5 Mitos yang Paling Banyak Beredar Soal Vaksin dan Covid-19

Apa saja mitos yang paling banyak beredar soal vaksin dan Covid-19?

EPA-EFE/GEORGI LICOVSKI
Vaksin Covid-19. Banyak mitos yang berkembang di masyarakat soal vaksin dan Covid-19.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr Reisa Broto Asmoro menjawab sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat terkait vaksinasi dan Covid-19 dalam acara bincang-bincang yang digelar virtual, Jumat (27/8) malam. Apa saja mitos yang paling banyak beredar?

Mitos: Keberadaan chip yang disuntikkan ke dalam tubuh melalui vaksin Covid-19
Reisa menjelaskan, vaksin buatan manapun, baik Amerika, Eropa, atau China, punya standar internasional yang sama. Vaksin hanya berisi komponen virus serta bahan-bahan yang membuat vaksin awet di dalam tubuh.

"Jadi tidak ada tuh isi chip segala macam," kata dia.

Mitos: Merokok dapat menangkal virus corona
Reisa menegaskan hal itu tidak benar. Dia mengatakan bahwa merokok justru memperburuk kondisi tubuh, terlebih terinfeksi Covd-19.

Merokok juga berpotensi menularkan droplet ke lingkungan sekitar, apalagi jika dilakukan di ruangan yang tidak memiliki sirkulasi udara yang bagus. Hal itu membuat virus bertahan di udara dan berpotensi terhirup oleh orang lain.

Mitos: Anak-anak kebal terhadap Covid-19
Reisa mengatakan bahwa tingkat kematian anak-anak karena Covid-19 di Indonesia justru tergolong tinggi. Ia menyerukan agar semua pihak ekstra hati-hati menjaga anak dan mengajarkan protokol kesehatan pada anak.

"Jadi jangan salah kaprah, anak-anak ini bukan berarti kebal dan justru malah kita harus bersedih karena di Indonesia ini tingkat kematian anak karena Covid-19 ini tinggi sekali dibanding negara lainnya" kata Reisa.

Protokol kesehatan dapat diabaikan setelah menerima vaksin Covid-19
Reisa menilai hal itu salah kaprah. Vaksinasi Covid-19 tidak membuat tubuh menjadi kebal 100 persen.

Vaksin, merupakan bagian dari ikhtiar membentengi diri dari penularan Covid-19. Selain vaksin, ikhtiar lain yang harus dilakukan adalah menerapkan protokol kesehatan.

"Nantilah, suatu saat kalau misalnya semuanya sudah divaksinasi, kita sudah mempunyai herd immunity atau kekebalan komunal, barulah kita bisa berharap bisa melonggarkan protokol kesehatan ini," kata Reisa.

Baca Juga

Mitos: Minum minyak kayu putih dapat menyembuhkan Covid-19
Reisa mengatakan, mengonsumsi minyak kayu putih justru dapat membahayakan tubuh dan berpotensi menimbulkan penyakit baru.

Tiga hoaks terbaru soal vaksinasi Covid-19 - (Republika)


Mitos: Imunitas orang yang pernah terinfeksi Covid-19 lebih baik dari orang yang divaksinasi
Reisa mengatakan bahwa daya tahan tubuh yang terbentuk dari orang yang terinfeksi Covid-19 berbeda-beda. Ada yang bentuknya ringan, ada yang terbentuknya optimal.

Menurut Reisa, yang lebih baik adalah mendapatkan perlindungan dari vaksin. Sebab, tingkat perlindungannya sudah tertakar dan sesuai rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sehingga bisa optimal.

"Apalagi kalau sempat sakitnya gejalanya ringan, biasanya antibodinya justru tidak terlalu optimal seperti yang diharapkan dan biasanya tidak bertahan lama seperti dari vaksin," kata dia.

 
Berita Terpopuler