Dukung Energi Bersih, Pertamina dan BPPT Resmikan Dua SPKLU

Tahun ini Pertamina menargetkan 250-300 SPBU yang akan menjadi green energy station.

Pertamina
PT Pertamina (Persero) dan Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) RI, dengan membangun Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Rep: Intan Pratiwi Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya sinergi membangun infrastruktur energi bersih berbasis baterai listrik dilakukan PT Pertamina (Persero) dan Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE)-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) RI, dengan membangun Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).

Dua SPKLU yang masing-masing berlokasi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Jalan Lenteng Agung dan MT Haryono, Jakarta telah beroperasi dan diresmikan secara virtual pada Kamis (5/8). Hadir dalam peresmian tersebut, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Kepala Badan Riset dan Inovasi Laksana Tri Handoko, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati dan Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga yang juga selaku CEO Subholding Commercial and Trading Pertamina, Alfian Nasution.

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi menyambut baik kerja sama antara BPPT dan Pertamina dalam instalasi dan operasi SPKLU MT Haryono dan Lenteng Agung yang berada di DKI Jakarta ini. Ia berharap, ini menjadi awalan dan contoh yang baik untuk pelaku usaha seperti Pertamina untuk dapat masuk dan mendukung percepatan penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) di Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam Perpers 55 tahun 2019.

“Kami juga berharap ada lesson learned nantinya yang dapat menjadi masukan bagi Kemenhub untuk memastikan transisi sarana dan prasarana yang lebih ramah lingkungan dan andal, dan dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya,” kata Budi.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Rida Mulyana, menyampaikan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai merupakan bagian dari transisi energi untuk mewujudkan penggunaan energi yang lebih bersih lebih efisien, serta mengurangi impor BBM dengan sendirinya menghemat devisa serta dapat menghemat subsidi BBM pada akhirnya.

“Kami menghargai usaha dari Pertamina untuk melakukan transformasi bisnis sebagai respons perkembangan global. Transformasi ini memang tidak mudah, namun kami yakin dengan pengalaman dan daya saing Pertamina hal ini dapat diwujudkan dan Pertamina nanti dapat memberikan kontribusi  signifikan bagi pengembangan infrastruktur kendaraan listrik,” ujarnya.

Pada kesempatan peresmian SPKLU secara virtual, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan sebagai BUMN yang masih menjalankan bisnis didominasi energi fosil, maka transformasi Pertamina harus dijalankan secara signifikan dan cepat. Komitmen transisi energi juga harus dilakukan secara serius dan melibatkan program yang sangat masif. Target tersebut masukan ke dalam Environment, Social & Governance  (ESG), baik secara langsung maupun tidak langsung di dalam operasional perusahaan.

Menurutnya, Pertamina juga telah melakukan penurunan karbon emisi dalam 10 tahun terakhir  sebesar 29 persen. Hal ini akan terus ditingkatkan termasuk di sektor transportasi yang menyumbang 23 persen karbon emisi.

“Sektor transportasi Ini harus menerapkan  elektrifikasi, untuk Itu, Pertamina bekerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya dengan BPPT untuk mengembangkan SPKLU. Ada tiga lokasi yang dikembangkan dan alhamdullilah sudah beroperasi,” ujar Nicke.

Selain itu, kata Nicke, untuk mendukung Pemerintah dalam mengembangkan Industri mobil listrik, Pertamina juga bergerak di industri mid-streamnya yaitu pengembangan ekosistem baterai listrik bersama-sama dengan BUMN lain dalam IBC (Indonesian Battery Corporation). Pertamina juga bekerja sama dengan pihak lain untuk swap battery yang diterapkan di beberapa daerah wisata dengan menyewakan kendaraan motor listrik.

“Dalam waktu dekat, kami juga akan me-launching green energy station, dimana hari ini sudah sekitar 100 SPBU Pertamina terpasang Solar PV, sehingga listriknya juga sudah green energy dan nanti akan dilengkapi dengan SPKLU,” imbuhnya.  

Nicke mengungkapkan, tahun ini Pertamina menargetkan 250-300 SPBU yang akan menjadi green energy station. Bahkan, menurutnya, akan ada reward khusus bagi pelanggan yang membeli BBM di green energy station. Ini adalah komitmen Pertamina untuk mendukung tambahan bauran energi dari renewable energy di dalam energy transition.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada BPPT yang terus membina, kerja sama yang baik bersama Pertamina. Khususnya dalam peningkatan renewable energi dan energi baru di Indonesia. Kami juga mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada pemerintah yang terus memberikan support kepada Pertamina,” pungkas Nicke, dalam siaran persnya.

Saat ini, Pertamina telah melakukan inisiasi Pilot SPKLU di 6 Lokasi di antaranya SPKLU di SPBU Fatmawati, Jakarta Selatan yang telah diresmikan pada 10 Desember 2020 lalu, SPKLU di SPBU Kuningan dan SPKLU di Bandara Soekarno Hatta yang sedang proses pembangunan. Adapun tiga SPKLU lainnya merupakan sinergi dengan BPPT, yakni SPBU Lenteng Agung dan MT Haryono serta SPKLU yang berlokasi Puspitek BPPT Serpong.

Baca Juga

Selain itu, peran BPPT dalam intermediasi teknologi telah berhasil menjalin kerja sama dengan beberapa mitra industri diantaranya PT LEN Industri, PT Wijaya Karya Industri Manufaktur (WIMA), dan PT Wiksa Daya Pratama dalam mengembangkan industri SPKLU dan SPBKLU. Sebagai produk industri percontohan, BPPT telah menghilirisasi purwarupa SPKLU tipe fast AC 22 kW dan SPKL tipe AC Home Charger 7 kW untuk kendaraan roda-4 ke PT LEN Industri, serta purwarupa SPKLU tipe fast untuk kendaraan roda-2 multiple outlet ke PT Wiksa Daya Pratama Surabaya.

Akhir tahun ini BPPT rencananya akan menghasilkan purwarupa SPKLU tipe kombinasi rapid DC 50 kW dan fast AC 22 kW untuk kendaraan roda-4 dengan tiga plug charger sekaligus yakni CCS 2 Combo dan CHAdeMO untuk DC charging dan AC Type 2 untuk AC charging, dengan harapan dapat segera dihilirasi oleh PT LEN Industri pada tahun depan.

Upaya BPPT dalam pengembangan SPKLU tidak hanya melalui aspek hardware saja, namun juga pada sisi software-nya. BPPT melakukan pengembangan charging station management system (CSMS) yang telah dimulai sejak tahun lalu dan masih terus berlangsung hingga saat ini. Sistem ini diproyeksikan mampu memonitor seluruh fasilitas SPKLU yang telah dibangun dan dikerjasamakan dengan pihak mitra.

Hasil pengembangan CSMS BPPT diberi nama SONIK, saat ini telah teruji secara operatability dan security-nya. Dalam hal operability, SONIK juga akan diujikan pada SPKLU kerja sama BPPT & Pertamina. Sedangkan dalam hal security, pengoperasian SONIK sampai saat ini mampu untuk mendeteksi dan mengatasi berbagai gangguan yang terjadi pada SPKLU. Dengan keunggulan tersebut, tentunya CSMS SONIK milik BPPT menjadi daya tarik bagi mitra untuk dapat dikembangkan bersama.

 
Berita Terpopuler