Bupati Bekasi Meninggal Setelah Sempat tak Dapat Ruang ICU

Bupati Bekasi alami badai sitokin akibat terpapar Covid-19.

Republika/Uji Sukma Medianti
Suasana rumah duka Bupati Bekasi, Eka Supria Atmaja, Senin (12/7).
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID,  oleh Uji Sukma Medianti, Antara

Mendiang Bupati Bekasi, Eka Supria Atmaja, wafat pada Ahad (11/7) malam pukul 21.35 WIB. Ia meninggal setelah 10 hari melawan Covid-19.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Sri Enny Mainarti, menerangkan, Eka sempat tak dapat ruang ICU di Bekasi saat mengalami sesak napas pada Jumat (2/7) lalu. Ia pun harus dilarikan ke RS Siloam, Kelapa Dua, Tangerang.

"Karena ruang ICU kosong semua di sini. Sementara beberapa syarat kalau untuk masuk obat-obat itu, harus di ICU tidak bisa di ruang rawat biasa," kata Enny ditemui di rumah duka, Desa Waluya, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Senin (12/7).

Enny menuturkan, sejatinya peralatan medis di rumah sakit Kabupaten Bekasi semuanya memadai. Akan tetapi, kondisinya sudah penuh semua.

"(RS) di sini peralatannya memadai semua. Memang penuh semua. Kita coba cari tapi semua penuh, kan tidak mungkin orang yang di ICU kita keluarin dulu. Kan Pak Bupati nggak begitu," ujar dia.

Enny, menuturkan, satu hari pasca terkonfirmasi positif, Eka mengalami sesak napas. Ia lantas dilarikan RS Mitra Keluarga Jababeka terlebih dulu.

"Pada Ahad(4/7) pagi, saturasinya turun. Lalu cari ICU untuk perbaikan. Di sana (RS Siloam), informasi dari dokter yang jaga, kondisi stabil," terangnya, ditemui di rumah duka, Senin (12/7).

Meski stabil, namun tidak berarti kondisinya membaik. Hanya saja, fungsi paru-paru dan ginjalnya stabil.

"Fungsi ginjal meski ada gangguan sedikit masih stabil. Ada beberapa angka yang secara laboratorium itu ada yang tidak membaik. Tapi semua dokter di RS sudah mengupayakan," kata dia.

Kemudian, pada Ahad (11/7) pagi kemarin, hasil uji laboratorium di tubuh Eka tak kunjung menunjukkan hasil yang menggembirakan. Ia mengalami badai sitokin atau cytokine strom yang merupakan reaksi berlebih sistem kekebalan tubuh.

Ketika SARS-CoV-2 memasuki tubuh, sel-sel darah putih akan merespons dengan memproduksi sitokin. "Minggu pagi, hasilnya memang dari analisa laboratorium tidak membaik. Terjadi terkogulasi. Orang-orang sebutnya ada badai sitokin, nah itu yang muncul," jelasnya.

Lalu, di hari yang sama, pada pukul 17.00 WIB, politikus Partai Golkar tiba-tiba mengalami henti jantung. Kemudian diambil tindakan medis berupa Resusitasi Jantung Paru (RJP).

"Balik lagi, semuanya ada lagi, (detak) jantung ada lagi," kata Enny.

Namun, pukul 21.25 WIB, Eka kembali mengalami serangan jantung yang kedua. Lalu dilakukan tindakan RJP lagi. Akan tetapi upaya itu gagal. Istri Eka, Holilah, sempat masuk ke ruangan melihat detik-detik terakhir suaminya melawan ajal. "Saat RJP kedua, ibu bupati sudah melihat (kondisinya) ke dalam," jelasnya.

Enny menjelaskan meski positif Covid-19, namun semua keluarganya tak ada yang terdeteksi. Sebab, kata dia, CT value Eka saat PCR terakhir berada di angka 34-35. "Bukan dalam kondisi yang infectious (menularkan)," kata dia.

Berdasarkan hasil tracing, Eka juga sudah mengurangi mobilitas menjelang diberlakukannya PPKM darurat awal Juli lalu. Namun, Enny melihat, kemungkinan lengahnya Eka masih menerima tamu keluarga di rumah.

"Misal ada yang datang ke sini, besoknya dia ternyata konfirmasi positif. (Terpapar) Tamu keluarga OTG kemungkinan," terang dia.

Eka dimakamkan pada Senin (12/7) pagi di kediamannya. Namun, prosesi pemakamannya menggunakan protokol Covid-19. Kuburannya digali di sebuah pendopo dalam rumahnya yang merupakan tempat favorit Eka ketika menghabiskan waktu di rumahnya, Desa Waluya, Kecamatan Cikarang Utara.

"Hanya pihak keluarga yang bisa mengikuti proses pemakaman," kata Kapolres Metro Bekasi, Komisaris Besar Hendra Gunawan, di kompleks rumah duka. Hendra mengatakan begitu tiba di rumah duka setelah melalui perjalanan dari RS Siloam Kelapa Dua Tangerang, jenazah almarhum langsung dikebumikan di pemakaman keluarga yang telah disiapkan.

Prosesi pemakaman, kata dia, dilangsungkan sesuai protokol kesehatan dengan bantuan petugas khusus berpakaian APD lengkap. Dia juga memastikan seluruh keluarga almarhum telah melewati proses pemeriksaan kesehatan sebelum diizinkan masuk ke area pemakaman keluarga.

Ratusan warga sekitar memenuhi tepian jalan menuju kediaman seakan menyambut kepulangan Bupati Eka. Sejumlah personel dari kepolisian, Satpol PP, dan Dinas Perhubungan Kabupaten Bekasi tampak berjaga di sekitar area pemakaman keluarga guna memastikan pelaksanaan prosesi pemakaman berlangsung sesuai protokol kesehatan.

"Untuk protokol kesehatan akan kita terapkan dengan baik dan kita akan sekat orang-orang yang tidak berkepentingan untuk tidak hadir di acara ini, cukup keluarganya saja. Jadi yang datang diharapkan hanya keluarga, kita harus paham saat ini PPKM Darurat," katanya.

Baca Juga

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Sri Enny Mainarti, di rumah duka Bupati Bekasi, Eka Supria Atmaja, Senin (12/7). - (Republika/Uji Sukma Medianti)





Ketua DPRD Bogor, Atang Trisnanto, mengatakan kepergian selamanya Bupati Bekasi, Eka S Atmadja, yang wafat pada pandemi Covid-19 adalah kehilangan yang sangat besar. Ia menilai Eka adalah sosok bupati yang memiliki peran sentral dalam memimpin penanganan Covid-19 di daerahnya.

"Kami turut berduka cita mendalam atas wafatnya Bupati Bekasi, Bapak Eka Supria Atmadja," kata Trisnanto melalui telepon selulernya, di Bogor, Senin. Menurut dia, pada kondisi pandemi Covid-19 yang berat saat ini, kehilangan sosok bupati adalah kehilangan yang sangat besar bagi warga Kabupaten Bekasi.

"Karena, Bupati memiliki peran sentral dalam memimpin penanganan Covid-19 di daerahnya," katanya. Politikus Partai Keadilan Sejahtera ini juga mendoakan semoga almarhum Atmaja husnul khotimah, diampuni segala kesalahannya, dan diterima seluruh amal baiknya, serta keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran.

Trisnanto juga mendoakan, semoga warga Kabupaten Bekasi dapat segera dipimpin pelaksana tugas bupati sehingga langsung melanjutkan memimpin penanganan Covid-19. "Mari kita berihktiar menjaga protokol kesehatan dan memanjatkan doa terbaik, semoga pandemi bisa segera teratasi," katanya.

Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, yang sering berkomunikasi dengan Bupati Eka merasa kehilangan atas wafatnya koleganya itu yang terpapar Covid-19. "Saya menyampaikan duka cita dan rasa belasungkawa yang mendalam atas wafatnya Bapak Eka Supria Atmadja," kata Rachim.

Menurut dia, sejak awal pandemi Covid-19 mulai Maret 2020, saat dia menjadi ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Bogor, hampir setiap hari berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Atmadja.Ia menjelaskan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), saat itu, selalu berkoordinasi dalam penanganan Covid-19 di wilayah Jabodetabek.

"Kabupaten Bekasi salah satu daerah yang saat itu menghadapi lonjakan kasus Covid-19, pada pekerja di sektor industri. Penanganan kasus Covid-19 di Bekasi ini dapat menjadi pembelajaran bagi daerah lain di Jabodetabek," katanya.

Pria kelahiran Bekasi pada 9 Februari 1973 ini meninggalkan seorang istri, Holillah, dan tiga anak. Riwayat pendidikan Eka adalah, SD hingga SMA dijalaninya di Kabupaten Bekasi, dan kemudian kuliah di Universitas Borobudur, Jakarta Timur.

Meski karier bupatinya baru berumur jagung, sejatinya Eka adalah politikus ulung. Ia menjajaki tangga politik dari tangga terbawah.

Putra pasangan H Ojoy Jarkasih dan Hj Enjuh Juhriah ini merupakan Bupati Bekasi asli putera daerah dari Desa Waluya. Ia menceburkan diri ke dunia politik saat terpilih menjadi Kepala Desa Waluya dua periode 2001 – 2006 dan, 2006 – 2012. Kemudian, pada 2014 ia mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Kabupaten Bekasi dan menduduki jabatan sebagai Ketua DPRD Kabupaten Bekasi periode jabatan 2014-2017.

Kepiawaian Eka dalam berpolitik, membuat Neneng Hassanah Yasin meminangnya untuk menjadi pendamping di Pilkada Kabupaten Bekasi pada 2017 lalu. Di periode kedua Neneng.

Mujur, Eka mengantar Neneng memimpin Bekasi satu kali lagi. Sayangnya, Neneng menggali lubangnya sendiri. Ia dicokok Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pada 15 Oktober 2018, ia ditetapkan sebagai tersangka ihwal pengurusan perizinan pembangunan Meikarta.

Pada 2019, Eka pun naik tahta. Sejatinya, jabatan Eka juga akan berakhir pada 2022 mendatang.

Bupati Bekasi definitif Eka Supria Atmaja. - (Republika/Edi Yusuf)

 
Berita Terpopuler