Varian Baru Dikhawatirkan Mudah Menyebar di Hotel Karantina

Australia dan China berencana membuat desain khusus untuk hotel karantina.

Antara/Fauzan
Petugas mengantar tamu ke kamar hotel karantina (Ilustrasi). Ahli kesehatan khawatir varian baru virus penyebab Covid-19 dapat lebih mudah menyebar di hotel karantina.
Rep: Haura Hafizhah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Kesehatan Australia dan China tengah mempertimbangkan ulang keamanan hotel sebagai lokasi karantina orang dari luar negeri. Kedua negara itu pun mencoba membuat desain khusus agar hotel karantina lebih efektif mencegah penyebaran virus penyebab Covid-19.

Selandia Baru juga sedang menyusun langkah yang sama. Hal itu dilakukan di tengan kekhawatiran bahwa varian baru virus SARS-CoV-2 lebih mudah menyebar di hotel karantina lewat penularan melalui udara.

Baca Juga

"Varian baru sangat mudah menular dan dapat membuat model karantina di hotel sulit dioperasikan dengan aman. Sulitnya mencegah penularan di lingkungan hotel telah membuat staf dan tamu berisiko terinfeksi," kata ahli epidemiologi di University of Otago di Selandia Baru, Amanda Kvalsvig, dikutip dari Fox News, Rabu (14/7).

Kekhawatiran tersebut bermula dari kejadian pada awal Mei 2021. Saat itu, terjadi penularan Covid-19 antara dua tamu hotel karantina yang menghuni kamar yang berdekatan.

Hotel karantina itu berlokasi di kota Adelaide, Australia. Penghuni kamar hotel diketahui hanya membuka pintu beberapa detik saja, sekadar untuk mengambil makanan. 

Otoritas kesehatan meyakini bahwa membuka pintu beberapa detik pun memungkinkan terjadinya penularan. Orang yang kemudian terinfeksi di hotel lalu melakukan perjalanan ke Melbourne hingga menyebabkan wabah dan kota terbesar kedua di Australia itu pun harus menjalani lockdown.

"Para ahli kesehatan sekarang khawatir virus itu bisa menyebar lebih mudah hingga memerlukan karantina yang lebih ketat untuk mengendalikannya, terutama di tempat-tempat seperti Australia dan Selandia Baru di mana program vaksinasi berjalan relatif lambat," kata Kvalsving.

 
Berita Terpopuler