AS: Tak Ada Kasus Kematian Akibat Miokarditis-Vaksin Pfizer

AS tak menemukan kasus kematian akibat miokarditis pada penerima vaksin Pfizer.

Prayogi/Republika.
Vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer. CDC AS mengungkapkan, tidak ada laporan kasus kematian akibat miokarditis terkait pemberian vaksin Covid-19 Pfizer.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS pada Senin (30/8) mengatakan tidak ada laporan kematian di kalangan orang dewasa muda di negara itu yang mengalami miokarditis usai disuntik vaksin Covid-19 Pfizer/BioNTech. Miokarditis merupakan kasus peradangan jantung yang langka.

Tingkat kemunculan miokarditis di kalangan penderita Covid-19 diketahui lebih tinggi dibandingkan dengan para penerima vaksin Pfizer/BioNTech atau vaksin Moderna. Tak satu pun dari 384 orang yang berusia di antara 16-29 tahun yang mengalami gangguan jantung usai menerima vaksin Pfizer/BioNTech meninggal, menurut badan kesehatan yang berbasis di Atlanta tersebut saat rapat Komite Penasihat untuk Praktek Imunisasi.

CDC menyebut tidak ada laporan kasus kematian di kelompok usia itu yang mengalami miokarditis sesudah menerima vaksin Moderna. Risiko miokarditis berkisar antara 18,5 kasus per 1 juta dosis setelah dosis kedua vaksin Pfizer/BioNTech sampai 20,2 kasus per 1 juta dosis setelah dosis kedua Moderna pada mereka yang berusia antara 18-24 tahun.

Baca Juga

Angka-angka tersebut menunjukkan risiko yang lebih tinggi ketimbang pada kelompok usia lain. Risiko itu secara signifikan juga lebih tinggi pada kaum pria dibanding perempuan, menurut data CDC.

Ada 2.574 kasus awal miokarditis atau perikarditis, jenis peradangan jantung langka lainnya, di antara penerima vaksin Covid-19 yang dilaporkan di AS. Sekitar 50 persen dari angka itu terjadi di kalangan penerima vaksin Pfizer/BioNTech, 20 persen dialami penerima vaksin Moderna dan sisanya pada penerima vaksin Johnson & Johnson.

Sementara itu, Selandia Baru melaporkan kematian pertama terkait vaksin Covid-19 dari Pfizer. Kementerian Kesehatan Selandia Baru mengumumkan kasus kematian itu setelah dewan pengawas keamanan vaksin Covid-19 melakukan peninjauan pada kematian seorang perempuan.

Dalam pernyataan Senin (30/8), Kementerian Kesehatan Selandia Baru tidak mengungkapkan usia perempuan tersebut. Dewan independen itu mempertimbangkan perempuan itu meninggal karena miokarditis yang diketahui efek samping yang jarang terjadi setelah pemberian vaksin Covid-19 dari Pfizer.

Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) telah memberikan persetujuan penuh untuk vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech untuk kelompok dewasa di atas usia 16 tahun. Sebagai catatan, vaksin tersebut tetap berada di bawah izin penggunaan darurat untuk mereka yang berusia 12-15 tahun dan suntikan dosis penguat (booster).

"Pakar sains dan medis kami telah melakukan evaluasi saksama dan menyeluruh terhadap vaksin ini," kata Dr Peter Marks selaku direktur Center for Biologics Evaluation and Research di FDA, dikutip dari Fox News, Selasa (24/8).

 
Berita Terpopuler