Taliban Ubah Mural Jadi Slogan Islam

Mural warna-warni yang menyebarkan pesan harapan dan perdamaian diubah Taliban

AP/Wali Sabawoon
Pejuang Taliban berjalan di kota Kabul, Afghanistan, Sabtu, 4 September 2021.
Rep: Meiliza Laveda Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  JAKARTA --  Mural warna-warni yang menyebarkan pesan harapan dan perdamaian diubah Taliban dengan slogan-slogan Islam. Namun, butuh waktu bagi Taliban lebih dari sekadar frasa yang menarik.

Baca Juga

Meskipun Taliban menyatakan wanita akan diizinkan untuk bekerja di bawah hukum Islam, tantangan besar mereka adalah memenangkan kepercayaan dari penduduk setempat, setidaknya untuk saat ini. Afghanistan adalah salah satu negara termiskin di dunia.

Kampanye cepat Taliban untuk merebut kekuasaan telah menyebabkan bantuan internasional tertahan. Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia juga telah menangguhkan pembayaran. Banyak orang sangat mengalami kesulitan mengakses uang tunai. Selain itu, Taliban memukuli orang dengan tongkat saat mereka mengantre untuk mengambil uang.

Komandan Provinsi Logar Qari Karimullah Sajid menegaskan kembali janji Taliban bahwa semua warga Afghanistan telah diampuni atas kejahatan mereka yang mencakup bekerja dengan pemerintah sebelumnya atau pasukan asing. Dia mengatakan setiap orang akan memiliki tempat di pemerintahan mendatang.

Komunitas internasional, termasuk Kelompok Negara Tujuh (G7) telah menekankan mereka akan menilai Taliban dengan tindakan mereka dibandingkan janji-janji mereka, terutama ketika menyangkut hak-hak perempuan, anak perempuan, dan kaum minoritas.

 

 

Dikutip Euro News, Senin (6/9), aksi protes yang diadakan wanita muda pada Sabtu di Kabul berakhir dengan pasukan khusus Taliban menembak ke udara ketika para demonstran mencapai istana presiden yang mendorong mereka untuk melarikan diri. Seorang saksi juga mengatakan mereka menggunakan gas air mata.

Sajid menyebut meskipun Taliban telah mengatakan perempuan akan diizinkan untuk bekerja, termasuk untuk pemerintahan berikutnya, situasi keamanan dan situasi saat ini tidak mengizinkan seorang perempuan untuk bekerja di posisi tinggi pemerintah.

 

“Situasi di tanah air telah memburuk selama 20 tahun tapi mungkin di masa depan, mereka akan dapat bekerja di posisi tinggi,” ujar dia. n Meiliza Laveda

 
Berita Terpopuler