Rekor Saban Hari, Padahal Testing Covid Belum Sesuai Target

Pemerintah mengakui capaian testing di daerah PPKM Darurat belum sesuai target.

ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
Petugas mengambil sampel dari warga saat tes swab Covid-19 massal di Kendal, Turi, Sleman, D.I Yogyakarta, Senin (14/6). Kemenkes pada hari ini menyatakan capaian testing di daerah PPKM Darurat belum sesuai dengan yang ditargetkan pemerintah pusat. (ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Flori Sidebang, Silvy Diah Setiawan

Pada Rabu (14/7), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan penambahan konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia mencapai angka 54.517 orang. Angka itu menjadi rekor baru setelah sebelumnya pada Selasa (13/7) kasus positif harian juga mencatatkan rekor harian tertinggi sebanyak 47.899 orang.

Baca Juga

Dari penambahan kasus harian ini menjadikan total kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia telah mencapai 2.670.046. Angka positivity rate orang harian juga tercatat sebesar 31,54 persen.

Jika dirunut sejak Sabtu akhir pekan lalu, grafik kasus harian Covid-19 merangkak naik. Pada 10 Juli tercatat 35.094, lalu 11 Juli naik jadi 36.197 kasus, pada 12 Juli kasus naik lagi menjadi 40.427, pada 13 Juli sebanyak 47.899 kasus dan hari ini tembus 54.517 kasus.

 

Grafik penambahan kasus harian Covid-19 di Indonesia. - (covid.go.id)

 

 

Tren kenaikan kasus Covid-19 yang masih berlangsung sampai hari ini disebut sejalan dengan kapasitas testing yang juga meningkat pesat. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebutkan, sistem pencatatan dan pelaporan hasil testing dari laboratorium di daerah ke pusat juga semakin baik.

"Kita melihat angka konfirmasi positif mencapai rekor tertinggi. Kalau melihat kenaikan konfirmasi positif akhir-akhir ini seiring dengan kenaikan jumlah testing dan adanya perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan," ujar Siti dalam keterangan pers, Rabu (14/7).

Selain itu Siti menambahkan, meski penambahan kasus harian terus mengalami peningkatan, namun tingkat positif atau positivity rate terpantau stabil dari hari ke hari. Dari data yang dirilis pemerintah, positivity rate dari testing PCR memang stabil tinggi di level 40-an persen dalam tiga pekan terakhir.

"Selain itu, peningkatan kasus yang masih terjadi dikarenakan masih besarnya penularan di tengah masyarakat," ujar Siti.

Siti mengakui, bahwa laju pemeriksaan orang dengan kontak erat Covid-19 di daerah pelaksana PPKM darurat belum sesuai target. Ia menyebutkan, capaian rata-rata testing di 124 kabupaten/kota pelaksana PPKM Darurat di Jawa Bali, periode 3-13 Juli 2021, hanya 33,61 persen dari kapasitas target.

"Untuk itu peningkatan jumlah tes masih perlu dipercepat. Hanya ada 11 kabupaten kota dengan capaian testing di atas 90 persen dan 15 kab kota mencapai angka 50-90 persen. Sisanya adalah di bawah 50 persen (dari target)," kata Siti.

In Picture: Istri Gubernur Sultra Dimakamkan dengan Protokol Covid

Petugas TPU Punggolaka bersiap memakamkan almarhumah Agista Aryani, istri Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi, di TPU Punggolaka, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (13/7/2021). Almarhumah Agista Aryani meninggal dunia usai menjalani perawatan di ruang isolasi khusus pasien COVID-19 RS Bahteramas Kendari - (ANTARA/JOJON)

 

Tak hanya itu, Siti juga mengungkapkan bahwa tracing atau telusur dari setiap kasus konfirmasi positif masih jauh di bawah target. Idealnya, telusur dilakukan setidaknya terhadap 15 kontak erat dari setiap kasus konfirmasi positif.

"Upaya tracing perlu ditingkatkan dan perlu dilaporkan," katanya.

Sebagai informasi, Instruksi Menteri Dalam Negeri nomor 15 tahun 2021 tentang PPKM Darurat memang secara khusus memerintahkan adanya peningkatan testing. Untuk daerah dengan positivity rate kurang dari 5 persen, rasio tes ideal adalah 1 per 1.000 penduduk per pekan. Sementara itu untuk daerah dengan positivity rate 5-15 persen, rasio tes ideal adalah 5 per 1.000 penduduk per pekan.

Sedangkan daerah dengan positivity rate 15-25 persen, maka rasio tes ideal adalah 10 per 1.000 penduduk per pekan. Terakhir, bagi daerah dengan positivity rate di atas 25 persen, maka rasio tes ideal adalah 15 per 1.000 penduduk per pekan.

"Dalam sepuluh hari terakhir jumlah orang yang dites yang dilaporkan pulau Jawa Bali ini naik baik dengan pemeriksaan PCR maupun pemeriksaan rapid antigen. Telah bertambah sekitar 2.300 orang per hari," kata Siti.

Penambahan testing tertinggi dilaporkan berasal dari DKI Jakarta. DKI Jakarta juga menjadi satu-satunya provinsi yang memenuhi target testing per wilayah per pekan.

"Diperlukan waktu dua minggu untuk Yogyakarta mencapai target. Satu bulan untuk Provinsi Bali. Dua bulan untuk Jawa Timur. Serta tiga bulan atau lebih untuk provinsi lainnya," kata Siti.

 

Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono pada akhir pekan lalu memaparkan, pihaknya bersama beberapa lembaga terkait melakukan survei serologi untuk mengukur proporsi warga DKI Jakarta yang memiliki antibodi terhadap Covid-19. Berdasarkan hasil survei tersebut, Pandu mengungkapkan, hampir separuh penduduk Ibu Kota pernah terinfeksi Covid-19.

Pandu mengungkapkan, jumlah estimasi warga yang terinfeksi yaitu 4,7 juta dari total penduduk Jakarta sekitar 10 juta orang. Dari jumlah estimasi warga yang pernah terinfeksi Covid-19 jelas dia, hanya 8,1 persen yang terdeteksi.

"Sebagian besar yang pernah terinfeksi, tidak terdeteksi. Selain itu, sebagian besar yang pernah terinfeksi, baik terdeteksi maupun tidak terdeteksi, tidak pernah merasakan gejala," ujar Pandu, dalam diskusi virtual, Sabtu (10/7).

Survei serologi ini berbasis populasi dengan metode sampling yang dilakukan pada kurun waktu 15-31 Maret 2021. Survei dilaksanakan di 100 kelurahan di enam wilayah Kota/Kabupaten Administrasi Jakarta.

"Sari hasil studi hampir separuh penduduk Jakarta pernah terinfeksi, itu angkanya 44,5 persen. Artinya bahwa ini cukup besar karena Jakarta memang epicenter dari pandemi dan menjadi kontributor terbesar dari negara Republik Indonesia ini," kata Pandu.

Pandu menjelaskan, dari survei itu, jumlah warga Jakarta yang terpapar virus corona paling banyak berusia 30-49 tahun. Adapun infeksi pada kelompok perempuan lebih tinggi, yakni sebesar 47,9 persen dan kelompok laki-laki 41 persen.

“Masyarakat di wilayah padat penduduk lebih rentan terinfeksi Covid-19 (48,4 persen). Semakin meningkat indeks massa tubuh, semakin banyak juga yang terinfeksi, dalam hal ini kelebihan berat badan (52,9 persen) dan obesitas (51,6 persen). Orang dengan kadar gula darah tinggi juga lebih berisiko,” paparnya.

Selain itu, menurut Pandu, kekebalan komunal di DKI Jakarta akan lebih sulit tercapai. Sebab, kata dia, Jakarta merupakan kota terbuka dengan mobilitas masyarakat yang tinggi.

"Konsekuensinya, semua penduduk yang beraktivitas di Jakarta, baik warga Jakarta maupun pendatang, harus memiliki kekebalan (telah tervaksinasi) yang dapat mengatasi semua varian virus," papar dia.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria pada Selasa (13/7) menyatakan, DKI Jakarta menjadi provinsi tertinggi dalam jumlah tes PCR. Rasio tes yang tinggi, kata Riza, mempengaruhi lonjakan penambahan kasus positif Covid-19 di Jakarta dalam beberapa waktu terakhir.

"Memang tes PCR kita tertinggi, sudah hampir 20 kali dari standar yang ditentukan oleh WHO. Jadi inilah memang cara kami meningkatkan 3T (testing, tracing, treatment), sekalipun memang cukup berat bagi kami untuk terus meningkatkan berbagai fasilitas," ujar Riza.

Provinsi lain yang juga tengah meningkatkan kapasitas tes adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pada 13 Juli 2021, DIY mencatatkan rekor 2.731 kasus baru Covid-19 dalam sehari akibat dari peningkatan jumlah testing mencapai dua kali lipat.

Juru Bicara Penanganan Covid-19 untuk DIY, Berty Murtiningsih mengatakan, sampel yang diperiksa mencapai 10.087 sampel dari 10.065 orang. Sebelumnya, sampel yang diperiksa sekitar 5.000-6.000 sampel per hari.

Berty menyebut, pemeriksaan sampel ini tidak hanya dari PCR. Namun, juga digunakan rapid diagnostic (RDT) antigen sebagai proses pelacakan kontak kasus Covid-19.

"Memang kita dianjurkan untuk melakukan tes lebih banyak, jadi teman teman di puskesmas mengoptimalkan testing dan tracing-nya. Peningkatan testing ini tidak hanya tes PCR, tapi juga RDT antigen," kata Berty kepada wartawan, Selasa (13/7).

Dengan terus meningkatnya kasus baru dengan angka yang sangat signifikan, menyebabkan keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) juga naik drastis. Per 13 Juli ini BOR di DIY sudah tercatat hampir penuh yakni 98,4 persen.

Separuh warga Jakarta pernah terinfeksi Covid-19 - (Republika)

 
Berita Terpopuler