Remaja dari Keluarga yang Hangat Lebih Bisa Berempati

Hubungan yang hangat di rumah dapat membantu anak menjadi lebih berempati.

Republika/Yogi Ardhi
Ilustrasi anggota keluarga mengaji bersama. Keseimbangan hubungan emosional antara anggota keluarga yang koheren serta ada sikap saling menghargai membentuk remaja menjadi individu yang lebih mudah berempati.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan yang erat dan hubungan hangat di rumah dapat memengaruhi semua anggota keluarga, termasuk anak. Sebuah studi mengungkap bahwa remaja dari keluarga demikian lebih bisa berempati terhadap teman yang kesulitan.  

Studi digagas oleh para peneliti dari University of Virginia. Mereka mendefinisikan ikatan keluarga yang erat, hangat, dan aman sebagai adanya keseimbangan hubungan emosional antara anggota keluarga yang koheren, serta ada sikap saling menghargai.

Tim merekrut 184 remaja (86 laki-laki dan 98 perempuan) dari kelas tujuh dan delapan di Amerika Serikat. Pada usia 14 tahun, setiap remaja dari beragam latar belakang itu menjawab pertanyaan wawancara yang mengidentifikasi kondisi keluarga mereka.  

Ketika beranjak ke usia 16 hingga 18 tahun, para remaja diminta menominasikan teman terdekat dan berpartisipasi dalam tugas enam menit di mana setiap remaja membantu sahabat mereka memecahkan masalah. Tim mempelajari interaksi yang ada.

"Remaja dalam hubungan keluarga yang aman pada usia 14 memberikan dukungan empati yang lebih besar kepada teman-teman mereka pada usia 16, 17, dan 18. Mereka secara konsisten mampu memberikan dukungan itu dari waktu ke waktu,” kata salah satu penulis studi, Jessica Stern.

Baca Juga

Sebaliknya, remaja dari hubungan keluarga yang kurang hangat pada usia 14 menunjukkan dukungan empati yang lebih rendah untuk teman-teman di awal masa remaja. Akan tetapi, menurut studi kemampuan empati mereka bisa saja ditumbuhkan seiring waktu.  

Menurut Stern, menjaga kualitas hubungan keluarga demi mengembangkan kondisi psikis remaja amat penting, khususnya untuk membangun empati dan interaksi positif dengan teman sebaya. Temuan studi telah terbit di jurnal Child Development.

"Program pengasuhan anak, terapi keluarga, dan intervensi berbasis sekolah yang membantu remaja muda merasa aman dalam hubungan mereka dengan orang dewasa (orang tua, guru, mentor, dan kerabat) dapat membekali remaja berempati dan menunjukkan kepedulian mereka terhadap orang lain," tutur Stern, dikutip dari laman Study Finds, Kamis.

 
Berita Terpopuler