LPEI Bantu Eksportir Tingkatkan Komoditas Unggulan

LPEI dan beberapa lembaga kembangkan desa devisa untuk tingkatkan komoditas ekspor

http://www.indonesiaeximbank.go.id/
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank. Desa Devisa merupakan program pendampingan yang digagas LPEI berbasis pengembangan masyarakat atau komunitas (community development)
Rep: Novita Intan Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kegiatan ekspor sebagai salah satu lokomotif pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam mendatangkan devisa bagi negara perlu dikembangkan secara terintegrasi mulai dari sektor hulu hingga hilir.

Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank yang merupakan Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan melaksanakan mandat untuk mendorong pertumbuhan ekspor Indonesia melalui pembiayaan ekspor nasional dalam bentuk pembiayaan, penjaminan, asuransi dan jasa konsultasi.

Sekretaris Perusahaan LPEI Agus Windiarto mengatakan kegiatan perdagangan merupakan salah satu indikator dari perekonomian suatu negara yang  perlu dikembangkan yang memiliki LPEI. Hal ini untuk mendorong pengembangan kapasitas pelaku usaha agar dapat meningkatkan daya saing melalui program jasa konsultasi, sehingga mampu melakukan ekspor secara mandiri dengan produk berkualitas internasional. 

“Desa Devisa merupakan program pendampingan yang digagas LPEI berbasis pengembangan masyarakat atau komunitas (community development), Program Desa Devisa memberi kesempatan bagi wilayah yang memiliki produk unggulan berorientasi ekspor untuk mengembangkan potensi secara ekonomi, sosial dan lingkungan bagi kesejahteraan masyarakatnya,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (9/7).

Pendampingan LPEI bersama beberapa lembaga yang berhubungan dengan perdagangan, ekspor, budidaya pertanian serta akses pembiayaan membuka peluang keberhasilan yang optimal. Adapun wilayah yang berpotensi untuk diberikan pendampingan dalam kegiatan Community Development akan dianalisa menggunakan key indicators dalam rangka klasifikasi kriteria dan parameter untuk mengukur kebutuhan dalam pengembangan menjadi Desa Devisa.

Bersama Institut Pertanian Bogor yang merupakan salah satu anggota dari University Network for Indonesia Export Development (UNIED), LPEI mengkaji indikator untuk mengembangkan sebuah desa menjadi Desa Devisa, dengan mempertimbangkan sejumlah aspek yaitu produk, konsistensi dan keberlanjutan produksi, pemberdayaan masyarakat dan koordinasi antar pemangku kepentingan, produsen dan manajerial, infrastruktur dan sarana penunjang lain.

Program Desa Devisa selain meningkatkan kapasitas masyarakat daerah dan mengembangkan komoditas unggulan desa, program ini juga mendorong partisipasi masyarakat desa dalam rantai pasokan ekspor global baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat menghasilkan devisa dan berkontribusi kepada negara melalui kegiatan ekspor. 

Saat ini LPEI telah berhasil membentuk dua Desa Devisa yaitu Desa Devisa Kakao di Jembrana, Bali dengan komoditas unggulan berupa biji kakao yang difermentasi dan Desa Devisa Kerajinan di Bantul, Yogyakarta dengan produk kerajinan ramah lingkungan. Kedua Desa Devisa telah mendapatkan beragam pelatihan dan pendampingan secara berkesinambungan untuk peningkatan kualitas produknya, kapasitas produksinya, peningkatan SDM dan juga untuk mendapatkan sertifikasi guna meningkatkan harga jual.

Pada 2019, Desa Nusasari yang berlokasi di Jembrana, Bali menjadi

Desa Devisa pertama yang diresmikan oleh LPEI, berfokus pada pengembangan ekspor komoditas kakao. Pendampingan dilakukan LPEI bersama dengan Koperasi Kerta Semaya Samaniya untuk meningkatkan kemampuan para petani kakao dalam proses produksi hingga mampu menghasilkan produk fermentasi biji kakao yang memiliki kualitas standar internasional, sehingga dapat diekspor ke beberapa negara Eropa seperti Perancis, Belanda dan Belgia, serta ke negara lainnya termasuk Jepang dan Amerika.

”Pendampingan dan pengembangan masyarakat dalam program Desa Devisa akan membawa produk lokal Indonesia mendunia serta memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekonomi, sosial dan lingkungan bagi masyarakat setempat,” ungkapnya. 

Adapun mayoritas fermentasi biji kakao diekspor ke Perancis hingga mencapai 12,5 ton setiap tahunnya. Peran pemberdayaan masyarakat desa yang hampir mencapai lebih dari 600 orang dan mayoritas adalah perempuan, telah mampu mengelola kebun kakao secara organik, sehingga memberikan nilai tambah dan harga jual yang tinggi kepada komoditasnya. 

 

“Keberhasilan penerapan program Desa Devisa di dua wilayah ini kami harapkan dapat diduplikasi ke sejumlah wilayah di Indonesia. Saat ini LPEI sedang berproses untuk pengembangan desa devisa di beberapa wilayah yang memiliki potensi komoditas unggulan antara lain beras dan kopi. Dalam waktu dekat ini kita akan melakukan peluncuran desa devisa di kawasan Jawa Barat,” ucapnya.

 
Berita Terpopuler