Politik Malaysia Diprediksi Tetap Rapuh di Bawah Ismail

Rakyat Malaysia sudah jenuh dengan perpecahan politik negaranya.

EPA-EFE/AHMAD YUSNI
Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob saat meninggalkan markas partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) ke Istana Nasional di Kuala Lumpur, Malaysia, 19 Agustus 2021. Anggota parlemen dari partai yang bersekutu dengan Perikatan Nasional (PN) telah dipanggil oleh Raja Malaysia ke Istana Nasional untuk memastikan dukungan mereka terhadap Ismail Sabri Yaakob sebagai perdana menteri berikutnya.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Indira Rezkisari, Kamran Dikarma, Fergi Nadira

Malaysia diperkirakan akan tetap berada dalam kondisi politik yang tidak stabil jika Ismail Sabri Yaakob terpilih sebagai Perdana Menteri Malaysia yang baru. Pasalnya, Ismail diprediksi hanya akan meraih 115 suara dari anggota parlemen, jumlah yang sedikit lebih banyak dari batas minimum suara yang diperlukan untuk meraih dukungan parlemen.

Hari ini Yang di-Pertuang Agong sudah memanggil 114 anggota parlemen ke Istana Negara untuk diverifikasi dukungannya bagi satu dari dua kandidat perdana menteri (PM). Selain Ismail, ada pimpinan oposisi Datuk Seri Anwar Ibrahim yang juga berkeinginan menjabat PM Malaysia.

Dikutip dari Strait Times, Kamis (19/8), Raja diprediksi akan mengusulkan persatuan untuk mengakhiri perpecahan politik yang selama ini terjadi di Malaysia. Perpecahan tersebut pasalnya berdampak ke fokus penanganan Covid-19. Harapannya setidaknya perpecahan bisa dicegah sampai Malaysia dapat menggelar pemilu dengan risiko minimal.

"Kami harap Raja akan memanggil anggota parlemen terpilih dan bertanya jika mereka siap untuk menjadi perdana menteri dan membentuk pemerintah yang bersatu," kata profesor Awang Azman Awang Pawi dari University of Malaya. "Jika angka (dukungannya) bertahan di 115, maka pemerintahan baru akan rapuh, mudah goyah, dan tidak stabil seperti pemerintahan Muhyiddin, karena ada banyak konflik di partai."

Awang menganjurkan pemerintahan yang bersatu sebagai solusi bagi krisis kepemimpinan di Malaysia. Ia mengatakan, warga Malaysia tidak suka melihat politikus yang sama terus berputar di pemerintahan selanjutnya.

"Rakyat tidak anggur lama di botol baru. Rakyat ingin mengganti busnya, bukan cuma sopirnya. Jadi pada akhirnya, pemerintah yang bersatu harus dibuat untuk memastikan tidak ada lagi konflik. Masyarakat ingin formula baru untuk menangani pandemi, pengangguran yang berkurang, dan ekonomi yang meningkat," katanya.

Pengamat lain dari Asia Institute Tasmania di University of Tasmania, James Chin, mengatakan pemerintah baru harus lebih stabil. Setidaknya, kata dia, butuh dukungan suara 125 anggota parlemen.

"Untuk pemerintahan yang lebih stabil, dia butuh... Setidaknya 125 atau 130 suara lebih," ujarnya.

Jika Ismail Sabri ingin menang sekarang, koalisinya akan sangat mudah goyah. Beberapa atau mungkin semua anggota Bersatu tidak bahagia mereka sekarang ada di posisi nomor dua.

"Mereka pasti akan mencoba menggoyahkan posisi. Kemungkinan lain ada sosok di UMNO yang juga tidak bahagia dengan Ismail Sabri dan ingin menggantikannya," kata Oh Ei Sun, senior fellow di Singapore Institute of International Affairs, dikutip dari Malay Mail.

Wakil Presiden United Malays National Organization (UMNO) Ismail Sabri Yaakob diprediksi akan menjadi perdana menteri baru Malaysia. Dia menggantikan Muhyiddin Yassin yang mengundurkan diri dari jabatannya pada Senin (16/8).

Ismail yang saat ini berusia 61 tahun tampaknya memperoleh dukungan mayoritas di parlemen Malaysia untuk menjadi perdana menteri. Pada masa pemerintahan Muhyiddin, Ismail menjabat sebagai wakil perdana menteri. Sekretaris Jenderal UMNO Ahmad Maslan mengungkapkan, sebanyak 114 anggota parlemen dari UMNO dan partai-partai lain di bekas aliansi pemerintahan Muhyiddin telah dipanggil pihak kerajaan.

Menurut Ahmad, mereka diminta mengonfirmasi dukungan terhadap Ismail selama audiensi singkat dengan Raja Malaysia Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah. Untuk membentuk pemerintahan baru, dibutuhkan 111 dukungan dari anggota parlemen.

“Dengan Ismail Sabri siap menjadi perdana menteri Malaysia berikutnya di bawah aliansi yang sama, banyak orang Malaysia akan melihatnya sebagai tidak lebih dari permainan kursi musik,” kata Ei Sun Oh, pengamat dari Singapore Institute of International Affairs, Kamis (19/8).

Baca Juga

Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin melambai dari mobil saat memasuki Istana Nasional untuk bertemu dengan Raja di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin, 16 Agustus 2021. Muhyiddin tiba di istana untuk pertemuan dengan raja Senin, di mana dia berada diharapkan untuk menyerahkan pengunduran dirinya setelah mengakui dia tidak memiliki dukungan mayoritas untuk memerintah. - (AP/FL Wong)



Ismail adalah seorang pengacara. Sebelum terjun ke politik, ia sempa mengisi beberapa jabatan penting di pemerintahan UMNO. Pada 2015, Ismail menjabat sebagai menteri perdagangan. Namun kala itu, Ismail menjadi figur kontroversial karena menyerukan konsumen Melayu memboikot pedagang China. Dia juga dikecam karena mendukung industri vaping yang didominasi warga Melayu sebagai pelaku usahanya.

Ismail diangkat menjadi Menteri Pertahanan ketika Muhyiddin Yassin berhasil mengambil alih kekuasaan dari Mahathir Mohamad pada Maret 2020. Dia kemudian dipromosikan menjadi wakil perdana menteri pada Juli.

Langkah itu diambil ketika Muhyiddin berusaha merayu dukungan dari UMNO yang tampaknya tak senang berkoalisi dengan partai kecilnya, yakni Partai Pribumi Bersatu Malaysia. Muhyiddin, dalam sebuah pernyataan, telah memberi dukungan kepada Ismail untuk menjadi perdana menteri baru. Alasannya demi stabilitas politik hingga Malaysia dapat menggelar pemilu kembali.

Jalan Ismail menjadi perdana menteri memang sangat terbuka. Kandidat lain yang turut membidik posisi tersebut adalah Anwar Ibrahim. Dia memimpin aliansi tiga partai yang merupakan blok oposisi terbesar dengan 88 suara. Meski demikian, jika semua partai oposisi mendukung Anwar untuk menjabat sebagai perdana menteri, dia hanya memperoleh 105 suara.

Jika Ismail terpilih sebagai perdana menteri, hal itu akan mengembalikan dominasi UMNO dalam perpolitikan Malaysia. Partai tersebut telah memerintah Negeri Jiran sejak mereka merdeka dari Inggris pada 1957. UMNO kehilangan kekuasaan saat mantan perdana menteri Najib Razak terlibat skandal korupsi 1Malaysia Development Berhad (1MDB). Pemerintahan Najib digulingkan oleh Mahathir Mohamad.

Muhyiddin Yassin mengundurkan diri dari jabatannya pada Senin (16/8) lalu. Hal itu terjadi setelah UMNO menarik dukungan terhadapnya. "Saya bisa saja menguji dukungan saya di parlemen seperti yang saya katakan kepada Anda semua sebelumnya, tetapi 15 anggota parlemen UMNO menarik dukungan mereka untuk saya dan tawaran saya untuk kerja sama politik bipartisan ditolak oleh partai-partai, membuat saya tidak punya pilihan selain mengundurkan diri,” kata Muhyiddin.

Dengan pengunduran dirinya, Muhyiddin menjadi perdana menteri dengan masa jabatan terpendek dalam sejarah Malaysia, yakni hanya 17 bulan. Pemerintahan Muhyiddin memang menghadapi perselisihan di internal koalisi.

Hal itu berlangsung di tengah meningkatnya kemarahan publik atas penanganan pandemi Covid-19 yang dinilai buruk. Malaysia memiliki salah satu tingkat infeksi dan kematian per kapita tertinggi di dunia.

Malaysia melaporkan 22.928 kasus baru Covid-19 pada Kamis, rekor untuk hari kedua berturut-turut. Saat ini negara tersebut sudah mencatatkan 1,5 juta kasus dengan korban meninggal melampaui 13 ribu jiwa, dikutip dari AP.

Jika anggota parlemen yang mendukung Ismail sudah dipanggil ke Istana, para anggota parlemen pendukung Anwar belum menerima panggilan. Menurut anggota oposisi Ong Kian Ming, blok oposisi, yang sebagian besar mendukung Anwar Ibrahim, belum diundang ke istana.

Raja dijadwalkan bertemu dengan bangsawan senior negara lainnya pada Jumat. Keputusan tentang perdana menteri baru kemungkinan akan diumumkan setelah itu.

Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob (kiri) saat meninggalkan markas partai United Malays National Organization (UMNO) ke Istana Nasional di Kuala Lumpur, Malaysia, 19 Agustus 2021. Anggota parlemen dari partai yang bersekutu dengan Perikatan Nasional (PN) telah telah dipanggil oleh Raja Malaysia ke Istana Nasional untuk memastikan dukungan mereka terhadap Ismail Sabri Yaakob sebagai perdana menteri berikutnya - (EPA-EFE/AHMAD YUSNI)

 
Berita Terpopuler