Kemenag Susun Pedoman Perilaku Hidup Bersih Sehat Pesantren

Pedoman yang disusun lebih berfokus pada panduan langkah preventif.

EPA/Fully Handoyo
[ilustrasi] Sekolompok santri di sebuah pondok pesantren di Jawa Timur.
Rep: Fuji Eka Permana Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kementerian Agama (Kemenag), Waryono Abdul Ghofur, menyampaikan apresiasi atas ikhtiar mahasiswa dan alumni penerima Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kemenag dalam memberikan kontribusi nyata untuk membangun pesantren yang sehat dan ramah anak.

Baca Juga

"Banyak alumni PBSB yang sudah jadi tenaga medis profesional dan ekspert di bidang kesehatan, maka salah satu kontribusi selanjutnya adalah bagaimana mendorong lingkungan pesantren menjadi lebih sehat dan semakin baik untuk tumbuh kembang anak," kata Waryono melalui siaran pers yang diterima Republika, Jumat (10/9)

Ia mengatakan, untuk membangun pesantren yang kuat harus menyasar semua segi termasuk menciptakan lingkungan dan budaya yang mendukung perbaikan tingkat kesehatan. Oleh karena itu, setiap pedoman yang disusun hendaknya lebih berfokus pada panduan langkah preventif dibandingkan kuratif.

"Dalam mewujudkan pesantren yang kuat dengan lingkungan sehat yang lebih penting itu adalah langkah pencegahan. Dengan kata lain promosi kesehatan lebih relevan dan tepat untuk diterapkan di pesantren," ujarnya saat memberi arahan pada giat penyusunan pedoman peningkatan perilaku hidup bersih sehat pesantren yang diinisiasi Direktorat PD Pontren.

Waryono mengingatkan, sejak pandemi Covid-19 melanda pada Maret 2020, kemampuan pesantren untuk merespons secara baik setiap kesulitan dan bertahan dari kondisi yang tidak menguntungkan tersebut benar-benar sedang diuji. Faktanya, sudah ratusan kiai dan pengasuh pondok pesantren yang meninggal dunia semasa pandemi.

 

 

"Kesehatan seluruh warga dunia termasuk pesantren saat ini betul-betul diuji, ini menjadi keprihatinan kita semua. Sejauh mana tingkat resiliensi dan ketahanan dalam menghadapi pandemi adalah tanggung jawab kita semua," jelasnya.

Bagaimanapun, kata Waryono, pandemi Covid-19 ini berdampak multidimensi, baik itu dampak perubahan dari sisi spiritual, perubahan dampak sisi sosial, dampak finansial, dampak pendidikan, dampak kesehatan fisik dan mental, bahkan dampak keluarga. Sementara pondok pesantren sendiri memiliki kemampuan berbeda-beda dalam kesiapan menghadapinya. 

"Pandemi banyak memberi pelajaran kepada kita untuk muhasabah. Mengukur kembali tingkat kesiapan kita seperti apa? Karenanya santri-santri PBSB yang di kesehatan harus menjelaskan secara komprehensif, memberikan pemahaman yang relevan dan kontekstual tentang pentingnya kesehatan, terlebih dalam arus informasi yang deras saat ini masyarakat memerlukan sumber informasi yang benar," ujarnya.

Di tempat yang sama, Kepala Subdirektorat Pendidikan Pesantren, Basnang Said, menjelaskan, kegiatan penyusunan pedoman perilaku hidup bersih sehat pesantren ini dilaksanakan untuk melahirkan beberapa macam output. Pertama adalah mematangkan aplikasi Medis Santri (Medisa) yang merupakan platform layanan kesehatan bagi masyarakat pesantren. Pengelola aplikasi ini nanti akan melibatkan dokter-dokter santri alumni PBSB. Aplikasi Medisa rencananya akan luncurkan pada 21 Oktober 2021 saat puncak peringatan Hari Santri Nasional 2021.

 

 

"Ini penggagasnya adalah santi alumni PBSB Kementerian Agama, dokter-dokter santri inilah yang nantinya akan memberikan layanan konsultasi dan layanan kesehatan lainnya kepada masyarakat melalui aplikasi Medis Santri ini," ujar Basnang.

Ia menerangkan, output yang kedua yakni tersusunnya Buku Pedoman Pesantren Ramah Anak. Buku ini disusun sebagai respon lanjutan dari sejumlah kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi di pesantren. Buku ini penting diterbitkan dalam rangka menciptakan pesantren yang ramah kepada anak-anak sebagai aset masa depan dan bangsa.

"Kemudian kita juga akan melahirkan satu buku Panduan Pola Hidup Bersih dan Sehat, yang kita susun bersama dengan Kementerian Kesehatan serta perwakilan dari beberapa pesantren yang sudah punya pengalaman baik dalam bidang kesehatan," jelasnya. 

Basnang mengatakan, output selanjutnya yakni tersusunnya Buku Pedoman Eco-Pesantren. Panduan ini akan memuat suatu konsep pengelolaan pondok pesantren yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan. Gerakan eco-pesantren merupakan program yang diinisiasi oleh alumni PBSB Institut Pertanian Bogor (IPB), dengan menekankan pelestarian fungsi lingkungan hidup di pondok pesantren.

Ia menambahkan, selain melibatkan para alumni dan mahasiswa PBSB dari jurusan kesehatan, giat ini juga diikuti oleh pengurus organisasi CSSMoRA, yakni organisasi yang mewadahi mahasiswa santri penerima beasiswa PBSB Kemenag. CSSMoRA diharapkan dapat terlibat aktif dengan menyusun program kerja yang bersinergi dengan Kemenag.

"Terutama dalam waktu dekat CSSMoRA diharapkan melahirkan kegiatan yang inovatif dan kreatif untuk memperingati Hari Santri Nasional tahun 2021," kata Basnang.

 

 

 
Berita Terpopuler