Doa Nabi Muhammad Saat Berdakwah di Thaif

Nabi Muhammad mendapatkan cercaan serta kekerasan fisik di Thaif.

wikipedia
Rasulullah
Rep: Imas Damayanti Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Syekh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam kitab Sirah Nabawiyah menjelaskan, Nabi Muhammad mendapatkan cercaan serta kekerasan fisik di Thaif. Tatkala beliau hendak pergi, orang-orang jahat di antara mereka dan para hamba sahaya membuntuti beliau sambil mencaci maki dan berteriak.

Baca Juga

Sehingga semua orang berkerumun dan mengelilingi Nabi. Kemudian mereka membentuk dua barisan dan melemparkan batu ke arah Nabi diselingi dengan kata-kata cercaan. Timpukan batu itu mengenai urat di atas tumit beliau sehingga Nabi menjadi basah oleh leleran darah.

Zaid bin Haritsah yang menemani perjalanan Nabi ke Kota Thaif membentengi beliau dengan badannya. Mereka terus berbuat seperti itu hingga tiba sebuah kebun milik Utbah dan Syaibah, anak-anak Rabiah, yang berjarak tiga mil dari Thaif. Setelah itu mereka kembali lagi ke Thaif.

Rasulullah pun menghampiri sebatang pohon anggur, lalu duduk di bawah rerimbunannya. Setelah duduk beberapa saat dan merasa tenang, beliau mengucapkan doa yang amat terkenal, doa yang menunjukkan duka lara yang memenuhi hati. Sebab kerasnya siksaan yang beliau terima, juga didorong rasa memelas karena tak seorang pun yang mau beriman kepada Allah SWT.

 

 

Saat itu, Nabi pun berdoa, “Allahumma ilaika asykuu dhu’fa quwwatiy, wa qillata hillatiy, wa hawaaniy alannaasi, ya arhama rahimin, anta Rabbul-mustadh’afin, wa anta Rabbi, ilayya man takiluni? Ila ba’din yatajahhamuni? Am ila aduwwi malakahu amri? In lam yakun bika alayya ghadhabun falaa ubaali, walakin aafiyatuka hiya awsa’u liy, audzu binuuri wajhika alladzi asyraqat lahu az-zhulumaatu, wa shaluha alaihi amru ad-dunyaa wal-akhirati min an tunazzila biy ghadhabaka, aw yahulla alayya sakhatuka, lakal-utbaa hatta tardhha, wa laa haula wa quwwata illa bika,”.

Yang artinya, “Ya Allah, kepada-Mu juga aku mengadukan kelemahan kekuatanku, kekurangan siasatku dan kehinaanku di hadapan manusia. Wahai Yang Paling Pengasih di antara para pengasih, Engkau adalah Tuhan orang-orang yang lemah, Engkaulah Tuhanku, kepada siapa hendak engkau serahkan diriku? Kepada orang jauh yang bermuka masam kepadaku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai urusanku? Aku tidak peduli asalkan Engkau tidak murka kepadaku, sebab sungguh teramat luas afiat yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung dengan cahaya Wajah-Mu yang menyinari segala kegelapan dan karenanya urusan dunia dan akhirat menjadi baik, agar Engkau tidak menurunkan kemarahan-Mu kepadaku atau murka kepadaku. Engkaulah yang berhak menegurku hingga Engkau ridha. Tidak ada daya dan kekuatan selain dengan-Mu,”.

Kemudian, terketuklah sanubari Utbah dan Syaibah melihat keadaan Nabi. Lalu keduanya memanggil pembantunya yang beragama Nasrani yang bernama Addas dan berkata, “Ambilkan setandan buah anggur ini dan serahkan kepada orang itu,”. 

Addas pun beranjak menemui Nabi. Tatkala Nabi sudah menerima buah anggur itu, Nabi mengucapkan bismillah dan kemudian memakannya. Mendengar itu, Addas bertanya, “Kata-kata ini tidak pernah diucapkan penduduk negeri ini,”. Nabi kemudian bertanya mengenai asal dan juga agama Addas, dia pun menjawab, “Aku seorang Nasrani dari penduduk Ninawy (Nineveh),”.

Nabi pun bersabda, “Dari negeri orang yang shalih, Yunus bin Matta,”. Addas pun heran dan kemudian bertanya tentang pengetahuan Nabi soal Yunus Matta. Nabi pun menjawab, “Beliau adalah saudaraku. Beliau adalah seorang Nabi, begitu pula aku,”. Addas pun langsung merengkuh kepala Nabi dan mencium tangan serta kaki beliau.

 
Berita Terpopuler