Menelisik Makna Nashr dan Fath dalam Alqur’an

Alqur’an membahas ini dalam satu surah khusus yang sarat perjuangan.

Reuters
Alquran
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Ina Salmah Febriani

Baca Juga

Bulan Agustus identik dengan kemenangan dan kemerdekaan. Agustus juga identik dengan semarak euphoria kebahagiaan, perlombaan dan upacara di berbagai daerah Indonesia. Namun, begitu pandemi terjadi, kita dituntut untuk mencari cara-cara baru merayakan hari kemerdekaan dengan tetap menghormati pengorbanan para pahlawan dan mematuhi protokol kesehatan.

Alhamdulillah, tahun kedua pandemi begitu spesial sebab hari kemerdekaan Indonesia dengan tahun baru Islam, atau yang sering kita sebut dengan tahun baru hijriyyah (Muharram) ada di bulan masehi yang sama. Kemerdekaan yang diperoleh rakyat Indonesia memang sarat perjuangan, namun satu hal yang tak boleh dilupakan adalah pertolongan Allah. 

Berbicara mengenai pertolongan dan kemenangan, Alqur’an membahas ini dalam satu surah khusus yang sarat perjuangan. Ia adalah surah an-Nashr. Dalam At-Tashiil li Ta’wil At-Tanzil Tafsir Juz ‘Amma,  Syaikh Musthafa Al-‘Adawi hafizhahullah berkata, “Sebagian besar ulama berpendapat bahwa surah dalam Alquran yang terakhir turun secara utuh adalah surah An-Nashr.

Hal ini sebagaimana hadits riwayat Muslim dari jalur ‘Ubaidullah bin ‘Abdillah bin ‘Utbah berkata bahwa Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepadanya, “Apa engkau tahu surah yang terakhir turun dari Alquran secara utuh?” ‘Ubaidullah berkata, “Iya tahu, yaitu surah ‘Idza jaa-a nashrullahi wal fath’ (ketika pertolongan Allah itu datang dan kemenangan).” Ibnu ‘Abbas menjawab, “Engkau benar.” (HR. Muslim, no. 3024).”

 

Peranan surah an-Nashr sebagai surah yang terakhir turun secara utuh, mengingatkan kita kembali tentang sejarah perjuangan Rasulullah Saw yang harus ikhlas meninggalkan tanah kelahirannya menuju kota Madinah. Beradaptasi secara perlahan hidup di bagian bumi Allah bagian lain dengan para sahabat yang juga turut berhijrah sambil terus mengatur strategi menyiapkan beberapa peperangan yang harus dihadapi. Sesuatu yang berat tentunya, namun memperjuangkan agama Allah adalah amanah.

Jika kita lihat fakta sejarah, kemenangan (fath) memasuki kota Makkah tidak diperoleh Rasulullah dan para sahabat secara instan. Kesabaran beliau dan para sahabat sangat diuji terlebih ketika kekurangan bahan makanan, juga saat mendengar kabar saudara di Makkah yang wafat.

Berpisah dengan orang yang dicinta selama bertahun-tahun lamanya, atau berusaha ikhlas melepas orang-orang yang dicinta, namun menolak memeluk agama Islam apalagi turut berhijrah. Dengan demikian, jika kita kembali pada teks ayat, ‘Jika datang pertolongan Allah dan kemenangan,” yang disebut lebih dulu ialah nashr (pertolongan) yang sangat istimewa dan special langsung dari Allah. Lalu diikuti dengan fath (kemenangan). Syaikh Musthafa al-Adawi berpendapat bahwa makna An-Nashr (pertolongan) adalah pertolongan atas musuh ketika di medan perang, sementara Al-fath (kemenangan) adalah buah (hasil) dari pertolongan tadi. 

Pada ayat berikutnya, Allah mendeskripsikan bahwa kemenangan itu terlihat dari banyaknya (orang maupun golongan) yang berbondong-bondong masuk ke kota Makkah untuk memeluk agama Islam. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah memaknai ayat ini sebagai bentuk pertolongan nyata dari Allah, juga berkat kesabaran Rasulullah, yang berakhir dengan buah yang manis. Banyak kaum-kaum yang datang hadir menyatakan keislamannya ke hadapan Rasulullah. Bahkan, tak dapat dibendung, para sahabat merasa berbangga-bangga dan mengucapkan ‘haadza yaumul malhamah’ (ini adalah hari balas dendam). Namun Rasulullah Saw menjawab, “Laa, haadza yaumul marhamah,” yang bermakna tidak, ini adalah hari berkasih sayang. Sehingga, Rasululah membebaskan semua tawanan dan memberi mereka kebebasan, ingin memeluk Islam atau tetap bertahan pada agama mereka.

Pada ayat akhir surah an-Nashr, Allah memberikan pengajaran pada Rasulullah secara khusus, juga umat Islam secara umum untuk senantiasa berdzikir menyebut asma’ Allah dengan bertasbih dan beristighfar. Mengapa? Seringkali, manusia lupa bahwa apa yang dicapai dan diraihnya sungguh bukan karena kuasa dan kekuatan fisiknya semata, ada sesuatu yang melampaui itu semua yakni nashrullah—pertolongan Allah. Sehingga, tulis Quraish Shihab, Allah ingin menjaga hati beliau dari sikap sombong dan berbangga-bangga diri atas kemenangan besar yang terwujud hanya seizin dan karena Allah. Peristiwa yang tercatat sepanjang sejarah itu ialah fathu Makkah. Wallahu a’lam bish shawwab…

 

 

 

 
Berita Terpopuler