Penggunaan Robot Anjing oleh Polisi AS Tuai Kontroversi

Penggunaan robot di penampungan tunawisma dinilai tidak manusiawi.

Boston Dynamics via mashable
Tangkapan layar robot Spot yang berpartoli di Singapura.
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika Anda seorang tunawisma dan mencari tempat berlindung sementara di ibu kota negara bagian Hawaii, di Amerika Serikat (AS), jangan kaget bila Anda dikunjungi oleh robot anjing milik polisi. Robot ini akan memindai mata untuk memastikan Anda tidak demam.

Baca Juga

Bagi kepolisian Honolulu, memindai mata hanyalah salah satu kegunaan Spot. Spot adalah robot komersial baru yang bisa berlari dengan kelincahan seperti hewan sungguhan.

Di Honolulu, departemen kepolisian menghabiskan uang bantuan pandemi dari pemerintah federal senilai 150.000 dolar AS atau lebih dari 2 miliar rupiah untuk membeli robot Spot dari perusahaan robotika Boston Dynamics. Robot itu kemudian dipakai untuk membantu patroli di wilayah penuh tenda kaum tunawisma yang dikelola pemerintah di dekat sebuah bandara.

Penggunaan robot oleh polisi Honolulu di penampungan tunawisma dinilai tidak manusiawi dan rawan bersifat invasif.

 

Robot anjing dinilai tidak manusiawi

 

Pengamat masalah privasi memperingatkan, polisi diam-diam membeli robot-robot ini tanpa menetapkan pedoman penggunaan yang aman dari rawannya penggunaan yang bersifat agresif, invasif, atau tidak manusiawi.

"Hanya karena orang-orang ini tidak punya rumah, (polisi) mengangap OK untuk melakukan itu," kata Jongwook Kim, direktur hukum di lembaga sipil, American Civil Liberties Union of Hawaii.

"Padahal nanti setelah pandemi berakhir, (robot) ini akan dipakai lagi untuk hal lain," ucap dia.

Penjabat kepolisian setempat, Letnan Joseph O'Neal membela keputusan penggunaan robot ini dalam sebuah demonstrasi di hadapan media awal tahun ini. Dia mengatakan robot ini melindungi petugas, staf tempat penampungan, dan para penghuni tenda dengan memindai suhu tubuh mereka di antara waktu makan di tempat penampungan untuk uji COVID-19 dan karantina bagi para tunawisma. 

Robot ini juga digunakan untuk bisa melakukan wawancara jarak jauh kepada orang-orang yang telah dites positif. "Kami tidak ke sana begitu saja dan memindai orang dengan sewenang-wenang," kata O'Neal.

Penggunaan robot semacam itu oleh polisi di Amerika Serikat masih jarang dan sebagian besar belum teruji. Di samping itu, publik juga tidak selalu menerimanya dengan baik.

 

Pejabat di Honolulu menghadapi reaksi keras ketika sebuah organisasi berita lokal, yakni Honolulu Civil Beat, mengungkapkan bahwa pembelian Spot dilakukan dengan uang bantuan dari pemerintah federal.

"Perilakunya baik dan tidak terlalu pintar"

Akhir tahun lalu, Departemen Kepolisian New York mulai menggunakan robot Spot yang dicat dengan warna biru dan menamainya Digidog. Namun saat itu Digidog belum menyita perhatian publik sampai seorang warga New York mulai melihatnya di alam dan memposting video yang merekam robot anjing itu ke media sosial.

Spot dengan cepat menjadi sensasi, menyulut kemarahan publik, dan menyebabkan departemen kepolisian secara tiba-tiba mengembalikan Digidog ke pembuatnya.

Penggunaan anjing berteknologi robotika nan canggih ini juga bentrok dengan seruan aksi protes bertajuk Black Lives Matter untuk mengurangi dana operasional polisi dan menginvestasikan kembali dana itu untuk hal lain yang lebih menjadi prioritas.

Perusahaan yang membuat robot ini, Boston Dynamics, mengatakan telah belajar dari kegagalan di New York dan mencoba dengan lebih baik menjelaskan kepada publik dan para pelanggan, apa saja yang bisa dilakukan oleh Spot.

"Salah satu tantangan besar adalah secara akurat menggambarkan keadaan teknologi kepada orang-orang yang belum pernah memiliki pengalaman pribadi dengannya," ujar Michael Perry, wakil presiden pengembangan bisnis di Boston Dynamics.

"Kebanyakan orang menerapkan gagasan dari fiksi ilmiah kepada apa yang bisa dilakukan robot." 

Smentara itu, sebagai salah satu pelanggan yang puas, kepolisian Belanda menekankan, Spot adalah robot yang sangat baik dan tidak terlalu pintar. Awal tahun ini, divisi kepolisiannya mengirim Spot ke lokasi ledakan laboratorium obat di dekat perbatasan Belgia untuk memeriksa bahan kimia berbahaya dan bahaya lainnya.

"(Robot) itu tidak berpikir bagi diri sendiri," Marjolein Smit, direktur unit operasi khusus polisi nasional Belanda.

"Jika Anda menyuruhnya ke kiri, ia akan pergi ke kiri. Jika Anda menyuruhnya berhenti, itu akan berhenti."

Dipakai oleh militer

Perusahaan pembuat robot lainnya, Ghost Robotics yang berkantor pusat di Philadelphia tidak merasa ragu akan pemakaian robot anjing sebagai senjata dan telah memasok robot seperti ini ke beberapa cabang instansi militer AS dan sekutunya.

"Ini sistemnya seperti plug and play, apa pun yang Anda inginkan," kata CEO Ghost Robotics Jiren Parikh.

Parikh menambahkan, perusahaannya tidak memasarkan robot berkaki empatnya ke departemen kepolisian, meskipun dia mengatakan masuk akal jika polisi menggunakannya. "Pada dasarnya ini adalah kamera yang dipasang pada perangkat mobile," kata dia.

Saat ini, ada sekitar 500 robot Spot di yang dikerahkan untuk tugas khusus. Perry mengatakan robot-robot ini biasanya digunakan oleh perusahaan utilitas untuk memeriksa zona tegangan tinggi dan area berbahaya lainnya. Spot juga digunakan untuk memantau lokasi konstruksi, tambang dan pabrik, dilengkapi dengan sensor apa pun yang diperlukan untuk pekerjaan itu.

Pasukan robot ini sebagian besar masih dikendalikan oleh manusia. Yang harus dilakukan manusia hanyalah memberi tahu arah mana yang harus dituju dan secara intuitif robot anjing ini dapat menaiki tangga atau menyeberangi medan yang terjal. Robot ini juga dapat beroperasi secara mandiri jika sudah mengingat rute yang ditetapkan dan tidak ada terlalu banyak rintangan yang mengejutkan.

"Hal pertama yang dilihat kebanyakan orang dalam robot ini adalah untuk membawa seseorang keluar dari situasi berbahaya," kata Perry.

 

 

sumber: https://www.dw.com/id/kontroversi-robot-anjing-polisi-amerika-serikat/a-58703807

 
Berita Terpopuler