Harapan dan Ketakutan Pengungsi Afghanistan di Qatar 

Warga Afghanistan khawatir dan tidak percaya kepada Taliban.

AP/Matthias Schrader
Warga Afghanistan yang baru saja dievakuasi mengeringkan pakaian mereka di Pangkalan Udara AS Ramstein, Jerman, Selasa, 24 Agustus 2021.
Rep: Meiliza Laveda Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Seorang wanita Afghanistan yang mengungsi ke Qatar, Mariam tinggal di sebuah apartemen minimalis di Doha, Qatar. Ia tinggal bersama suami dan tiga anaknya sebagai salah satu keluarga pengungsi yang mendapatkan tempat perlindungan di negara tersebut.

Baca Juga

Sebelum mengungsi, Mariam adalah advokat yang biasa memperjuangkan akses dan representasi penyandang disabilitas, khususnya perempuan. Dia bekerja dengan berbagai LSM, sementara suaminya adalah seorang dokter gigi.

Saat keluarga Mariam menyaksikan provinsi demi provinsi jatuh ke tangan Taliban, ketakutan mereka tumbuh. Suatu pagi, dia bangun dan menyiapkan sarapan seperti biasa, tetapi rasa takut telah mendorongnya ke titik puncak dan keluarganya bergegas menuju ke bandara Kabul. 

Keluarga itu menghabiskan tiga hari mencoba memasuki bandara Kabul yang kacau dan penuh sesak. Mariam memiliki dokumentasi yang diperlukan dan tahu nama mereka ada dalam daftar evakuasi, tetapi harus memohon kepada pejuang Taliban di dekat bandara agar mengizinkan mereka terbang ke Doha.

Baca juga : Ketika Perempuan Mesir Bertekad Jadi Penyanyi Lagu Religi

Pertolongan dan rasa bersalah

Meski lega bisa terbang ke Doha bersama keluarganya, Mariam mengaku merasa bersalah. Dia sudah mendengar cerita teman-teman perempuan di Afghanistan yang ditolak dari tempat kerja mereka oleh Taliban dan orang lain yang takut tampil di depan umum di bawah penguasa baru.

 

“Taliban memisahkan perempuan dari masyarakat. Kita tidak dapat memiliki masyarakat yang maju tanpa kontribusi perempuan,” kata Mariam dilansir dari Aljazirah, Senin (23/8).

"Salah satu postingan teman saya [Facebook] mengatakan kami [wanita] sudah meninggal. Semua hak kami hilang,”tambahnya.

Mariam khawatir semua pekerjaan yang telah dia lakukan di Afghanistan akan dibatalkan sekarang setelah Taliban berkuasa. Dia menegaskan apa yang kelompok itu katakan di depan umum berbeda dari apa yang mereka praktikkan di lapangan.

“Taliban telah berubah, tetapi mereka tidak lebih baik. Sebelumnya mereka membunuh orang-orang yang bekerja dengan pemerintah dan LSM. Sekarang mereka melakukan hal yang sama tetapi tidak menunjukkan kepada dunia,” ujarnya.

Menurutnya, ada laporan pencarian dari pintu ke pintu mencari orang-orang yang telah bekerja dengan pemerintah sebelumnya atau entitas asing.

Baca juga : Langkah Erick Rangkai Gerak Pesantren Berdayakan Ekonomi

Upaya evakuasi

Qatar telah mengambil peran penting dalam dua proses evakuasi keluar dari Afghanistan sejak Taliban menyerbu negara itu. Negara itu membantu saat kondisi bandara Kabul dibanjiri ribuan orang yang putus asa untuk melarikan diri.

 

Sebagai bagian dari proses evakuasi yang dilakukan AS, Qatar untuk sementara menampung 6.000 warga Afghanistan di pangkalan militer Al Udeid dan As Sayliyah. Langkah ini dilakukan sampai AS dapat memukimkan kembali mereka. Proses kedua adalah upaya Qatar untuk membawa pengungsi Afghanistan ke Doha, kemungkinan besar akan dimukimkan kembali di negara lain.

Sejauh ini, permohonan mengungsi disaring di kedutaan Qatar di Kabul dan mereka yang menyelesaikan proses menerima izin untuk melakukan perjalanan ke Doha. Saat ini ada sekitar 800 orang telah diproses, sebagian besar adalah mahasiswi, keluarga dengan anak-anak, atau anak-anak.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Lolwah Rashid Mohammed Al-Khater mengatakan terus mengawasi proses evakuasi dan tempat pengungsian. “Ini adalah proses yang ditangani dari A sampai Z;  kami memastikannya seaman mungkin,” kata al-Khater kepada Al Jazirah.

“Saat ini hampir mencapai kapasitas, itu menampung sekitar 500 lebih orang. Kami sedang mempersiapkan kompleks lain sebagai rencana darurat, dan diharapkan dapat menampung lebih banyak lagi,” tambahnya.

Kompleks baru ini adalah salah satu dari beberapa yang dibangun sebagai akomodasi untuk tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022 di Qatar.

Baca juga : 946 Anak Bekasi Kehilangan Orang Tua Selama Pandemi

 
Berita Terpopuler