Imam Termuda Inggris Lawan Stereotip Lewat Instagram

Seorang imam tidak melulu berjenggot dan kolot.

the young imam
Imam Termuda Inggris Lawan Stereotip Lewat Instagram. Imam termuda Inggris Sabah Ahmedi (27 tahun) ingin berbagi pemikirannya tentang Islam kepada orang banyak melalui media sosial.
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menjadi seorang ulama atau imam bagi umat Muslim tidak harus selalu mereka yang memiliki jenggot putih dan sifat yang kaku. Seorang yang memiliki ilmu agama tinggi juga bisa bercanda dan membuat hal lucu.

Baca Juga

Hal ini diungkapkan oleh Sabah Ahmedi, seorang imam termuda di Inggris. Diusianya yang baru menginjak 27 tahun, Ahmed ingin berbagi pemikirannya tentang Islam kepada orang banyak melalui media sosial.

"Hai nama saya Sabah Ahmedi. Saya suka minum kopi hitam, saya suka melakukan cross-fit dan saya salah satu imam termuda di Inggris. Jadi, alasan mengapa saya berbagi di media sosial untuk membantu orang belajar tentang Islam," kata Ahmed dalam akun Instagramnya, dilansir di BBC, Senin (26/7).

Ahmed menuturkan, ketika masih muda ia kerap berganta-ganti cita-cita. Ia sempat memimpikan dirinya menjadi seorang polisi atau seorang guru. Tetapi ketika usianya memasuki 16 tahun, ia memantapkan hatinya untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama Muslim.

"Pada suatu pagi saya berkata, 'Bu, saya ingin memberikan hidup saya untuk melayani agama,' dan sejak hari itu, saya tidak pernah berganti (mimpi)," kata Ahmed.

"Banyak orang berpikir untuk menjadi seorang imam Anda harus memiliki janggut putih yang panjang, Anda harus mengenakan jubah putih panjang, Anda harus benar-benar serius, Anda harus setengah baya. Tapi tidak, dan saya berharap melalui pekerjaan saya di media sosial, saya akan mengubah stereotip yang dimiliki orang-orang," katanya.

https://www.bbc.com/news/av/uk-england-manchester-57946493

 

Seorang imam, kata Ahmed, juga bisa dari sosok mereka yang masih muda. Seorang yang tahu bagaimana bercanda, tertawa, memiliki sedikit olok-olok dan bisa memakai kaus kaki warna-warni. 

Ia mulai belajar memperdalam ilmu agama sejak berusia 17 tahun. Ia mempelajari Alquran dan kitab suci agama lain.

Kini, di era teknologi, ia tidak ingin melewatkan itu. Ahmed ingin jejaring sosialnya digunakan untuk hal bermanfaat, seperti membantu orang memahami tentang Islam.

"Saya pikir sebagai seorang imam, saya mencoba menggunakan media sosial untuk membantu orang memahami iman saya dengan lebih baik. Platform saya, The Young Imam, memungkinkan orang dan memberi mereka kepercayaan untuk dapat datang kepada saya dengan masalah yang cukup pribadi," ungkapnya. 

 

"Saya sebenarnya merasa senang orang-orang merasa cukup nyaman datang kepada saya. Itulah salah satu alasan mengapa saya menggunakan media sosial. Untuk membantu orang melalui masalah mereka sehari-hari, untuk membantu mereka menjadi orang terbaik yang mereka bisa setiap hari," katanya.

 
Berita Terpopuler