Divaksinasi, Penyintas Covid-19 Miliki Kekebalan Hybrid

Penyintas Covid-19 didorong untuk tetap mendapatkan vaksin Covid-19.

Pixabay
Ilustrasi penyintas Covid-19. Orang yang telah sembuh dari Covid-19 akan mendapatkan kekebalan hibrida (hybrid) setelah menerima vaksin Covid-19.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak sedikit orang yang menunda vaksinasi karena sudah pernah terinfeksi SARS-CoV-2, virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menjadi penyebab Covid-19. Namun, semakin banyak bukti saat ini menunjukkan bahwa penyintas yang mendapatkan vaksinasi justru memiliki perlindungan yang sangat kuat, termasuk terhadap berbagai jenis varian virus.

Menurut penelitian, perlindungan yang sangat kuat tersebut dikenal sebagai kekebalan hibrida (hybrid immunity). Kekebalan alami dari infeksi yang dikombinasikan dengan kekebalan yang diberikan oleh vaksin tampaknya menghasilkan perlindungan yang lebih kuat daripada hanya infeksi atau vaksinasi saja.

“Benar-benar ada peningkatan kekebalan yang dramatis pada orang yang sebelumnya telah terinfeksi jika mereka mendapatkan setidaknya satu dosis vaksin,” ujar Shane Crotty, seorang profesor imunologi di La Jolla Institute for Immunology di California, dilansir NBC News, Selasa (14/9).

Bahkan, terhadap beberapa varian SARS-CoV-2 yang mengkhawatirkan, penelitian menunjukkan bahwa tingkat antibodi seseorang yang mendapatkan vaksin dan infeksi alami menjadi 100 kali lebih baik. Ini dicatat sebagai perubahan besar sekaligus mendorong penyintas Covid-19 untuk tidak ragu menjalani vaksinasi.

Baca Juga

Fikadu Tafesse, asisten profesor mikrobiologi molekuler dan imunologi di Oregon Health and Science University, Amerika Serikat juga menemukan vaksinasi membuat peningkatan tingkat antibodi penawar. Secara khusus, itu menyasar varian virus corona pada orang yang sebelumnya telah terinfeksi.

"Anda akan mendapatkan perlindungan yang lebih baik dengan juga mendapatkan vaksinasi dibandingkan dengan hanya infeksi," jelas Tafesse.

Saat sudah sembuh dari Covid-19, orang mendapatkan tingkat kebebalan terhadap penyakit wabah ini. Namun, jumlah perlindungan disebut bervariasi pada tiap individu, membuat ada di antaranya yang tetap rentan terhadap infeksi ulang (reinfection).

Deepta Bhattacharya, seorang profesor imunologi di University of Arizona mengatakan, tingkat antibodi benar-benar bervariasi setelah pulih dari infeksi. Katena itu, orang yang berada di ujung bawah "spektrum" mungkin lebih rentan terhadap infeksi ulang.

"Tetapi setelah satu vaksin pada orang yang telah pulih dari Covid-19, antibodi meroket, termasuk yang menetralisir varian yang menjadi perhatian," kata Bhattacharya.

 

Dalam sebuah penelitian yang diunggah di BioRxiv, para peneliti di Rockefeller University di New York City melihat bagaimana berbagai jenis kekebalan akan melindungi terhadap varian potensial. Studi ini membuat para peneliti merancang versi modifikasi dari protein lonjakan virus corona dengan 20 mutasi yang terjadi secara alami untuk menguji bagaimana antibodi akan bekerja melawannya.

Protein lonjakan yang dimodifikasi ini diuji di cawan laboratorium terhadap antibodi dari orang yang telah pulih dari Covid-19, dari mereka yang telah divaksinasi, dan dari mereka yang memiliki kekebalan hibrida. Protein lonjakan mampu menghindari antibodi dari dua kelompok pertama, tetapi tidak antibodi dari orang-orang dengan kekebalan hibrida.

Studi lain dari para peneliti di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menemukan vaksinasi mengurangi risiko infeksi ulang lebih dari dua kali lipat di antara mereka yang sebelumnya telah terinfeksi. Itu jika dibandingkan dengan orang-orang yang mengalami infeksi alami saja.

 
Berita Terpopuler