Baseera Tawana.

 

 

Protes itu terjadi sehari setelah beberapa anak perempuan kembali ke sekolah dasar dengan kelas yang dipisahkan berdasarkan gender. Tetapi Taliban telah mengecualikan anak perempuan dari sekolah menengah Afghanistan. Sementara anak laki-laki dan guru laki-laki sekolah menengah diizinkan kembali ke ruang kelas.

“Anda tidak dapat menekan suara perempuan Afghanistan dengan mengurung anak perempuan di rumah dan membatasi mereka, serta dengan tidak mengizinkan mereka pergi ke sekolah,” kata seorang pengunjuk rasa, Taranum Sayeedi.

"Wanita Afghanistan hari ini bukanlah wanita (Afghanistan) 26 tahun yang lalu," kata Sayeedi menambahkan.

Ketika Taliban berkuasa dari periode 1996-2001, perempuan dan tidak diizinkan bersekolah dan bekerja.

Selama periode itu, Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan dikenal sebagai polisi moral Taliban. Kementerian tersebut menegakkan interpretasinya terhadap syariah yang mencakup aturan berpakaian dan eksekusi, termasuk hukum cambuk di depan umum. 

 

 

 
Berita Terpopuler