Firefly Aerospace Selidiki Meledaknya Roket Setelah Meluncur

Roket Firefly Aerospace meledak 2,5 menit setelah lepas landas.

Everyday Astronaut/Firefly Aerospace via spac
Debut peluncuran roket Firefly Aerospace pekan lalu gagal karena kerusakan mesin prematur.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, TEXAS -- Debut peluncuran roket Firefly Aerospace pekan lalu gagal karena kerusakan mesin prematur. Firefly yang berbasis di Texas melakukan uji terbang orbital pertamanya pada Kamis (2/9), mengirimkan roket Alpha setinggi 29 meter dari Vandenberg Space Force Base di California.

Baca Juga

Sekitar 2,5 menit setelah lepas landas, peluncur dua tahap mulai jatuh, dan tak lama kemudian meledak dalam bola api yang dramatis. Firefly dengan cepat memulai penyelidikan anomali, yang telah membuat kemajuan substansial.

Pada Ahad (5/9), perusahaan mengumumkan penyebab langsung dari kegagalan adalah salah satu dari empat mesin Reaver tahap pertama Alpha mati secara tidak terduga sekitar 15 detik setelah lepas landas.

“Kendaraan terus menanjak dan mempertahankan kendali selama total sekitar 145 detik, sedangkan durasi pembakaran tahap pertama nominal sekitar 165 detik. Namun, kehilangan daya dorong satu dari empat mesin, laju tanjakan menjadi lambat, dan kendaraan ditantang untuk mempertahankan kontrol tanpa vektor dorong  dari mesin dua,” tulis perwakilan Alpha di utas Twitter pada Ahad (5/9), dilansir dari Space, Rabu (8/9).

Perwakilan Alpha menuturkan Alpha mampu mengimbangi pada kecepatan subsonik. Namun, saat bergerak melalui transonik dan ke penerbangan supersonik (kontrol paling menantang), dorongan tiga mesin untuk kontrol vektor tidak cukup dan kendaraan jatuh di luar kendali. Jangkauan menghentikan penerbangan menggunakan Sistem Terminasi Penerbangan (FTS) yang eksplosif.

“Roket itu tidak meledak dengan sendirinya,” tambah mereka.

Firefly mengatakan di utas Twitter bahwa mesin dua mati karena katup propelan utamanya tertutup. Perusahaan masih bekerja untuk memahami apa yang menyebabkan katup menutup dan untuk menentukan apakah ada anomali lain yang terjadi selama penerbangan Kamis (2/9).

“Kami akan melaporkan akar penyebab anomali di akhir penyelidikan. Bekerja sama dengan FAA dan mitra kami di Space Launch Delta 30, kami akan kembali melakukan Alpha Flight 2 sesegera mungkin,” tulis Firefly di utas Twitter. 

Alpha adalah roket habis pakai yang dirancang untuk mengirimkan hingga 1.000 kg) ke orbit rendah Bumi pada setiap misi senilai 15 juta dolar Amerika Serikat (sekitar Rp 213,7 miliar). Pada Kamis (2/9) roket lepas landas dengan muatan (92 kg) yang disebut DREAM (Dedicated Research and Education Accelerator Mission). Muatan terdiri dari memorabilia yang disumbangkan oleh sekolah dan lembaga lain, serta sejumlah satelit kecil.

 

Alpha juga membawa komponen penarik ruang yang sedang dikerjakan Firefly, yang disebut Space Utility Vehicle, untuk memberi mereka tes di luar angkasa.

 
Berita Terpopuler