Laporan: Israel Tutupi Kejahatan Perang Serangan di Gaza

Tentara Israel secara keliru menembakkan peluru ke hunian petani Palestina

AP/Adel Hana
Pemuda Palestina berjalan di antara puing-puing bangunan yang runtuh setelah terkena serangan udara selama perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel Mei lalu, di Kamp Pengungsi Maghazi, Jalur Gaza tengah, Senin, 12 Juli 2021.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Bukti lebih lanjut dari dugaan kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel dalam serangan selama 11 pada Mei lalu telah diungkapkan dalam laporan Haaretz, pada Selasa (2/8). Surat kabar Israel itu memerinci pembunuhan bayi Palestina, seorang remaja, dan empat warga sipil lainnya oleh pasukan Israel.

Baca Juga

Haaretz mengumpulkan kesaksian dari keluarga Palestina yang ditembak di dekat pagar Gaza. Haaretz menyebutkan, tentara Israel telah menutupi kemungkinan kejahatan perang dalam serangan di Gaza.

"Tentara Israel secara keliru menembakkan peluru ke daerah yang dihuni oleh petani Palestina, sehingga menewaskan seorang bayi, seorang remaja, dan empat orang lainnya.  Tentara tidak pernah melaporkan kejadian itu, mereka juga tidak menghukum perwira senior mana pun," ujar laporan Haaretz.

Haaretz melaporkan, seorang bayi berusia sembilan bulan, seorang gadis berusia 17 tahun, tiga perempuan, dan satu pria yang merupakan warga sipil dibunuh oleh tentara Israel dalam serangan pada Mei lalu. Rumah petani Badui di kompleks Al-Karya, yaitu sebuah situs pertanian di dekat Beit Lahia, menjadi sasaran pemboman oleh jet Israel.

Terlepas dari penargetan warga sipil, insiden itu tidak mendapat publisitas. Namun tentara Israel mengetahui insiden tersebut, dan memutuskan untuk melakukan penyelidikan. 

Tetapi setelah dua setengah bulan, tentara Israel mengatakan, mereka telah mempelajari kasus tersebut secara profesional dan menyerahkannya ke unit terkait. Kesimpulan itu telah menimbulkan keraguan. Haaretz mendapatkan kesaksian yang menunjukkan pengakuan atas permainan kotor oleh tentara Israel yang enggan diakui secara terbuka. 

 

Haaretz melaporkan, beberapa prajurit berpangkat rendah diskors untuk waktu yang terbatas dan kemudian kembali ke posisi mereka. Sementara, seorang perwira batalion dipindahkan ke posisi pelatihan.  

"Itulah kesimpulan yang ditarik dari pembunuhan keluarga Palestina yang tidak bersenjata di Beit Lahia.  Tidak ada perwira senior Israel yang dihukum, apalagi dipecat," ujar laporan Haaretz.

Pada malam pengeboman yang direncanakan, tentara Israel tidak memberikan informasi kepada penduduk bahwa mereka perlu mengosongkan rumah untuk mengantisipasi serangan. Pemberitahuan semacam itu sudah biasa dilakukan oleh tentara Israel selama pertempuran di Gaza. 

Kemudian, pada 13 Mei sekitar pukul 18.30 waktu setempat pasukan Israel mulai menembaki sejumlah rumah. Salah satunya langsung menembus bangunan tempat tinggal keluarga Abu Daya.

"Saya menemukan anak perempuan saya, mayat beberapa dari mereka sudah terpotong-potong. Anak-anak saya terluka dan seluruh tempat itu penuh dengan darah," ujar Nasser Abu Fares Abu Daya, dilansir Middle East Monitor, Rabu (4/8).

Abu Daya adalah ayah dari 12 anak. Dia kehilangan empat anaknya dalam serangan oleh militer Israel. Keempat anak Abu Daya yang meninggal dunia diantaranya Fawziya (17 tahun) Nisrin (26 tahun), Sabrine (28), dan bayinya yang berusia sembilan bulan, Mohammed Salama. Haaretz mengumpulkan kesaksian dari tetangga Abu Daya yang juga kehilangan anggota keluarga mereka.

Sebelumnya Human Rights Watch (HRW) telah merilis laporan bahwa Israel melakukan kejahatan perang selama pertempuran di Gaza pada Mei lalu. Kelompok hak asasi manusia tersebut mengungkapkan laporan itu setelah menyelidiki tiga serangan udara Israel yang menewaskan 62 warga sipil Palestina. Mereka juga melakukan wawancara dengan kerabat warga sipil yang terbunuh, penduduk daerah yang menjadi sasaran, dan mereka yang menyaksikan serangan Israel. 

 
Berita Terpopuler