PBB: Butuh Jutaan Langkah untuk Atasi Kelaparan di Yaman

Sekitar 20 juta warga Yaman bergantung pada bantuan kemanusiaan

EPA-EFE/Yahya Arhab
Reruntuhan sisa perang di Kota Sana
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, mengakhiri kelaparan di Yaman menjadi prioritas bantuan kemanusiaan secara menyeluruh. Utusan khusus PBB untuk Yaman Martin Griffiths, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa, sekitar dua pertiga dari populasi Yaman atau sekitar 20 juta orang bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk kebutuhan sehari-hari mereka.

Baca Juga

“Kelaparan bukan hanya masalah makanan. Ini adalah gejala keruntuhan yang jauh lebih dalam. Dalam banyak hal, semua masalah Yaman harus ditanggapi dengan komprehensif," ujar Griffiths, dilansir Aljazirah, Selasa (24/8).

Griffiths mengatakan, sebagian besar kelaparan di Yaman terkait dengan depresiasi ekstrem mata uang nasional Yaman dan keruntuhan ekonomi. PDB Yaman anjlok 40 persen sejak 2015, ketika pemberontak Houthi yang didukung Iran menguasai negara itu. Sementara, riyal Yaman berada pada rekor terendah terhadap dolar AS.

Asisten sekretaris jenderal PBB untuk Timur Tengah, Khaled Mohamed Khiari meningkatkan kekhawatiran atas kekurangan bahan bakar yang meluas dan memburuk di wilayah yang dikuasai Houthi. Hanya tiga kapal tanker minyak yang diizinkan berlabuh di kota pelabuhan strategis Yaman, Hodeidah sejak Juli. 

"Sementara empat lainnya tetap berada di daerah penahanan yang dikendalikan oleh koalisi anti-Houthi pimpinan Arab Saudi," kata Khiari.

 

Pelabuhan Hodeidah yang telah ditutup adalah pelabuhan utama Yaman, dan jalur kehidupan utama untuk pasokan kemanusiaan yang memasuki negara itu. Sejauh ini, satu stasiun Minyak Yaman di wilayah yang dikuasai Houthi telah ditutup karena kekurangan pasokan. Khiari mengatakan, semua pihak harus memprioritaskan kebutuhan sipil dan menjauhkan diri dari mempersenjatai ekonomi, mengingat situasi kemanusiaan yang kritis di Yaman.

“Kami mengulangi seruan kepada pemerintah Yaman untuk segera mengizinkan masuknya semua pasokan komersial penting, termasuk kapal bahan bakar ke Hodeidah tanpa penundaan,” kata Khiari.

Pada Maret, Arab Saudi menawarkan gencatan senjata nasional di Yaman, tetapi Houthi menolak. Houthi menyerukan Saudi mengakhiri blokade di pelabuhan negara dan bandara terlebih dahulu.

Yaman telah dilanda kekerasan dan kekacauan sejak 2014 ketika pemberontak Houthi menguasai sebagian besar negara itu. Konflik meningkat pada 2015, ketika Arab Saudi dan sekutu regionalnya meluncurkan kampanye militer melawan Houthi.

Houthi mengambil alih ibu kota Sanaa dan menggulingkan pemerintah Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi yang didukung Riyadh. Kekerasan tersebut memicu krisis kemanusiaan sangat besar, yang telah menewaskan sedikitnya 233 ribu orang. 

 
Berita Terpopuler