Benarkah Nabi Pernah Tergoda Budaya Buruk Masa Jahiliyah?

Nabi Muhammad SAW lebih suka berdiam lama mengamati dan menggali kebenaran.

Republika.co.id
Benarkah Nabi Pernah Tergoda Budaya Buruk Masa Jahiliyah?
Rep: Imas Damayanti Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW menghimpun sekian banyak kelebihan dari berbagai lapisan manusia selama pertumbuhan beliau. Lantas benarkah Nabi pernah tergoda dan mengikuti kesenangannya dalam melihat budaya buruk di masa Jahiliyah?

Baca Juga

Umat Islam perlu mengetahui Nabi menjadi sosok yang unggul dalam pemikiran dan juga ketepatan dalam mengambil keputusan. Sehingga daya tarik keperibadian Nabi pun telah tampak sebelum nubuwah, penjagaan Allah terhadap Nabi pun senantiasa mengiringi.

Syekh Shaiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam kitab Sirah Nabawiyah menjelaskan Nabi Muhammad SAW lebih suka berdiam lama-lama untuk mengamati, memusatkan pikiran dan menggali kebenaran. Dengan akalnya, beliau mengamati keadaan negerinya. Dengan fitrahnya yang suci, beliau mengamati lembaran-lembaran kehidupan, keadaan manusia dan berbagai golongan.

Nabi merasa risih terhadap khurafat dan menghindarinya. Namun, Nabi tetap berhubungan dengan manusia dengan mempertimbangkan keadaan dirinya dan keadaan mereka. Selagi mendapatkan yang baik, maka Nabi mau bersekutu di dalamnya. Jika tidak baik, maka beliau lebih suka dengan kesendiriannya.

Nabi sebelum nubuwah adalah sosok yang tidak mau meminum khamar, tidak memakan daging hewan yang disembelih untuk dipersembahkan kepada berhala, dan tidak mau menghadiri upacara atau pertemuan untuk menyembah patung-patung. Bahkan sejak kecil, Nabi senantiasa menghindari jenis-jenis penyembahan yang batil ini.

 

 

Infografis 4 Ujian yang Kuatkan Nabi Muhammad - (Republika.co.id)

Sehingga tidak ada sesuatu yang lebih beliau benci selain penyembahan kepada patung-patung tersebut. Dan hampir-hampir, dijelaskan Nabi tidak sanggup menahan kesabaran tatkala mendengar sumpah yang disampaikan kepada dua berhala besar bernama Latta dan Uzza.

Atas itu semua, tidak diragukan lagi takdir telah mengelilingi agar Nabi senantiasa terpelihara. Jika ada kecenderungan jiwa yang tiba-tiba menggelitik untuk mencicipi sebagian kesenangan dunia atau ingin mengikuti sebagian tradisi yang tidak terpuji, maka pertolongan Allah masuk sebagai pembatas antara diri Nabi dengan kesenangan atau kecenderungan itu.

Ibnu Atsir meriwayatkan, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tidak pernah terlintas dalam benakku suatu keinginan mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang Jahiliyah kecuali hanya dua kali. Namun, kemudian Allah menjadi penghalang antara diriku dengan keinginan itu. Setelah itu, aku tidak lagi berkeinginan sedikitpun hingga Allah memuliakanku dengan risalah-Nya. Suatu malam aku pernah berkata kepada seorang pemuda yang sedang menggembala kambing bersamaku, karena hendak masuk Makkah dan hendak mengobrol di sana seperti dilakukan pemuda lain. ‘Aku akan melaksanakannya,’ kata pemuda rekanku. Maka aku beranjak pergi. Di samping rumah pertama yang kulewati di Makkah, aku mendengar suara tabuhan rebana. ‘Ada apa ini?’ aku bertanya. Orang-orang kemudian menjawab, ‘Perhelatan pernikahan Fulan dan Fulanah’. Aku ikut duduk-duduk dan mendengarkan. Namun, Allah menutup telingaku dan aku langsung tertidur hingga aku terbangun karena sengatan matahari esok harinya. Aku kembali menemui rekanku dan dia langsung menanyakan keadaanku. Maka aku mengabarkan apa yang terjadi. Namun, lagi-lagi aku mengalami kejadian yang sama seperti malam sebelumnya. Maka setelah itu aku tidak lagi ingin berbuat hal yang buruk,”.

 

Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, dia berkata, “Tatkala Ka’bah sedang direnovasi, Nabi SAW ikut bergabung bersama Abbas, mengambil batu. Abbas berkata kepada beliau, “Angkatlah jubahmu hingga di atas lutut, agar engkau tidak terluka oleh batu,”. Namun karena itu beliau justru jatuh terjerembab ke tanah. Maka beliau menghujamkan pandangan ke langit, kemudian bersabda, “Ini gara-gara jubahku, ini gara-gara jubahku,”. Lalu beliau mengikatkan jubahnya. Dalam riwayat lain disebutkan, setelah itu Nabi tidak pernah menampakkan auratnya,”.

 
Berita Terpopuler