Posisi Makmum Harus Sejajar dengan Imam Saat Sholat Berdua?

Posisi imam sejajar atau mundur sedikit sama-sama mempunyai dalil

Prayogi/Republika.
Posisi imam sejajar atau mundur sedikit sama-sama mempunyai dalil. Ilustasi sholat
Red: Nashih Nashrullah

Oleh : Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur, KH Ma'ruf Khozin

REPUBLIKA.CO.ID, Saya sering ditanya masalah ini, yaitu ketika sholat sholat imam dan satu makmum. Dalil hadits menunjukkan berdiri sejajar antara imam dan makmum.

Baca Juga

Tapi pendapat ulama Mazhab justru seperti bertentangan, sebab makmum mundur sedikit dari posisi berdiri imam. Apalagi jika ditambah "Anda ikut Nabi apa ikut imam Mazhab?". 

Tadi pagi kuliah subuh online yang mengkaji Sahih Bukhari bersama jamaah Masjid Manarul Ilmi ITS, kebetulan sampai pada hadits tersebut. Imam Bukhari menulis judul Bab: 

ﺑﺎﺏ: ﻳﻘﻮﻡ ﻋﻦ ﻳﻤﻴﻦ اﻹﻣﺎﻡ، ﺑﺤﺬاﺋﻪ ﺳﻮاء ﺇﺫا ﻛﺎﻧﺎ اﺛﻨﻴﻦ “Makmum berdiri di sebelah kanan imam, di sebelahnya sejajar bila terdiri dari dua orang (imam dan makmum).” Hadits yang disampaikan Imam Bukhari adalah:

ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻲ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ، ﻗﺎﻝ: ﺑﺖ ﻓﻲ ﺑﻴﺖ ﺧﺎﻟﺘﻲ ﻣﻴﻤﻮﻧﺔ " ﻓﺼﻠﻰ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ اﻟﻌﺸﺎء، ﺛﻢ ﺟﺎء، ﻓﺼﻠﻰ ﺃﺭﺑﻊ ﺭﻛﻌﺎﺕ، ﺛﻢ ﻧﺎﻡ، ﺛﻢ ﻗﺎﻡ، ﻓﺠﺌﺖ، ﻓﻘﻤﺖ ﻋﻦ ﻳﺴﺎﺭﻩ ﻓﺠﻌﻠﻨﻲ ﻋﻦ ﻳﻤﻴﻨﻪ

Ibnu Abbas berkata, "Saya menginap di rumah bibi saya, Maimunah (istri Nabi). Nabi sholat Isyak, lalu datang dan sholat 4 rakaat. Kemudian Nabi tidur, bangun malam dan sholat. Saya datang lalu berdiri di sebelah kiri Nabi, dan beliau mengarahkan saya ke sebelah kanan Nabi."  

Al Hafidz Ibnu Hajar sependapat dengan Imam Bukhari, sehingga dalam syarahnya banyak mengutip atsar yang menguatkan posisi makmum berdiri sejajar dengan imam: 

وَعَنْ اِبْنِ جُرَيْجٍ قَالَ : قُلْتُ لِعَطَاءٍ : الرَّجُلُ يُصَلِّي مَعَ الرَّجُلِ أَيْنَ يَكُونُ مِنْهُ ؟ قَالَ : إِلَى شِقِّهِ الْأَيْمَنِ . قُلْتُ : أَيُحَاذِي بِهِ حَتَّى يَصُفَّ مَعَهُ لَا يَفُوتُ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ ؟ قَالَ : نَعَمْ . قُلْتُ : أَتُحِبُّ أَنْ يُسَاوِيَهُ حَتَّى لَا تَكُونَ بَيْنَهُمَا فُرْجَةٌ ؟ قَالَ : نَعَمْ .  

Ibnu Juraij bertanya kepada Atha', "Dimana posisi makmum laki-laki yang sholat bersama imam laki-laki?" Atha' menjawab, "Sebelah kanannya". Saya, "Apakah berdiri lurus sehingga tidak ada keterpautan antara imam dan makmum?" Atha', "Ya". Saya bertanya, "Apakah lurus hingga tidak ada celah antara imam dan makmum?" Atha', "Ya" (Fath al-Bari, 3/38). Bagaimana pendapat para ulama Mazhab? Berikut perinciannya:

- Mazhab Maliki

( وَالرَّجُلُ الْوَاحِدُ ) وَمِثْلُهُ الصَّبِيُّ الَّذِي يَعْقِلُ الْقُرْبَةَ إذَا صَلَّى وَاحِدًا مِنْهُمَا ( مَعَ الْإِمَامِ ) يُسْتَحَبُّ لَهُ أَنْ ( يَقُومَ ) أَيْ يُصَلِّيَ ( عَنْ ) أَيْ جِهَةَ ( يَمِينِهِ ) وَيُنْدَبُ لَهُ أَنْ يَتَأَخَّرَ عَنْهُ قَلِيلًا بِحَيْثُ يَتَمَيَّزُ الْإِمَامُ مِنْ الْمَأْمُومِ وَتُكْرَهُ مُحَاذَاتُهُ

“Seorang makmum laki-laki atau anak kecil jika sholat bersama imam maka disunnahkan berdiri di sebelah kanan imam. Dianjurkan bagi makmum mundur sedikit, sekira dapat dibedakan mana imam dan makmum. Dan makruh jika makmum sejajar dengan imam.” (Fawakih Ad-Dawani 2/407)

- Mazhab Syafii 

السنة أن يقف المأموم الواحد عن يمين الامام رجلا كان أو صبيا قال اصحابنا ويستحب ان يتأخر عن مساواة الامام قليلا

“Sunnah bagi makmum seorang diri berada di sebelah kanan imam, baik dewasa atau anak kecil. Ulama Syafi'iyah menganjurkan mundur sedikit dari imam.” (Al-Majmu', 4/292)

 

- Mazhab Hanbali 

 فَلَا يَضُرُّ ) فِي صَلَاةِ مَأْمُومٍ ( عَدَمُ مُسَاوَاةٍ ) ، أَيْ : مُسَامَتَتِهِ لِإِمَامِهِ ( بِتَأَخُّرِهِ ) عَنْهُ قَلِيلًا ، بِحَيْثُ يَظْهَرُ لِلرَّائِي أَنَّهُ مَأْمُومٌ

“Tidak masalah bila makmum tidak sejajar dengan imam dengan mundur sedikit, sekira menjadi jelas bagi orang yang melihat bahwa dia adalah makmum.” (Mathalib Uli Nuha 3/460).

Apakah pendapat ulama mazhab tidak ada dalilnya? Sebentar dulu. Jangan memvonis pendapat ulama mazhab tidak memiliki dalil hadits. Syaikhul Islam, Zakaria Al Anshari memberi alasan mengapa makmum berdiri sedikit mundur dari posisi imam:

( فَرْعٌ يُسْتَحَبُّ أَنْ يَقِفَ الذَّكَرُ عَنْ يَمِينِ الْإِمَامِ وَيَتَأَخَّرَ قَلِيلًا ) اسْتِعْمَالًا لِلْأَدَبِ وَإِظْهَارًا لِرُتْبَةِ الْإِمَامِ عَلَى رُتْبَةِ الْمَأْمُومِ 

"Disunnahkan bagi makmum laki-laki sendirian berdiri di sebelah kanan imam dan mundur sedikit, untuk menjaga etika dan menampakkan posisi imam lebih di depan dari pada makmum." (Asna Al-Mathalib 3/293)

Dalilnya sama seperti hadits di atas, namun dalam riwayat Imam Ahmad ada tambahan redaksi:

ﻗﺎﻝ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ : ﺃﺗﻴﺖ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺁﺧﺮ اﻟﻠﻴﻞ، ﻓﺼﻠﻴﺖ ﺧﻠﻔﻪ، ﻓﺄﺧﺬ ﺑﻴﺪﻱ، ﻓﺠﺮﻧﻲ، ﻓﺠﻌﻠﻨﻲ ﺣﺬاءﻩ، ﻓﻠﻤﺎ ﺃﻗﺒﻞ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﺻﻼﺗﻪ، ﺧﻨﺴﺖ، ﻓﺼﻠﻰ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻓﻠﻤﺎ اﻧﺼﺮﻑ ﻗﺎﻝ ﻟﻲ: " ﻣﺎ ﺷﺄﻧﻲ ﺃﺟﻌﻠﻚ ﺣﺬاﺋﻲ ﻓﺘﺨﻨﺲ؟ "، ﻓﻘﻠﺖ: ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ، ﺃﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﻷﺣﺪ ﺃﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﺣﺬاءﻙ،

Ibnu Abbas berkata, "Saya mendatangi Rasulullah SAW di akhir malam. Saya sholat di belakang Nabi. Kemudian Nabi memegang tangan saya dan menarik saya sampai sejajar. Ketika Nabi masuk ke dalam sholat, Saya mundur. Selesai sholat Nabi bertanya: "Kenapa kamu mundur?" Ibnu Abbas: "Apakah layak bagi seseorang sholat berdiri sejajar dengan Engkau?" (HR Ahmad) 

Kesimpulannya, kedua bentuk makmum berdiri, baik sejajar lurus dan rapat dengan imam atau yang mundur sedikit, sama-sama memiliki dalil dan sama-sama sah, serta tidak ada ulama yang mengatakan sholatnya batal.    

 
Berita Terpopuler