Pilu, Anak Kena Covid-19 Berat Akibat Ibu Tolak Vaksinasi

Sang ibu menyesal anaknya sakit parah, padahal itu bisa dicegah dengan vaksin.

Tangkapan layar
Angela Morris, ibu asal Arkansas, Amerika Serikat, mendampingi putrinya yang terkena Covid-19 gejala parah di rumah sakit.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angela Morris menjadi salah satu warga di Arkansas, Amerika Serikat (AS) yang menolak mendapatkan vaksinasi untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19). Ia juga membuat sang putri yang masih berusia 13 tahun untuk mengikuti langkahnya.

Pada awalnya, Morris merasa bahwa ia tidak memerlukan vaksinasi untuk bisa terhindar dari Covid-19. Ia menganggap, infeksi bisa dicegah cukup dengan memakai masker dan tetap berada di rumah.

Hanya saja, pada awal bulan ini, Morris mendapati putrinya yang bernama Caia Morris Cooper terdiagnosis positif Covid-19. Bahkan, anandanya kemudian sampai dirawat di rumah sakit anak Arkansas hingga harus menggunakan ventilator.

“Saya sangat takut dan merasa tidak berdaya,” ujar Cooper, membagikan kisahnya di jejaring sosial Facebook, seperti dilansir NBC News, Senin (19/7).

Hampir dua pekan, Caia berada di rumah sakit. Ia sempat kembali diintubasi setelah melepas ventilator dan kondisinya cenderung tidak stabil.

"Sangat sulit untuk tidak mencari tahu apakah ia benar-benar akan pulang lagi atau tidak. Ini memilukan, saya berharap dapat membuat pilihan lebih baik untuknya,” jelas Morris.

Arkansas menjadi salah satu negara bagian yang mengalami lonjakan kasus Covid-19. Banyak orang-orang di usia muda yang terkena penyakit ini dan membutuhkan rawat inap.

Tingkat vaksinasi yang rendah menjadi salah satu penyebab lonjakan kasus di Arkansas, secara khusus bagi orang-orang berusia muda. Pejabat kesehatan masyarakat AS mengatakan, tingkat vaksinasi bagi mereka yang berusia 12 hingga 17 tahun tertinggal di wilayah selatan.

Baca Juga

Rumah Sakit Anak Arkansas mengatakan bahwa ada 10 pasien Covid-19 di sana dan setidaknya dua di antara mereka membutuhkan ventilator untuk membantu pernapasannya. Sejauh ini, semua anak yang mengalami penyakit diketahui tidak mendapatkan vaksinasi.

Marcy Doderer, presiden dan CEO Rumah Sakit Anak Arkansas, mengatakan, ada kemungkinan lebih banyak anak yang dirawat sebagai dampak peningkatan Covid-19 varian Delta yang sangat menular. Sementara otorisasi darurat untuk vaksin pada anak di bawah 12 tahun kemungkinan dikeluarkan pada akhir tahun ini.

Seorang pejabat federal mengatakan, vaksin tetap tersedia hanya untuk orang berusia 12 tahun ke atas dan pejabat kesehatan masyarakat sedang menunggu untuk melihat seperti apa tingkat infeksi setelah sekolah tatap muka dilanjutkan pada September mendatang. Vaksinasi Covid-19 telah terbukti secara signifikan mengurangi infeksi dan meminimalisir risiko gejala berat dari penyakit.

Vaksinasi dinilai menjadi cara terbaik untuk melindungi orang-orang berbagai usia yang telah diizinkan untuk divaksinasi, dari wabah. Morris pun sangat menyesal anaknya harus terkena penyakit parah, padahal ia bisa mencegahnya jika mengajak putrinya divaksinasi.

"Vaksinasi remaja dan orang dewasa yang memenuhi syarat secepat mungkin adalah cara terbaik untuk melindungi anak-anak Arkansas dari varian delta Covid-19," kata Doderer dalam sebuah pernyataan.

Tingkat vaksinasi di Arkansas secara keseluruhan termasuk yang terendah di AS, dengan tingkat 35 persen. Selama sepekan terakhir, negara bagian itu memiliki jumlah kasus Covid-19 tertinggi, dengan per 100 ribu penduduk, didorong oleh varian delta.



Morris mengaku menyesal tidak memvaksinasi putrinya saat memiliki kesempatan. Ia mengatakan, sempat menganggap bahwa Covid-19 adalah penyakit seperti flu dan tidak berdampak terlalu serius.

"Saya hanya memiliki rasa aman yang salah bahwa itu seperti flu. Padahal, ini jelas seserius itu," jelas Morris.

 
Berita Terpopuler