Cara Mengatasi Burn Out yang Dialami Karyawan

Burnout dapat mengganggu ketenangan emosional.

Pxfuel
Burnout merupakan sindrom yang diakibatkan oleh stres kronis di tempat kerja yang belum berhasil dikelola (Ilustrasi Stres)
Rep: Farah Noersativa Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi stres berat karena pekerjaan kerap terjadi kepada siapa saja. Pekerjaan yang sulit membuat karyawan mudah mengalami burn out

Baca Juga

Kondisi seperti ini memiliki dampak yang menyebabkan karyawan menjadi frustasi dalam menyelesaikan pekerjaannya. Tentu, hal ini akan berdampak kepada kinerja yang menjadi tidak sesuai ekspektasi. Alhasil, itu bisa saja berujung pada pemotongan gaji, pemecatan, dan tertinggal oleh rekan kerja.

“Stres berat atau burnout seringkali menjadi masalah bagi karyawan saat sedang melakukan rutinitas pekerjaan. Apalagi di tengah situasi pandemi seperti sekarang yang mengharuskan karyawan untuk bekerja di rumah. Kondisi yang dialami umumnya seperti stres berat, frustasi, kurang motivasi, dan mudah merasa lelah,” ujar Psikolog yang merupakan salah satu tim psikolog dari aplikasi konseling online Riliv, Prita Yulia Maharani, M.Psi. dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (30/7). 

Prita juga menyebut, burnout dapat mengganggu ketenangan emosional. Karyawan perlu mengubah cara kerja menjadi efektif untuk dirinya. Dengan demikian, seberat apapun tingkat pekerjaan yang diberikan, akan dapat diselesaikan dengan baik.

Riliv memberikan beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi burn out. Pertama, kita harus memahami pengaruh negatif burn out bagi karyawan. Hal ini bisa diwujudkan dengan memberikan usulan kepada manajer tentang cara mengatur stress dan perasaan letih saat bekerja. Lokakarya dapat menjadi ide yang tepat, program yang satu ini dinilai memberikan wawasan kepada karyawan untuk mengatasi burn out.

 

 

Kedua, perhatikan ulang jam kerja di kantor. Jika ada karyawan yang masuk kerja jam 8 pagi, tetapi masih belum diizinkan pulang jam 9 malam, maka bicarakan kepada atasan.

Beri tahu tentang penyesuaian biaya dan dampak Burnout pada karyawan. Produktivitas internal perusahaan dapat menurun akibat dampak dari Burnout yang mengganggu ketahanan kerja.

Mencegah burnout sebenarnya sangat mudah dilakukan. Oleh karenanya, budaya kerja perusahaan yang transparan, atasan selalu mengapresiasi usaha karyawan, dan memperhatikan work life balance akan lebih meningkatkan kesejahteraan karyawan. Sehingga keinginan karyawan untuk resign semakin berkurang.

Keempat, lakukan diskusi bersama atasan untuk menyampaikan kritik dan saran terhadap beban kerja. Stress berat menjadi masalah kesehatan mental yang sering dihadapi karyawan.

Perusahaan dapat mengadakan program kesehatan mental dengan partnership. Ada beragam layanan mulai dari asesmen kesehatan mental, self help content, sampai konseling kepada psikolog berpengalaman dan profesional yang dapat diperoleh hanya dalam satu akses.

Kelima, mengadakan pertemuan dengan karyawan dapat menangkal ‘penyakit’ pikiran yang disebabkan oleh burnout. Saling berinteraksi dalam membenahi masalah pekerjaan layaknya waktu dan sistem kerja. 

 

Selalu tampung setiap pendapat dari masing-masing karyawan. ‘Suara’ mereka sangat penting sebagai bahan evaluasi atas kemajuan perusahaan. Dengan begitu, karyawan seakan lebih dihargai agar terhindar dari sikap ‘acuh tak acuh’.

 
Berita Terpopuler