Sundance Film Festival 2021 Digelar Pekan Depan

Sundance Film Festival 2021 akan memutar delapan film pilihan.

Pixabay
Sundance Film Festival 2021 akan memutar delapan film pilihan.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sundance Film Festival:Asia 2021 akan segera digelar secara virtual pada 23-25 September mendatang. Acara yang dihadirkan oleh Sundance Institute, XRM Media, dan IDN Media, telah resmi mengumumkan berbagai program film dan panel diskusi.

Ditayangkan secara khusus untuk penonton Indonesia, festival ini juga akan memutar 8 film pilihan yang terdiri dari 4 film naratif dan 4 film dokumenter. Apa saja? Berikut daftar filmnya menurut keterangan resmi yang diterima republika.co.id, Kamis (16/9).
 
1. Amy Tan: Unintended Memoir (Sutradara: James Redford)
Novel debut karya penulis Amy Tan yang berjudul "The Joy Luck Club" (1989) berhasil mengantarkannya kepada sebuah kesuksesan besar. Amy Tan pun menjadi salah satu sosok paling berpengaruh  di bidang sastra di Amerika. Film ini merupakan potret intim dari seorang penulis inovatif, dengan gambar dan wawancara eksklusif, yang menceritakan tentang kehidupan dan perjalanan karier penulis Amy Tan yang begitu inspiratif.

2. The Dog Who Wouldn't Be Quiet
Film ini bercerita tentang Sebastián, pria cerdas yang bekerja sebagai desainer grafis yang kini sedang mencoba mencari pekerjaan part-time. Sayangnya, segala sesuatu menjadi lebih sulit karena dirinya tak diizinkan untuk membawa anjingnya ke kantor. Ia terpaksa meninggalkannya di rumah, yang akhirnya membuat para tetangganya geram karena gonggongan anjing Sebas yang sangat berisik.
Film naratif yang disutradarai Ana Katz ini banyak mengandung simbol yang sebetulnya merupakan representasi dari nilai kehidupan.     

Baca Juga

                                                                              
3. Try Harder
Film dokumenter karya Debbie Lum bercerita tentang para senior di Lowell High School, sebuah SMA negeri di San Francisco, yang sudah mulai stres! Saat tengah mempersiapkan aplikasi ke perguruan tinggi yang begitu menguras emosi, para senior sangat menyadari persaingan ketat yang akan mereka hadapi untuk dapat masuk ke perguruan tinggi impian mereka. Mereka meneliti bagaimana setiap detail aplikasi mereka. Mulai dari kelas mereka, kegiatan ekstrakurikuler, hingga identitas ras mereka.

Dengan sentuhan humor, sutradara Debbie Lum membawa kita ke realitas proses aplikasi perguruan tinggi di Amerika dan bagaimana ras serta kelas sosial dapat mempengaruhi kesempatan pendidikan seseorang.

4. John and the Hole (Sutradara: Pascual Sisto)
Berlatarkan kenyataan hidup yang begitu meresahkan, kisah naratif nontradisional ini bercerita mengenai proses pendewasaan John, seorang anak yang menahan keluarganya di dalam lubang di tanah.
Selama ini, John menyimpan misteri yang tidak banyak diketahui oleh anggota keluarganya yang lain, termasuk ayah-ibunya. Penyekapan tersebut menjadi tanda ada yang tidak beres dengan diri John, sekaligus menjadi peringatan untuk kedua orang tuanya.

5. Luzzu/Malta (Sutradara dan Penulis Naskah: Alex Camilleri)
Luzzu bercerita tentang kehidupan seorang nelayan Malta, Jesmark, yang bekerja begitu keras untuk keluarga kecilnya. Suatu saat, ia dihadapkan pada dua pilihan yang sangat membingungkan yaitu memperbaiki luzzu (perahu) yang bocor dengan harapan dapat mencari nafkah di laut untuk istri dan putranya yang baru saja lahir, atau menjualnya untuk bergabung dengan operasi pasar gelap.

6. Passing (Sutradara dan Penulis Skenario: Rebecca Hall)
Diadaptasi dari karya eponim milik Nella Larsen, Passing berkisah tentang dua perempuan kulit hitam dan kehidupan mereka selama era segregasi di New York pada tahun 1920-an. Dalam versi layar hitam-putih yang ditampilkan oleh Rebecca Hall, Clare dan Irene, teman sekolah menengah yang bertemu satu sama lain di sebuah kota besar, menemukan fakta bahwa mereka berdua sama-sama menjalani kehidupan yang berbeda di "sisi berlawanan dari garis warna”.

7. Users (Sutradara: Natalia Almada)
Dengan teknologi yang semakin mendorong seluruh aspek kehidupan kita, manusia semakin bergerak cepat menuju "teknopoli”. Menggunakan dokumenter esai visual, kita akan mengeksplorasi konsekuensi tak diinginkan dari kemajuan teknologi.
Hal ini membuat kita kembali bertanya-tanya: “Apakah benar bahwa kemajuan teknologi akan mengarah pada perbaikan kualitas hidup?".

8. Writing With Fire (Sutradara: Rintu Thomas)
Di salah satu negara bagian India yang paling patriarki, muncullah sebuah surat kabar yang diinisiasi dan digerakkan sepenuhnya oleh perempuan pedesaan yang tergabung dalam komunitas Dalit. Female power! Meera, seorang reporter politik yang populer, memutuskan untuk memperbesar pengaruh media melalui langkah-langkah berani. 

 
Berita Terpopuler