Surat Al Insyirah Ayat 7, Pentingnya Seimbang Dunia Akhirat

Surat Al Insyirah mempunyai kandungan pesan agung untuk umat Islam

Republika/ Nashih Nashrullah
Surat Al Insyirah mempunyai kandungan pesan agung untuk umat Islam.
Rep: Rossi Handayani Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, – Surat Al Insyirah mempunyai pesan mendalam yang bisa diambil umat Islam, di antaranya adalah ayat ketujuh. 

Baca Juga

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”   

Merujuk pesan Telegram dari ustadz lulusan Universitas Islam Madinah, Dr Firanda Andirja, terdapat dua pendapat di kalangan ahli tafsir atas ayat tersebut. 

Dia menyebutkan yang pertama, “Jika engkau telah selesai dari urusan akhiratmu maka fokuslah dan seriuslah untuk ibadah selanjutnya.” Dan banyak perkataan salaf akan hal ini, di antaranya:  

  1. Jika engkau telah selesai dari sholat maka seriuslah untuk berdoa
  2. Jika engkau telah selesai dari tasyahhud maka berdoalah untuk dunia dan akhiratmu 
  3. Jika engkau telah selesai dari mendakwahkan risalah maka tegaklah untuk berjihad
  4. Jika engkau telah selesai dari perkara-perkara yang wajib maka tegaklah untuk melaksanakan perkara-perkara yang sunnah (lihat Tafsir As Samaani 6/252) 

Pendapat kedua, فَإِذَا فَرَغْتَ artinya “Maka apabila engkau telah selesai dengan urusan duniamu” dan فَانصَبْ artinya “Tetaplah semangat dan konsentrasi untuk urusan akhirat.” (lihat Tafsir Ibnu Katsir 8/518). Adapun At Thabari memandang ayat ini umum mencakup kedua pendapat tersebut. (lihat Tafsir At Thabari 24/497-499). 

Ayat ini mengingatkan agar berkonsentrasi, serius dan fokus tatkala beribadah, bukan hanya konsentrasi dalam masalah dunianya saja. Seseorang perlu dengan dunia akan tetapi dia lebih butuh terhadap akhiratnya. Allah berfirman: 

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا  “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (QS Al Qasas 77) 

Baca juga : Ilmuwan Temukan Bintang Aneh Terlempar dari Galaksi

Namun dunia juga tidak boleh ditinggalkan, karena setiap orang punya kewajiban. Apakah dia bekerja untuk menafkahi dirinya, anak-anaknya, istrinya, atau orang tuanya. Allah berfirman: 

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Apabila sholat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” (QS Al Jumuah 10)

Sehingga yang menakjubkan bukanlah seseorang yang terus-menerus di masjid berdiam diri berdzikir terus-menerus, tetapi yang menakjubkan adalah seseorang yang berdagang atau bekerja, kemudian setelah tiba waktu sholat dia tinggalkan dagangannya tersebut lalu segera menegakkan sholat dan berkonsentrasi terhadap ibadahnya. Allah memuji orang-orang yang seperti ini. Allah berfirman: 

 رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ۙ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ

“Orang yang tidak dilalaikan perdaganganmu dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan sholat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang. (hari kiamat).” (QS An Nur 37) 

 Bukan pula seseorang yang terlalu berkonsentrasi dengan dunianya lalu melupakan akhiratnya. Allah berfirman: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS Al Munafiqun 9) 

Oleh karena itu, sebagaimana seseorang itu serius dengan dunianya, maka dia juga harus serius ketika beribadah kepada Allah. Berangkat dari hal tersebut, Al-Hafizh Ibnu Katsir menyebutkan tentang riwayat-riwayat yang melarang seseorang yang sedang beribadah kemudian pikirannya terlalaikan dari Allah. Di antaranya, beliau menyebutkan dalil tentang larangan sholat ketika makanan sudah dihidangkan. Nabi Muhammad SAW bersabda: 

لَا صَلَاةَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ وَلَا هُوَ يُدَافِعُهُ الْأَخْبَثَانِ  “Tidak ada sholat ketika makanan telah dihidangkan, begitu pula tidak ada sholat bagi yang menahan (kencing atau buang air besar).” (HR Muslim no 560) 

Sehingga jika telah tiba waktu sholat namun dia benar-benar dalam kondisi kelaparan, sementara itu makanan telah dihidangkan, maka hendaknya dia terlebih dahulu makan agar ketika sholat nanti pikirannya tidak terfokus dengan rasa lapar dan makanan yang telah dihidangkan tersebut. 

 

Hal ini semakna dengan seseorang yang menahan kentutnya atau buang air ketika sholat, hendaknya dia mengeluarkannya terlebih dahulu sebelum sholat dilaksanakan.     

 
Berita Terpopuler