Harapan Hidup Berkurang 2 Tahun Gara-Gara Polusi

Polusi mengakibatkan kematian lebih banyak di seluruh dunia.

Republika/Putra M. Akbar
Pejalan kaki melewati JPO dengan latar belakang gedung-gedung bertingkat yang diselimuti kabut polusi di Jakarta, Selasa (20/4). Berdasarkan data IQAIR pada Selasa (20/4) pukul 11.54 WIB, DKI Jakarta menduduki peringkat keempat dengan kualitas udara terburuk di dunia dengan indeks kualitas udara mencapai angka 160 AQI, yang tergolong tidak sehat. Republika/Putra M. Akbar
Rep: Puti Almas Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polusi udara mengakibatkan lebih banyak kematian di seluruh dunia. Bahkan, jumlah ‘korban’ diperkirakan lebih banyak dibandingkan akibat penyakit seperti HIV/AIDS, perang, hingga merokok. 

Baca Juga

Dilansir Mercury News, di negara-negara dengan tingkat polusi udara di bawah standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rata-rata orang dapat kehilangan 2,2 tahun harapan hidup mereka karena hal ini. India tercatat memiliki tingkat polisi udara tertinggi secara global. 

Dengan demikian, penduduk di India akan kehilangan lebih banyak tahun dibandingkan negara lain di mana pun di dunia. Air Quality Life Index (AQLI) mengatakan rata-rata 5,9 tahun harapan hidup orang di negara Asia Selaytan itu berkurang karena masalah ini. 

Di wilayah utara India, sebanyak 480 juta orang menghirup tingkat polusi lebih dari 10 kali lebih tinggi daripada di daerah lainnya di dunia. Di beberapa bagian negara lainnya, termasuk Ibu Kota New Delhi dan Kolkata, rata-rata penduduk dapat kehilangan hingga sembilan tahun umur mereka, jika tingkat polusi seperti yang tercatat pada 2019 terus berlanjut. 

Indeks terhitung tahun yang hilang berdasarkan harapan hidup, jika suatu negara memenuhi pedoman udara bersih yang ditetapkan oleh WHO. Lima negara teratas dengan rata-rata jumlah tahun hilang, di mana penduduk kehilangan rata-rata 5,4 tahun harapan hidup, dengan setelahnya adalah Nepal (lima tahun), Pakistan (3,9 tahun), dan Singapura (3,8 tahun).

 

 

Penulis laporan tersebut mengatakan bahwa polusi udara terutama didorong oleh penggunaan dan produksi bahan bakar fosil, yang menciptakan masalah global yang membutuhkan kebijakan. 

Studi juga menunjukkan bagaimana dunia menikmati langit dan udara yang lebih bersih ketika pandemi memaksa terbatasnya mobilitas. Tetapi pada saat yang sama, beberapa bagian dunia mengalami polusi udara tingkat tinggi dari kebakaran hutan, yang diperburuk oleh kondisi cuaca yang panas dan kering. 

Di Amerika Serikat (AS), kabut asap dari kebakaran hutan tanpa henti di beberapa negara bagian barat menyebar ke seluruh wilayah negeri dan dilaporkan mempengaruhi kualitas udara hingga ke New York, salah satu kota terbesar di negara itu. Peristiwa luar biasa ini menggambarkan bahwa polusi udara tidak hanya menjadi tantangan global, tetapi juga terkait perubahan iklim. 

 

Kedua tantangan tersebut terutama disebabkan oleh penyebab yang sama, yaitu emisi bahan bakar fosil dari pembangkit listrik, kendaraan, dan sumber industri lainnya. Ini meminta pemerintah dunia untuk segera menerapkan kebijakan untuk mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar seperti batu bara, minyak dan gas.

 
Berita Terpopuler