Glorifikasi Penyambutan Saipul Jamil dan Hilangnya Empati

Publik dan pihak televisi diminta tak glorifikasi kemunculan kembali Saipul Jamil

Republika/Raisan Al Farisi
Publik dan pihak televisi diminta tak glorifikasi kemunculan kembali Saipul Jamil. Ilustrasi pedangdut Saipul Jamil
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Keluar dari penjara kembali mengundang kontroversi. Begitulah yang terjadi pada mantan narapidana pencabulan anak, Saipul Jamil. 

Baca Juga

Bagaikan idola yang masuk bui karena kesalahanpahaman, Saipul keluar penjara disambut dengan meriah. Kalung bunga di leher dengan arak-arakan ramai. Berbagai stasiun televisi meliputnya, dan undangan tampil di berbagai acara pun diraupnya dalam sekejap. 

Tentunya hal ini membuat banyak pihak geram. Petisi untuk memboikot Saipul Jamil dari pertelevisian kini telah ditandatangani lebih dari 300 ribu orang.  

Raungan marah masyarakat akhirnya mencapai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), yang memperingatkan 18 stasiun televisi untuk tidak melakukan glorifikasi atas perbuatan asusila semacam itu. 

"Agar tidak terulang di kemudian hari, kami berharap muatan terkait hal-hal seperti, penyimpangan seksual, prostitusi, narkoba, dan tindak melanggar hukum lainnya yang dialami oleh artis atau publik figur dapat disampaikan secara berhati-hati dan diorientasikan kepada edukasi publik agar hal serupa tidak terulang serta sanksi hukum yang telah dijalani tidak dipersepsikan sebagai risiko biasa," kata Ketua KPI Pusat Agung Suprio. 

Sosiolog Musni Umar menilai bahwa sebagai seseorang yang telah menjalani hukumannya, masyarakat harus memandang bahwa mantan narapidana telah terbina dengan baik di Lembaga Permasyarakatan dan telah bertaubat.  

Akan tetapi, apa yang dilakukan pihak Saipul Jamil dan berbagai stasiun televisi menunjukkan ketidakempatian mereka terhadap korban kekerasan seksual anak. 

"Kadang-kadang masyarakat kita itu tidak bisa berempati pada perasaan orang lain. Kalau keluar biasa saja, tentu tidak apa-apa, seperti ini ya tentunya banyak dikecam," ujar Musni kepada Republika.co.id, Senin (6/9). 

Selebrasi pembebasan Saipul Jamil ini akan menjadi hal yang memberatkan untuk mantan napi ini, karena masyarakat kini kembali mengingat-ingat kesalahannya yang mungkin telah dilupakan sebelumnya.  

Sekarang, sorotan mata publik akan semakin mengawasi Saipul Jamil untuk tidak melakukan kejahatan yang sama.

"Jangan sampai dia lupa masih banyak yang belum bisa memaafkan. Semua orang, apalagi figur publik itu harus diawasi agar tidak melakukan lagi, masyarakat mengontrol mereka," tutur Musni. 

Psikolog Anak, Firesta Farizal menyoroti kondisi psikologis korban akibat penayangan berlebihan pembebasan pelaku kekerasan seksual tersebut.

"Sebagai masyarakat, ahli, dan sebagai manusia sih sebenarnya, harus berpihak pada korban. Sementara apa yang terjadi sekarang ini sangat tidak mendukung korban," kata Firesta. 

Menurutnya, semua orang harus lebih memikirkan dampak psikologis korban, karena tidak ada yang tahu sampai kapan trauma para korban. Dia juga mengkhawatirkan nilai-nilai yang ditangkap anak-anak dari stasiun televisi yang menggembar-gemborkan hal seperti ini.   

Bagi dia, memboikot mantan pelaku kekerasan seksual anak atau pedofil, sudah cukup sesuai. Ini menunjukkan sikap bahwa semua orang tidak membenarkan, tidak setuju, dan tidak menormalkan perilaku kejahatan seksual pada anak. 

"Ketika stasiun televisi atau figur publik atau teman-teman terkait di media memboikot, pelaku itu adalah salah satu pilihan sikap kita untuk menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan yang penting," kata Firesta lagi 

Trauma korban kekerasan anak merupakan hal yang utama dalam kasus semacam ini, sehingga Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti menghimbau agar masyarakat memboikot Saipul Jamil dengan tidak menonton acara-acara yang menampilkannya. 

 

Dia menilai, dengan menonton acara Saipul, sama saja dengan mentolerir pelaku kekerasan seksual terhadap anak, yang tampaknya tidak merasa bersalah. Memang, Saipul yang tersenyum lebar saat dibebaskan dengan berkalungkan bunga dan melepas masker di masa pandemi, tampak tidak merasa bersalah. Jadi, ayo boikot!!  

 
Berita Terpopuler